Halo Suamiku!

Kalau Begitu, Menikah Saja (4)



Kalau Begitu, Menikah Saja (4)

3Sepanjang pagi itu, pikiran Sang No benar-benar tak karuan. Di lain sisi, ia ingin membantunya, tapi di sisi lain, ia takut An Xioayang justru akan menghajarnya.     

Padahal cara ini lebih cepat dan ampuh dibanding hanya mengonsumsi obat herbal.     

Sampai akhirnya, sebelum sekolah usai hari itu, Sang No berpikir sejenak sembari otaknya menyalin penjelasan rinci dari informasi yang ada di internet. Tak lupa ia menulis semuanya di dalam catatan kecil. Terakhir, ia menutup dengan sebuah kalimat, "Hubungan intim dapat membantumu menghilangkan rasa sakit. Apa kamu mau mencobanya?"     

Tertanda: Kekasihmu yang paling imut.     

Kemudian ketika ia bangkit untuk pergi ke kamar mandi setelah kelas selesai, ia sengaja melewati sisi An Xioayang untuk melemparkan catatan kecil itu sambil memberinya tatapan penuh arti.     

Mau tak mau, An Xioayang mengangkat alisnya keheranan.     

Apa maksud dari sorot mata itu?     

Kenapa harus membuat catatan seperti ini? Jika ada yang ingin ia katakan, kenapa tidak langsung mengatakannya saja?     

Tapi karena sudah lelah berpikir, An Xiaoyang akhirnya membuka catatan itu perlahan.     

Sebuah paragraf panjang muncul di depannya dalam sekejap.     

Tulisan tangan itu seperti awan yang berarak dan air yang mengalir, begitu memanjakan mata siapa pun yang membacanya. Tetapi tepat setelah An Xiaoyang menyapu bersih kata demi kata, raut wajahnya sontak berubah.     

Rona merah samar juga mulai menyelimuti akar telinganya. Terlebih lagi ketika ia sampai pada kalimat terakhir, warna merah di wajahnya seperti darah yang hampir menetes.     

Ia mencengkeram catatan itu erat-erat, menundukkan kepalanya, lalu mengambil napas dalam-dalam untuk beberapa saat, baru kemudian ia mengambil pena, membuka lipatannya dan membuat beberapa goresan di sana.     

Sungguh, ia bahkan tidak berani membuangnya karena takut akan dibaca oleh orang lain.     

Hingga, lima atau enam menit kemudian, akhirnya Sang No kembali. Bocah itu kini hanya mengenakan seragam sekolah tipis lengan pendek. Mungkin karena merasa kepanasan, ia memutuskan untuk mencuci muka. Terlihat dari beberapa helai rambut di dahinya yang basah.     

Harus diakui, tampilannya yang seperti ini benar-benar berhasil membawa sedikit kesejukan yang menyegarkan di bulan Juni yang panas dan kering.     

Remaja tampan dan dingin ini memang seringkali mampu menarik perhatian para gadis.     

Secara naluriah, An Xioayang pun juga menyadarinya begitu ia berjalan memasuki kelas, lalu ia menatapnya, dan kemudian dengan cepat menundukkan kepala.     

Bocah itu sangat tidak tahu malu!     

Bahkan dengan narsisnya ia menyematkan namanya dengan 'Kekasihmu yang paling imut'.     

Benar-benar membuat udara di sekeliling mereka semakin gerah.     

Tapi tampaknya, bocah itu tetap terlihat tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal jelas-jelas ia baru saja melemparkan catatan seperti itu. Siapa yang akan mengira?     

Munafik, bajingan, palsu!     

Dan ketika Sang No kembali, ia terlihat begitu dingin di depan orang lain. Tetapi saat langkahnya tiba di sisi An Xioayang, ia tiba-tiba berhenti, mengetukkan jari-jarinya yang indah ke meja, dan bertanya dengan suara rendah, "Bagaimana menurutmu?"     

An Xiaoyang tak bisa menahan diri untuk tidak menggertakkan giginya, lalu ia mengangkat kepalanya dan melemparkan catatan itu kembali ke tangannya. Bergegas Sang No mengambil catatan itu dan memegangnya erat-erat.     

Hanya saja, meskipun ia belum membacanya, dengan melihat tampilan An Xioayang yang seperti ini saja sudah mampu membuat Sang No membayangkan jika permasalahan ini akan sulit.     

Dengan desahan rendah yang terlontar tanpa bisa dicegah, akhirnya ia mencondongkan tubuh ke telinga An Xioayang untuk berbisik, "Aku melakukannya untukmu."     

Ucap Sang No tanpa basa-basi.     

Rasa malu yang menjalar di wajah An Xiaoyang semakin tak terhindarkan. Lalu, ketika ia hendak mencubitnya, Sang No lebih dulu menghindar dengan sigap. "Cepat atau lambat, kamu dan temperamen burukmu itu akan menjadi milikku."     

Tidak ada gunanya untuk berpura-pura menjaga martabat sekarang. Ya, tubuh yang menawan itu akan menjadi miliknya seutuhnya, cepat atau lambat.     

Dan benar saja.     

Setelah catatan itu dibuka, sebaris kata-kata indah terjawab di bawah tulisan tangan Sang No, "Mimpi! Bahkan sekali pun aku tidak akan memikirkannya!     

Sudah bisa ditebak.     

Meskipun An Xiaoyang tahu bahwa apa yang ia katakan itu benar, tapi gadis itu pasti masih merasa jika cara ini tidak masuk akal. Lagipula, bagaimana bisa ia melakukan itu? Sang No benar-benar telah memberinya ide yang buruk. Hanya untuk menghindari nyeri perut saat ujian masuk perguruan tinggi, ia akan melakukannya? Selain itu, sekarang adalah waktu yang kritis. Jadi, bagaimana ia bisa menundanya dan justru memengaruhi konsentrasinya nanti?     

Sama sekali tidak!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.