Halo Suamiku!

Dasar Bodoh! (2)



Dasar Bodoh! (2)

3Ia tumbuh menjadi semakin tampan, dengan pesona yang memiliki daya tarik kuat. Sudah pasti ia akan menjadi incaran banyak gadis di sekolahnya nanti.     

Bahkan alis dan matanya pun tampak seperti milik Rong Zhan, benar-benar replika kecil dari ayahnya.     

Dan teriakan Xiao Ba Wanghua kali ini berhasil mengusik adik perempuannya yang sedang tidur. Awalnya Sang Xia ingin memberikan isyarat padanya untuk tidak terlalu berisik, tapi terlambat, Xiao Meibao sudah lebih dulu menggosok matanya, menguap, lalu perlahan membuka mata.     

Tentu saja tampilan kusut dari wajahnya tak dapat dihindar lagi.     

Sembari mengerucutkan bibir, ia membuka matanya dan melihat jika ibu sedang menyalahkan pelakunya. Karena itulah kemarahannya yang sempat melonjak akhirnya sedikit mereda. Tapi tetap saja kakinya terus menendang ke arah Xiao Ba Wanghua seolah ia sedang melampiaskan.     

Sekuat tenaga ia berusaha duduk dengan rambut yang berantakan, tapi itu justru membuatnya terlihat semakin lucu.     

"Jika ayahmu sudah pulang, ya biarkan saja. Kenapa kamu harus teriak-teriak?" Begitu mendengar suara pintu terbuka, Sang Xia langsung menoleh ke belakang. Benar saja, ia melihat sosok yang tinggi dan familiar di teras.     

Sedang mengganti sepatu dengan sandal rumah.     

Tapi Xiao Ba Wanghua tampaknya tidak memedulikan ocehan Sang Xia. Ia justru bersembunyi di pelukan ibunya sambil meraih pakaiannya, "Aku baru saja membongkar mobil itu lagi. Aku takut Ayah akan memarahiku."     

Sungguh, Sang Xia sudah kehabisan kata-kata. "Siapa yang menyuruhmu membongkarnya? Kalau kamu membongkarnya, kamu harus bisa memasangnya kembali. Jangan mengeluh lagi sekarang. Setiap hari kamu hanya bisa membuat masalah. Lihat saja, pantatmu pasti akan memerah lagi. Untuk kali ini, ibu tidak akan membela kamu atau ayahmu."     

"Bu, kamu juga memarahiku? Apa kamu tidak mencintaiku? Kamu tidak lagi menyayangiku? Bukankah aku masih bayimu?" bisiknya sembari bergulat manja di lengan Sang Xia.     

Sementara Sang Xia hanya mampu mengerutkan keningnya tanpa bisa berkata apa-apa, "..."     

Bahkan ia tidak tahu harus tertawa atau menangis.     

Siapa bilang anak laki-laki tidak manja.     

Justru putranya ini sangat lengket padanya.     

Hanya saja, tepat ketika ia hendak membuka mulut, terdengar Xiao Meibao lebih dulu menyahut sembari mengalihkan pandangannya ke arah Xiao Ba Wanghua, "Kamu bukan bayi ibu."     

"Tidak, aku bayinya! Aku bayinya!"     

Dengan segera, Xiao Ba Wanghua menyangkalnya dan kemudian bertanya pada Sang Xia, "Bu, apa artinya aku bagimu?"     

Telinga Sang Xia benar-benar sakit mendengar pertengkaran mereka. Alhasil, ia mengabaikan keduanya, lalu berjalan mengambil cangkir air di atas meja dan bersiap untuk minum perlahan.     

Namun, putrinya tiba-tiba mengucapkan sesuatu yang begitu mengejutkan, "Bodoh! Dasar bodoh!"     

"Pffttt—!"     

Sontak, Sang Xia menyemburkan airnya tanpa bisa ditahan.     

Sialan… bodoh?     

Xiao Meibao kemudian bangkit dari tempat tidur, memandangi kakaknya yang sedang kalut, lalu menepuk tangan kecilnya, baru ia kembali menambahkan, "Kamu bodoh, kamu bodoh! Kamu adalah satu-satunya kebodohan yang dimiiliki Ibu."     

Seketika itu juga kemarahan Xiao Ba Wanghua tersulut dan ia mulai naik ke tempat tidur untuk menghentikannya.     

Namun, tepat ketika kakinya akan memanjat, ia melihat sosok tinggi di luar pintu.     

Gelap, begitu tinggi, seperti gunung.     

Xiao Ba Wanghua yang dikejutkan oleh sosok tinggi itu bergegas bersembunyi di balik tubuh ibunya.     

Terakhir kali ia membuat ayah marah, pantat kecilnya benar-benar memerah.     

"Apa yang membuatmu tidak bahagia? Siapa yang bodoh?"     

Begitu Rong Zhan masuk, Xiao Meibao melompat ke arahnya dari tempat tidur.     

"Ayah, kakak, kakak yang bodoh."     

"Apa? Kakakmu bodoh?" ulang Rong Zhan memastikan pendengarannya.      

"Uh huh."     

Meski sangat marah, tapi Xiao Ba Wanghua tidak berani mengatakan apa-apa. Ia hanya mampu bersembunyi di belakang ibunya dengan wajah tertekuk.     

Akhirnya, Rong Zhan membelai lembut wajah kecilnya yang sedih, lalu menoleh ke arah Xiao Meibao untuk mengatakan, "Kalau kakakmu bodoh, maka kamu adalah adiknya orang bodoh."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.