Tinggal Bersama (9)
Tinggal Bersama (9)
Kini, pipi An Xiaoyang masih memerah dan ia diam-diam mendorong tangan Sang No menjauh, baru kemudian ia berencana untuk bangun.
Situasi ini sangat sulit.
Saat berdua saja dengan Sang No, jantung An Xiaoyang rasanya ingin melompat keluar.
Lalu ia bangkit dan pergi, tetapi Sang No meraih pergelangan tangannya, "Apa yang ingin kamu lakukan?"
Meski An Xiaoyang sudah mencoba melepaskan tangannya, tetapi usahanya hanya sia-sia belaka. Alhasil, ia berbisik, "Aku akan mengemasi tas sekolahku."
"Kamu sudah selesai makan?"
"..." An Xiaoyang melirik setengah mangkuk bubur yang tersisa, wajahnya tampak kusut sesaat, dan tenggorokannya serasa tercekat, "... Um."
Kemudian ia mendengar Sang No mendengus dan berkata, "Bagaimana kamu bisa membuang-buang makanan dan menyisakan setengah bubur? Kenapa? Kamu ingin memintaku untuk menghabiskannya?"
Setelah selesai mengomel, Sang No langsung menariknya dan memintanya untuk duduk. Lalu ia berkata dengan sungguh-sungguh, "Habiskan semua sebelum kamu pergi."
Kini, An Xioayang tidak bisa berkata apa-apa, "..."
Bukankah sebenarnya Sang No hanya ingin ia tinggal lebih lama? Pemuda itu benar-benar seorang penulis drama yang handal.
Saat itu, ketegangan di antara keduanya tampak mereda. Tidak ada yang menyebutkan apa yang terjadi tadi malam, dan kalimat yang baru saja dilontarkan Sang No justru membuat hati An Xiaoyang terpesona selama sesaat. Setelah duduk, dadanya bahkan masih naik turun dengan keras.
"Makanlah lebih banyak, kamu sangat kurus." Kemudian, Sang No memberikan beberapa makanan ke piringnya.
Namun An Xiaoyang menolak, "Aku sudah makan banyak. Kamulah yang seharusnya makan lebih banyak, apalagi aku baru tahu jika kamu harus pergi berolahraga setiap pagi. Pasti sangat sulit bagimu saat di sekolah. Aku benar-benar tidak menyangka kamu memiliki kebiasan ini."
Detik berikutnya, ia mendengar tawa renyah di telinganya. Kali ini, suara Sang No yang jernih memasuki telinganya dan menembus hatinya, "Tentu saja, aku harus berolahraga dan memperkuat tubuhku untuk melindungi orang yang aku sukai."
Hanya ketika tubuhmu kuat, kamu dapat melindungi orang yang kamu sukai.
Seketika, napas An Xiaoyang terhenti sejenak, "...."
Perlahan ia menurunkan pandangannya, bulu matanya yang ramping seperti kupu-kupu yang melebarkan sayapnya untuk terbang, dan di bawah sinar matahari pagi ini, wajahnya yang kecil dan cantik tampak begitu asing dengan urusan dunia, tampak begitu muda, dan pendiam.
Hanya saja, pipinya yang merona, sedikit pemalu, dan sedikit gugup yang justru membuat orang semakin tergila-gila.
Ia… bukankah ia terlalu banyak bicara?
Seharusnya ia tidak perlu bertanya!
Setiap kali ia bertanya, jawaban Sang No selalu saja bisa melibatkan dirinya.
Sementara Sang No sendiri yang menatapnya seperti itu tampak berbinar dan secara tidak sadar ia kembali teringat akan dirinya yang masuk ke kamar An Xiaoyang dan melihatnya hanya mengenakan bra bagian atas, tampak malas, rambut pendek yang membuatnya terlihat seksi, dan wajah memerah.
Kini, tangannya yang memegang sumpit tiba-tiba mengencang dan tubuh pemuda itu seolah dialiri darah panas.
Dengan cepat ia mengalihkan pandangan darinya, menundukkan kepalanya, dan mulai makan bubur yang ada di hadapannya saat ini.
Kelas akan dimulai pada pukul 8, dan keduanya belum juga keluar sampai pukul 7:30, yang hanya tersisa 15 menit.
Begitu mereka akhirnya keluar, Sang No melihat bahwa An Xiaoyang telah membungkus dirinya, menutupi rahangnya, hanya memperlihatkan rambut pendeknya, dan setengah dari ujung jarinya yang halus di bawah lengan bajunya.
Sementara dirinya hanya mengenakan pakaian kasual hitam dan membawa tas sekolahnya di satu tangan.
"Ayo, kita bisa terlambat." Ujar An Xiaoyang sembari melihat arlojinya dan memimpin keluar.
"Tunggu—!"
"Ada apa?" An Xioayang menoleh ke belakang dengan terkejut.
Saat Sang No mengambil tas sekolahnya, ia mengucapkan sepatah kata dengan perlahan——