Halo Suamiku!

Pindah Bersamaku (2)



Pindah Bersamaku (2)

2Memang benar bahwa rumahnya tidak dekat dari sekolah. Setiap hari, ia harus bolak-balik dengan cuaca yang semakin dingin. Tentu tak bisa disangkal jika ia menderita selama ini.     

Sementara apartemen yang Sang No tinggali dekat dengan sekolah, belum lagi ada bibi yang mengurus kehidupan sehari-harinya.     

Alangkah nyamannya.     

Ketika Sang No mengatakan itu, mereka sedang makan bersama sepulang sekolah.     

Dan di saat itu, An Xiaoyang tertegun di tempat, lalu memberinya tatapan rumit, dan kemudian menolak.     

Tanpa diduga, ia juga mempercepat langkahnya, pergi sendiri, dan tidak lagi bicara dengan Sang No.     

Di belakangnya, tentu Sang No merasa kebingungan. Ada apa?     

Hanya saja, di detik setelahnya, ia mendengar napas yang memburu dari belakang.     

Begitu menoleh, ia mendapati pria gemuk kecil itu menekan bahunya, sedikit terengah-engah, dan menarik lengan bajunya sendiri. Sang No tidak bisa menahan tawa melihatnya. "Sang No Sang No, aku mendengarnya. Kamu memiliki keberanian besar untuk berbagi kamar dengan seorang gadis. Apa kamu tidak merasa malu pada diri sendiri atas apa yang ingin kamu lakukan?"     

Begitu Sang No mendengarnya, ia langsung menendangnya, "Apa yang ada di kepalamu itu sangat kotor."     

Kemudian ia melemparkan tas sekolahnya ke bahu dan pergi dengan cepat.     

Tepat ketika ia mengikuti An Xiaoyang lagi, Sang No melihat sosok kecil di depannya tiba-tiba menundukkan kepala dan menggaruk kepalanya. Bahkan penampilannya tampak jauh lebih rumit.     

Uhuk.     

An Xiaoyang tidak berpikir jika Sang No akan melakukan sesuatu padanya, kan…!     

Tidak, ia bukan orang seperti itu!     

Persetan!     

 **     

Ketika keduanya memasuki masa belajar intensif, Sang Xia berencana untuk meninggalkan Kota G.     

Hampir semua masalah telah mereka selesaikan dan segala sesuatu di belakang tergantung pada diri mereka sendiri.     

Malam itu, setelah Sang Xia membujuk kedua anaknya untuk tidur, ia mengenakan mantelnya dan pergi menemui Rong Zhan yang sedang menelepon dari balkon untuk membicarakan tentang rencana mereka yang hendak kembali ke Kota A.     

Kini, Sang Xia berjalan dengan ringan dan hanya mengenakan kaus kaki. Sebelum mendekat, samar-samar oa mendengar Rong Zhan menelpon seorang wanita. Meski ia tidak bisa mendengar suara milik siapa, tetapi ia memastikan bahwa itu adalah suara wanita.     

Tanpa disadari, Sang Xia telah berdiri di belakang seraya memandang Rong Zhan yang sedang merokok dan menelpon dengan tatapan serius.     

Siapa… wanita itu?     

Sebenarnya, Sang Xia tidak akan pernah meragukannya, karena Rong Zhan tidak bodoh. Pria itu telah memilikinya dan juga dua orang anak. Apalagi anak-anaknya masih sangat kecil. Rong Zhan sendiri juga sangat mencintai dirinya. Jadi bagaimana ia bisa terlibat dengan wanita lain.     

"Yah, oke, aku akan menunggu. Sekarang, kututup dulu."     

Rong Zhan mengatakan itu dengan nada lemah. Kemudian ia menggerakkan ponselnya, seolah tangannya sedang menggambar di suatu tempat.     

Dengan sebatang rokok di antara jari-jarinya, ia berkata tanpa mengangkat kelopak matanya, "Apa yang kamu lakukan tanpa sepatu? Kamu tidak takut masuk angin?"     

Setelah Rong Zhan selesai mengatakannya, ia meletakkan ponselnya bersamaan dengan sebatang rokok di tangannya, lalu berjalan mendekat.     

Alih-alih mencari sepatu, Sang Xia justru mengulurkan tangannya untuk mengaitkannya ke leher Rong Zhan. Mendapati itu, Rong Zhan tidak punya pilihan selain menghela napas, menggendongnya dengan ekstra hati-hati, dan kemudian membawanya memasuki rumah.     

Tampak sebersit senyum di bibir Sang Xia. bagaimanapun, posisi ini agak buruk. Mau tak mau, kakinya mengangkang dan menjepit pinggang Rong Zhan yang kuat. Kini, ia tergantung di tubuh Rong Zhan dan disokong oleh tangannya yang besar.     

"Tidak, Rong Zhan, mereka baru saja tidur. Ayo kita ke balkon. Ada yang ingin kukatakan padamu."     

"Huh? Masalah apa?"     

Sambil berbicara, Rong Zhan membawanya kembali ke balkon. Bintang-bintang sangat jelas jika dilihat dari balkon terbuka ini. Bahkan pemandangan seluruh Kota G terhempas di depan mereka dengan sangat luar biasa.     

Kemudian, ia menurunkannya dan langsung menariknya kedalam pelukan. Kali ini, mereka menyaksikan kerlap-kerlip malam yang gelap bersama-sama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.