Halo Suamiku!

Diam-diam Ingin Mencari Monster Kecil (3)



Diam-diam Ingin Mencari Monster Kecil (3)

1Namun, ketika Leng Xiaomo mendengar ini, lubuk hatinya tiba-tiba bergetar hebat.     

Tentu saja.     

Bukan hanya karena mereka sangat pintar, tapi juga karena…     

Mungkin, mungkin, mungkin... ia terlalu meremehkan gadis kecil berusia tiga tahun itu.     

Alasan kenapa ia memberitahukan alamat monster kecil, karena ia pikir gadis kecil itu tidak bisa pergi ke sana. Lagi pula, apa yang bisa dilakukan seorang anak kecil?     

Tapi sekarang ia memiliki firasat buruk.     

"Uhuk! Itu… dia benar-benar tidak terduga, sangat luar biasa ..." Leng Xiaomo buru-buru mengambil cangkir air sambil berpura-pura terkejut saat mengatakannya.     

Sebenarnya memang ia perlu merasa terkejut.     

Sebagai anak berusia tiga tahun, seharusnya ia benar-benar tidak bisa berpikir terlalu banyak.     

Dan siang itu, baik Sang Xia maupun Rong Zhan mengundang Xiaomo untuk makan bersama, juga dua bayi kecil yang terlampau pintar itu. Tentu saja Leng Xiaomo dengan senang menerima undangan mereka. Tetapi semakin ia berkomunikasi dengan keluarga Rong Zhan, semakin ia merasa bahwa kedua anak ini begitu pandai berbicara dan sangat logis.     

Jika sekarang saja sudah seperti ini, bagaimana dengan nanti?     

Helaan napas tak berdaya seketika berhembus dari lubuk hati Leng Xiaomo.     

Setelah selesai makan siang itu, sebenarnya mereka ingin mengantar Leng Xiaomo kembali, tetapi gadis itu menolak dengan alasan karena ingin kakaknya saja yang datang menjemput.     

Namun, tepat sebelum berpisah, Xiao Meibao berlari ke arahnya, yang membuat Leng Xiaomo sontak membungkuk untuk memeluknya. Xiao Meibao pun dengan manja memeluk lehernya sambil berbisik pelan, "Kakak Xiamo, terima kasih atas apa yang baru saja terjadi. Jangan beritahu ayahku dan ibuku."     

Tentu Leng Xiaomo tahu apa yang gadis kecil ini bicarakan begitu ia mendengarnya.     

Hanya saja, pikirannya kali ini cukup rumit. Ia yang kini berjongkok di depannya Xiao Meibao hanya menarik sudut bibirnya dan membelai lemut kepala kecilnya seraya perlahan berkata, "Gadis kecil, apa pun yang terjadi, kamu harus mendengarkan Ayah dan Ibu. Mereka tidak akan menyakitimu."     

Tampak Xiao Meibao mengangguk patuh meski terlihat keraguan di sana.     

Tentu saja, ia tahu bahwa Ayah lebih mencintainya daripada Ibu dan tidak akan menyakitinya, tetapi bisakah ia mengatakan bahwa itu bukanlah yang ia inginkan?     

Dengan tidak diperbolehkannya menemui monster kecil lagi, itu sangat membuatnya tidak bahagia. Dan ketika memikirkannya, ia akan merasa tidak nyaman hingga ingin menangis.     

Sungguh, ia sangat merindukan monster kecil.     

Ia benar-benar ingin tahu apa yang monster kecil lakukan, di mana ia sekarang dan bagaimana keadaannya.     

Mau tak mau, Leng Xiaomo menciumnya lagi setelah melihat ini, sebelum akhirnya bangkit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga Rong Zhan.     

Sementara sosok kecil Xiao Meiao hanya berdiri di depannya, tanpa ada yang tahu apa yang ia pikirkan kecuali dirinya sendiri.     

Ya, ada banyak ide cerdas dan mengerikan di dalam otaknya saat ini.     

Tapi siapa yang tahu tindakan luar biasa apa yang akan ia lakukan nanti.     

 **     

Setelah mereka berpisah, Leng Xiaomo mulai menelpon kakaknya. Ia masih memiliki waktu lebih dari sepuluh hari, sebelum nantinya ada banyak hal yang harus mereka lakukan masing-masing. Terus terang, berapa banyak waktu yang bisa mereka habiskan bersama?     

Hanya saja, ketika Leng Xiaomo menelepon, terdengar kekacauan di sana. Suara kakaknya terdengar setelah berselang beberapa detik saja, "Halo, Xiaomo, ada apa? Kakak sedang sibuk di sini."     

Diam, Leng Xiaomo tidak tahu harus berkata apa, "..."     

Ujung lidahnya kini telah menyentuh gigi atasnya, bahkan hatinya merasa sedikit tertekan, tapi apa lagi yang bisa ia lakukan.     

Tepat di saat ia hendak mengucapkan selamat tinggal, sebuah pemikiran tiba-tiba terlintas di benaknya.     

"Ah, ya, ya, kakak, ada suatu hal penting yang ingin kuberitahukan padamu." ujar Leng Xiaomo dengan sedikit tergesa.     

"Ada apa?! Tidak bisakah kamu mengatakannya nanti?"     

Tampaknya Leng Yunchen benar-benar sedang disibukkan oleh sesuatu di sana.     

Yang berhasil membuat Leng Xiaomo merasa hatinya terluka oleh amarah kakaknya. Alhasil, ia menarik napas dalam-dalam, memikirkan sejenak apa yang terlintas di benaknya, baru kemudian berkata tanpa ekspresi, "Ada sesuatu di tanganku yang ingin kuberikan padamu secara pribadi, jika tidak, kamu akan menyesal."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.