Tinggal Bersama (11)
Tinggal Bersama (11)
Selama An Xiaoyang percaya, itu sudah cukup.
Sedangkan pria gemuk kecil itu, entah ia percaya atau tidak… bukan urusannya!
Kemudian..
Tepat ketika semua orang mengira nomor itu adalah lelucon yang disengaja, keesokan harinya, perampok itu benar-benar mulai melakukan kejahatan.
Dalam komunitas tertutup, ia berpura-pura menjadi kurir dan mencuri pemilik mobil yang pulang pada malam hari.
Namun, orang tersebut menyimpan nomor yang ditinggalkan V setelah melihat pemberitahuan yang ada dan bahkan menempatkannya sebagai panggilan pintas darurat.
Ketika dirampok, ia langsung membuat panggilan telepon dari sakunya dengan panik. Kemudian ia tidak lagi mengeluarkan ponselnya karena perampok itu mengancamnya. Tak hanya itu, perampok yang menghadangnya kini mengenakan penutup kepala dan memintanya untuk menurunkan semua barang berharga, jam tangan, gelang, dompet ... dan bahkan ponsel.
Hanya saja, ia tidak tahu.
Bahwa suara-suara yang terekam di sana telah dikirim melalui ponsel, serta informasi lokasi selama panggilan berlangsung telah dikunci.
Mau tak mau, ia segera menutup panggilan itu dan menyerahkan ponselnya, tetapi ia merasa belum melaporkan apa pun. Alhasil, ia sama sekali tidak berharap banyak. Sementara di depannya saat ini, perampok itu dengan tergesa menggeledah semua barangnya dengan pisau, dan pria itu hanya berharap dirinya tidak akan mati.
…
Setelah lima atau enam menit berselang.
Suara beberapa deru mesin motor datang dari pintu basement, yang tiba-tiba berhenti di sana, dan berdengung tanpa henti. Suara itu tentu sangat mengejutkan sekaligus menggairahkan.
Dan ketika sang perampok mendengar suara itu, ia bergegas untuk melarikan diri. Namun naas, saat ia baru saja mengambil tas yang dicuri, tiba-tiba langkahnya dipotong oleh salah satu motor yang datang!
Seketika, perampok itu tertegun di tempat dan langsung ambruk ke tanah.
Tapi bukannya membiarkannya pergi, mereka justru berhenti untuk mengelilinginya dan mulai memukulinya.
Sedangkan pemilik mobil yang dirampok melihat penampilan mereka dan benar-benar terpana. Mereka semua memakai helm. Lalu, ia mengulurkan tangannya dan termangu di tempat, "... Ka-ka-kalian V?"
Namun, mereka tidak mengatakan apa-apa dan mengabaikannya begitu saja.
Akhirnya, sebelum pergi, salah seorang anggota organisasi V mengambil semua barang yang tercecer di tanah, berjalan mendekat, dan menyerahkannya kepada pria yang dirampok, "Panggil polisi, sisanya kuserahkan pada dirimu sendiri."
Setelah itu, empat atau lima orang dari mereka meninggalkan pria itu menggunakan motor, satu demi satu melintas di basement, tampak begitu keren, tampan, dan mengasyikkan.
Sementara pemilik mobil itu masih terkejut untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya ia bereaksi dan dengan cepat meneriakkan kata terima kasih kepada mereka.
Dan semua pemandangan ini tak luput dari kamera pemantauan basement.
...
Di lain tempat, ketika An Xiaoyang sedang mengerjakan tugasnya, ia mendengar Sang No keluar dengan tergesa-gesa. Lalu terdengar suara deru mesin motor di bawah apartemen. Tentu saja ia ketakutan dan mengira sesuatu telah terjadi.
Tanpa ragu, ia bergegas keluar dan menunggu dengan cemas, memegang ponsel di tangannya, dan merasa benar-benar gila. Ia sama sekali tidak tahu apakah harus meneleponnya atau tidak, karena takut panggilannya justru akan mengganggu.
Tapi apa yang terjadi?
Untungnya, tidak butuh waktu lama bagi Sang No untuk kembali. Pemuda itu hanya pergi selama kurang lebih setengah jam.
Begitu Sang No membuka pintu, ia melihat sosok kecil berdiri di ruang tamu di lantai pertama dengan mata merah, mengenakan piyama dan mantel, dan dengan cemas menunggu dirinya di ruang tamu. Kemudian sosok itu bergegas berlari menyambut ketika melihat dirinya muncul.
Sementara ia hanya berdiri di pintu masuk, mengenakan pakaian tipis ketika keluar, dan pakaian yang ia kenakan pada waktu-waktu khusus telah dibuang ke garasi dengan motornya di sana.
Saat itu, ia bersandar di pintu sembari menarik gadis itu ke dalam pelukannya dengan erat.
Gadis itu tampak sangat khawatir dan ketakutan sehingga Sang No memeluknya erat-erat.
Seketika itu juga, Sang No menyadari bahwa——