Cinta Pertama yang Manis (1)
Cinta Pertama yang Manis (1)
Kini, Sang No tidak tahu harus berkata apa pada kayak perempuannya, "..."
Ternyata, semua kekhawatirannya berlebihan. Bahkan kakaknya benar-benar seperti seorang ibu. Ketika ibunya meninggal, kakaknya selalu mengurus segala sesuatu tentang dirinya. Sekarang, ia menangani urusan pribadinya dengan sangat hati-hati. Karena kakaknya mencintainya, ia juga mencintai gadis yang disukainya.
Benak Sang No terus meneriakkan kata lebih dari sekadar rasa terima kasih.
"Kakak, terima kasih, terima kasih banyak, juga pada kakak iparku."
"Selalu bersikaplah sopan pada kami."
Setelah selesai makan, Sang Xia membawa anak-anak ke mobil Rong Zhan yang telah menunggu. Kini, mereka hendak pergi menemui gadis itu bersama dengan Sang Nuo.
Tapi alih-alih masuk, Sang Xia justru hanya melihat dari luar karena takut mengganggu gadis kecil itu.
Tetapi meski hanya melihat dari luar, sepertinya ia mengerti mengapa Sang No menyukainya.
Ketika ia bertanya pada Rong Zhan sebelumnya, Rong Zhan juga menjawab bahwa gadis itu kurus dan kecil, dan penampilannya sangat biasa. Sangat berbeda dengan dirinya yang menyukai gadis-gadis montok di usianya.
Siapa yang tahu jika ternyata Sang No menyukai gadis berambut kuning seperti itu.
Apalagi dengan penampilan dan kondisi Sang No, tentu tidak sedikit gadis yang mengejarnya.
Sedangkan gadis itu tampaknya memiliki tinggi 160 sentimeter, berambut pendek, wajah kecil dan kulit putih. Meski Sang Xia tidak bisa menggambarkan apa yang istimewa, tapi gadis itu tampak luar biasa. Ia juga terlihat sangat cantik dan terlihat baik.
Namun Sang Xia uga mengerti bahwa hal yang paling menarik dari gadis kecil seperti itu bukanlah penampilannya, tetapi karakternya, yang ulet dan pantang menyerah. Meski terlihat lemah, tetapi sebenarnya ia lebih kuat dari siapa pun.
Seolah jiwa yang kuat tinggal di tubuh kecilnya, dan itulah alasan mengapa Sang No merasa tertarik
Dan alasan mengapa Sang No menyukai gadis seperti ini... pada analisis terakhir, ini terkait dengan kondisi keluarganya. Anak-anak dari keluarga mereka juga mandiri dan terbiasa berkeliaran di luar sendirian, entah itu Sang Xia atau Sang No sendiri.
Di alam bawah sadarnya, Sang No pasti akan mencari jodoh yang menyayangi hati dan jiwanya. Jadi kualitas kemandirian dan keuletan akan menarik baginya, daripada jenis anak perempuan yang hanya bisa menjual imut dan centil pada usia ini.
Sesaat sebelum akhirnya Sang Xia memutuskan pergi, ia mengucapkan beberapa patah kata pada Sang No..
Dan kalimat terakhir yang diucapkan olehnya.
"Sang No, aku tahu kamu memiliki orang-orang yang ingin kamu lindungi dengan kemauanmu sendiri, tetapi itu juga berarti kamu harus bekerja lebih keras agar bakat dan kemampuanmu dapat menandingi harga diri dan kemauanmu."
Tanpa perjuangan, bagaimana bakatnya bisa sesuai dengan keinginannya?
Ini berlaku untuk semua orang.
Dan hati Sang No serasa disentak kuat.
Setelah Sang Xia pergi, Sang No tinggal di sisi An Xiaoyang untuk waktu yang lama.Semenjak kakak dan kakak iparnya datang hingga sekarang, ia hanya merasa bahwa hidupnya telah banyak berubah, tetapi perubahan itu berkembang ke arah yang baik.
Di masa depan, ia pasti akan menjadi pria yang luar biasa seperti kakak iparnya!
Seperti yang dikatakan kakaknya, jika ingin melindungi diri sendiri dan orang lain, ia harus memiliki modal yang kuat untuk masa depan.
...
An Xiaoyang bangun lebih dari jam satu siang. Matahari terasa hangat di siang itu. Kini, ia hanya merasa seolah-olah telah tidur untuk waktu yang lama, yang juga membuatnya tampak memiliki kekuatan di sekujur tubuhnya, bahkan membuat kepalanya tidak lagi mengantuk dan justru merasa nyaman.
Selama itu, ia sama sekali tidak bermimpi, dan hanya tidur dengan sangat nyenyak dan puas.
Hanya saja, ia bangun dengan perasaan basah di bibirnya…