Tinggal Bersama (10)
Tinggal Bersama (10)
"Persetan denganmu!" An Xiaoyang langsung berbalik dan hendak pergi. Tentu saja, rona merah di wajahnya juga tidak lagi bisa idsembunyikan.
Tidak perlu lagi bertanya apa alasannya.
Namun, begitu ia melangkah pergi, tubuhnya langsung ditarik kembali oleh kekuatan di belakang dan tanpa ragu, Sang No mengambil kesempatan itu untuk menundukkan kepalanya demi meraih manis bibir An Xiaoyang.
Sudah lama ia memikirkan.
Dan menginginkan ini.
Akhirnya kini, ia menemukan kesempatan untuk menciumnya.
Sang No mengakui bahwa gambar-gambar dalam pikirannya membuatnya siap untuk bergerak, dan bahkan ia sampai bermimpi seperti itu semalam. Tetapi pada kenyataannya, ia tidak akan melakukan apa pun pada An Xioayang. Bagaimanapun, gadis itu masih sangat kurus dan kecil. Jadi, bagaimana mungkin ia tega menyakitinya?
Tapi di lain sisi, ia juga ingin serakah.
Apalagi setelah secara tidak sengaja melihat tubuh An Xiaoyang tadi malam. Tentu sangat sulit untuk mengendalikannya, terlebih di usianya yang kuat seperti sekarang dan gadis itu adalah gadis yang ia cintai.
Alhasil, yang bisa ia lakukan hanyalah dengan menciumnya dengan membabi buta seperti saat ini.
Tampaknya semua kesabaran yang selama ini ia pendam akhirnya meledak.
Sementara tubuh An Xiaoyang sendiri kini dibenturkan ke dinding. Sedang Sang No menundukkan kepalanya dan menciumnya dengan ganas, seolah-olah ia ingin menelan gadis kecil yang tak berdaya itu.
Ketika Sang No melepaskannya, kaki An Xiaoyang benar-benar langsung melunak. Jika saja Sang No tidak segera memeluknya, ia pasti akan jatuh ke tanah.
Setelah dicium dengan begitu dalam dan ganas, kini dunia An Xiaoyang serasa berputar.
Sampai akhirnya, ia dipeluk oleh Sang No sebelum keduanya pergi menuju sekolah.
Tak bisa disangkal, tubuhnya benar-benar lemas. Apalagi ciuman itu belum pernah ia lakukan sebelumnya, yang membuatnya hampir kehilangan semua kekuatannya.
Tentu saja…
Itu juga membuatnya malu setengah mati.
...
Hari pertama hidup bersama dimulai seperti ini dan semuanya terasa manis di hati.
Di sekolah, keduanya belajar dengan santai namun juga bersungguh-sungguh. Siang harinya, mereka pulang bersama untuk makan siang yang bergizi dan kembali ke sekolah sore harinya. Hari-hari tampaknya sama setiap hari, tetapi interaksi kecil yang manis di antara kedua orang itu terjadi sepanjang waktu.
Sederhana, damai, dan indah.
Tepat setelah An Xiaoyang dan Sang No tinggal bersama selama seminggu, sebuah kecelakaan kecil tiba-tiba memecah ketenangan sekolah.
Ada perampok di dekat sekolah yang telah melakukan kejahatan sebanyak dua kali. Banyak saksi mengatakan jika perampok itu membawa pisau. Saat salah satu korban mencoba berkelahi dengan perampok, ia terluka parah. Alhasil, karena kejadian inilah semua orang menjadi ketakutan.
Terlebih lagi, ada rumah sakit di dekat sekolah, belum lagi rumah dan apartemen komunitas yang pastinya akan ada banyak orang yang sering berlalu lalang.
Dan karena itu di luar sekolah, jadi tidak bisa dikendalikan sama sekali. Semua permasalahan itu tentu hanya bisa diserahkan ke pihak polisi.
Tapi polisi tidak bisa tinggal di sana sepanjang malam.
Alhasil, begitu banyak siswa merasa sangat kesal.
Namun, saat ini, serangkaian angka dan kalimat muncul di situs web resmi sekolah dan platform utama jaringan Kota G.
Di sana tertulis: Dalam kasus kematian, Anda dapat menghubungi nomor ini: 00**.
Tambahan: Tolong jangan membuat kekacauan dan kerusakan, jika tidak, perlakuan Anda akan disebut sebagai tindakan "penjahat".
Atas nama: V.
Nyatanya, setelah munculnya informasi seperti itu, hanya sedikit orang yang mau memercayainya.
Bahkan pria kecil gemuk itu berkata dengan senyum sinis bahwa nomor itu hanya akal-akalan belaka. Aneh rasanya jika memercayainya. Sementara Sang No langsung mengalihkan pandangannya setelah mendengar ucapan temannya.
Lalu ia menekan meja di depannya, "Bagaimana menurutmu, apa kamu akan percaya?"
Perlahan An Xiaoyang berbalik, mencengkeram penanya, dan dengan serius berkata, "Ada semua jenis keajaiban di dunia dan juga kejahatan yang merajalela, jadi aku percaya."
Mendengar pernyataan tersebut, pemuda itu langsung tersenyum, lalu ia menjilat bibirnya, yang menunjukkan wajah sangat bahagia. Kemudian—