Halo Suamiku!

Tinggal Bersama (5)



Tinggal Bersama (5)

0Dari luar, tubuh An Xiaoyang memang tampak kurus, tapi tak disangka, dua buah dada montok yang lembut terbungkus di bawah pakaian dalamnya yang tipis.     

Tepat ketika ia hendak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tiba-tiba, ada gerakan di luar pintu. Detik berikutnya, pintunya terbuka dan terdengar Sang No berkata dengan keras, "Xiaoyang, aku membawakanmu sesuatu untuk tidur malam ini—"     

Kata-kata Sang No sontak terhenti dengan piyama di tangannya.     

Saat itu juga, mata Sang No tiba-tiba melebar setelah ia tengah menyaksikan apa yang ada di depan matanya sekarang dan sosoknya kini tampak benar-benar bodoh.     

"Aaaahhhh—!"     

An Xiaoyang seketika berteriak sembari menutup dadanya rapat-rapat.     

 !!!     

Setelah Sang No bereaksi, ia dengan cepat mundur dan langsung menutup pintu. Kini, napasnya menjadi tidak teratur dan terengah-engah. Begitu melihat ke bawah dan mendapati bahwa piyama yang ia siapkan untuk An Xiaoyang masih berada di tangannya, ia langsung merasakan panas di wajahnya.     

Dengan sekuat tenaga, ia mencoba menguasai diri dan kembali ke kamarnya sambil menghela napas panjang.     

Kemudian ia menjambak rambutnya sembari berjalan mondar-mandir di dalam ruangan, karena bagaimanapun, pikirannya penuh dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.     

Terlepas dari segalanya, sejujurnya ia sama sekali tidak menyangka.     

Ternyata milik An Xiaoyang tidak lah kecil.     

Bahkan bisa dibilang, ini lebih dari sekadar besar.     

Siapa sangka, di balik pakaiannya yang tebal dan tubuh kurus, ada dua bola besar yang tersembunyi di sana.     

Bagaimana itu bisa tumbuh dengan begitu…     

Bukankah gadis itu kekurangan gizi?     

Dengan tergesa-gesa, Sang No segera membuka jendela agar hawa dingin yang menyegarkan merangsek masuk ke dalam dan menghilangkan keringat serta panas di tubuhnya.     

Malam begitu tenang, terlebih saat waktu sudah menunjukkan hampir jam sembilan malam. Setelah apa yang terjadi, Sang No tidak berani menemuinya lagi.     

Ia hanya berdiam diri di kamarnya sampai lebih dari jam 11 dan tidak beranjak sedikit pun dari meja belajarnya. Saat ini, ia terus berkutat di depan mejanya untuk mempelajari Olimpiade Matematika dan ingin mencurahkan pikirannya penuh di dalamnya. Hanya saja kali ini, tampaknya ia butuh waktu lama untuk berkonsentrasi.     

Sebelumnya, pikiran Sang No hanya dipenuhi oleh beberapa gambaran yang sepertinya di luar kendalinya sendiri.     

Ketika Sang No akhirnya bangkit, waktu sudah menunjukkan hampir jam 12 malam. Padahal biasanya jam tidurnya sangat teratur. Belum lagi ia harus berlari dengan beban dan berlatih pertempuran jarak dekat pada jam lima pagi.     

Begitu melirik piyama yang dilemparkan begitu saja ke tempat tidur, Sang No terlihat ragu-ragu sejenak, sebelum akhirnya membuka pintu.     

Saat melihat ruangan seberang, masih terpancar cahaya di bawah celah pintu... Sontak, matanya sedikit berbinar.     

Kemudian ia mengepalkan piyama di tangannya, berdiri di pintu sejenak, sebelum ia berjalan maju sembari mengangkat tangannya sedikit untuk mengetuk.     

Sesaat sebelum tangannya berhasil mencapai pintu, tiba-tiba ia mendengar suara derap langkah yang mendekat. Tentu saja ia terkejut, berbalik seketika, dan dengan cepat masuk kembali ke kamarnya.     

Tepat di detik berikutnya, ketika pintu An Xiaoyang terbuka, pintu kamar Sang No juga baru saja tertutup. Dan saat An Xiaoyang tanpa sadar melihatnya, ia mendapati bahwa pintu yang tertutup itu tampak sedikit bergetar.     

Ia sontak mengerutkan kening samar, "..."     

 ???     

Tapi tanpa memedulikan itu, ia bergegas ke dapur karena merasa sangat haus. Di sana, ia mendapati sebotol besar campuran madu dan limun di atas meja. Segera, ia mencari cangkir sekali pakai, lalu menenggaknya tiga kali berturut-turut. Setelah merasa puas, ia berencana untuk segera kembali ke lantai atas.     

Tak bisa disangkal, hanya ia dan Tuhan yang tahu betapa dirinya merasa seolah sekarat karena kehausan, tetapi tidak memiliki keberanian untuk keluar.     

Sampai akhirnya, ia tidak bisa menahan diri untuk keluar. Dan untungnya, Sang No ada di kamarnya saat itu dan tidak lagi melihatnya.     

Hanya saja, tepat ketika An Xiaoyang dengan cepat mematikan lampu di lantai bawah dan menaiki tangga untuk bergegas kembali ke kamarnya——     

Di saat tangannya baru saja menyentuh gagang pintu kamar, tiba-tiba ruangan seberang terbuka—     

Seketika itu juga, napas An Xiaoyang seolah tertahan…!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.