Halo Suamiku!

Orang Tua Menangkap Kecurigaan (3)



Orang Tua Menangkap Kecurigaan (3)

3Leng Yunchen mengemudikan mobilnya dalam diam menuju ke halaman Distrik Jun.     

Sementara Leng Xiaomo duduk di samping kursi kemudi dengan kepalanya disandarkan ke jendela.     

Kota A memang telah menjadi kota metropolitan modern internasional. Jadi saat malam menjelang dan langit semakin gelap, kendaraan di jalanan akan terlihat seperti dua lampu neon yang mengalir, berkelok-kelok tiada henti di bawah sinar bulan yang dingin.     

Meski di sana seolah tidak ada kata malam, tapi di dalam mobil itu terasa sangat sepi. Tidak ada suara lain kecuali musik klasik yang menenangkan.     

Ya, kakak beradik ini tidak ada yang membuka suara semenjak melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit.     

Terlebih, Leng Xiaomo sama sekali tidak menatap ke arah kakaknya lagi.     

Meski ia tidak tahu kapan momen seperti ini bisa terulang kembali.     

Sampai akhirnya, ketika mobil telah berjalan selama lebih dari sepuluh menit, Leng Yunchen melirik arlojinya dan tiba-tiba berkata perlahan, "Tetaplah di di rumah dan jangan bepergian sesuka hati. Tubuh Ibu masih membutuhkan perawatan lebih."     

Namun, tidak satu patah kata pun keluar dari mulut Leng Xiaomo, "..."     

Ia sama sekali tidak berniat menjawab.     

Hingga Leng Yunchen meliriknya, lalu menarik kembali pandangannya dan kilatan yang dalam melintas di matanya. Ia tahu jika adiknya telah mendengar.     

"Kamu akan aman di sini. Tidak ada yang akan membuntutimu dan tidak ada yang berani menyentuhmu."     

Leng Xiaomo masih tetap diam, "..."     

Alhasil, Leng Yunchen menarik napas dalam-dalam dengan diiringi kedipan mata beberapa kali, "Xiaomo, aku akan langsung pergi, jadi aku tidak akan masuk bersamamu."     

Tepat setelah kalimat itu terlontar, tubuh Leng Xiaomo tampak sedikit membeku meski semuanya mampu ia tutupi dengan begitu cepat.     

Bahkan ia hanya sedikit menundukkan kepala dan baru membuka suara setelah beberapa saat berlalu, "...Langsung ke bandara?"     

Tampak Leng Yunchen mengerutkan kening samar. Sungguh, jawaban yang dilontarkan adiknya kali ini benar-benar di luar dugaan.     

Hingga membuatnya mengeluarkan dengungan samar, sebelum akhirnya memberikan tanggapan "Situasi sedang mendesak di sana, sementara aku telah menunda terlalu banyak hal dan aku benar-benar tidak bisa—"     

"Apakah begitu sulit untuk mengakui bahwa kamu ingin menghindariku?"     

Kata Leng Xiaomo dengan tiba-tiba sembari menatapnya. Bahkan suara seraknya tetap tidak mampu menutupi nada dingin yang terlontar dari bibirnya, ditambah dengan matanya yang sudah memerah.     

Ya, kesabaran yang sudah ia tahan akhirnya meledak.     

Membuat Leng Yunchen terpaksa mengatupkan bibirnya dengan lembut.     

Bulu mata Leng Xiaomo pun bergetar dan ia tiba-tiba mendorong kakaknya. Rasa sakit yang coba ia tekan selama ini akhirnya tidak lagi bisa dibendung.     

Ia juga tidak lagi bisa menahan tangisnya dan berteriak, "Katakan, katakan! Bukankah kamu hanya berpikir jika aku begitu menjijikkan dan menjadi beban bagimu? Jika kamu ingin mengambil kesempatan ini untuk melupakanku, maka kamu tidak perlu menemuiku lagi!"     

Dalam menghadapi situasi itu, Leng Yunchen hanya duduk di sana dengan tubuh terpaku, membiarkannya menangis dan mendorongnya ke satu sisi, sementara dirinya hanya melihat ke depan, tidak bergerak sama sekali.     

Hingga entah sudah berapa lama waktu berlalu.     

Akhirnya, ia perlahan berkata setelah melihat Leng Xiaomo tidak lagi memiliki kekuatan, "Xiaomo, hidup ini sangat panjang, kamu masih sangat muda, jangan bodoh, jangan pernah lakukan hal bodoh."     

Ya, Leng Yunchen tidak akan melupakan apa yang ayahnya katakan saat di pintu bangsal rumah sakit.     

Leng Xiaomo yang sebelumnya berteriak serak pun pada akhirnya hampir putus asa setelah mendengar penuturan itu.     

Tetapi ketika benar-benar sampai di titik ini, ia benar-benar tidak ingin Leng Yunchen pergi seperti ini. Ia baru saja jatuh cinta padanya. Apa yang ia lakukan salah?     

Sampai, Leng Xiaomo mulai meringkuk dengan punggung tangan menutupi matanya yang berlinang air mata dan terisak memilukan seperti binatang yang malang, "Kenapa, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Kita bukan saudara kandung, kan... Lalu kenapa kamu tidak memberiku kesempatan sama sekali... Kamu tidak menyukaiku? Kamu tidak menyukaiku, kan… kamu menyukai Youyou…"     

Jelas air mata semakin mengalir deras saat ini, tetapi sebuah senyum menyedihkan juga tersungging di bibirnya, "Ya, kamu menyukainya, hanya menyukainya..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.