Halo Suamiku!

Rahasia Wanita Lain yang Ditelpon Rong Zhan (1)



Rahasia Wanita Lain yang Ditelpon Rong Zhan (1)

3Tampaknya saat ini, semuanya sudah beres.     

"Rong Zhan, semuanya sudah beres sekarang. Ayo kembali ke Kota A." Sang Xia berbisik pelan.     

Bagaimanapun, Kota A adalah rumah mereka, rumah asli mereka.     

Tempat itu juga merupakan tempat di mana ia hamil, bayi mereka lahir, dan waktu terbaik yang mereka miliki.     

Kini, Rong Zhan memeluknya erat-erat, menundukkan kepalanya dan membuka mulutnya perlahan, "Kenapa terburu-buru? Apa Kota G sangat buruk? Tidak ada salahnya untuk tinggal lebih lama di sini. Lagi pula, kita pertama kali terhubung saat di Kota G. Bahkan meski kenangan di tempat ini tidak bagus, tapi sekarang kita di sini. Kita bisa menebusnya bersama. Bagaimana menurutmu? Selain itu, aku tidak akan keluar selama jangka waktu ini dan akan tinggal bersamamu dan anak-anak."     

Setelah selesai mengatakannya, ia membungkuk dan mengecup sudut mulut Sang Xia.     

Melihat ia berkata demikian, Sang Xia mengangkat alisnya sedikit.     

Samar-samar, ia merasa ada sesuatu yang salah, tetapi ia tidak bisa mengatakannya untuk sementara waktu. Lagi pula, selama Rong Zhan bersamanya dan anak-anaknya, keluarga mereka akan baik-baik saja.     

Sebuah rumah hanyalah tempat. Dan tempat bersama keluarga adalah rumah.     

"Baiklah kalau begitu."     

Ia mengangguk.     

Kemudian, Rong Zhan menarik sudut bibirnya, lalu menggendongnya begitu saja, dan membawanya kembali ke kamar.     

Ketika Rong Zhan pergi mandi, pintu depan sengaja Sang Xia tutup setengah. Detik berikutnya, ia pergi ke tempat di mana Rong Zhan menggantung mantelnya, lalu menjelajahi sakunya, dan mengambil ponselnya.     

Yah, sudah dingin.     

Dengan segera, Sang Xia memasukkan kata sandi untuk melihat catatan panggilan yang baru saja dilakukan Rong Zhan.     

Karena setelah kembali dari balkon, ia menyadari ada yang tidak beres. Dulu, Rong Zhan tidak pernah mempermasalahkan kemana pun Sang Xia pergi. Tapi sekarang, ia seolah menghalang-halangi.     

Tanpa sadar, Sang Xia memikirkan suara wanita yang ia dengar ketika Rong Zhan menelepon tadi.     

Dan saat ini.     

Sang Xia tampak sedikit terkejut.     

Dalam catatan panggilan itu, Sang Xia mendapati Rong Zhan menghapus catatan panggilannya…     

Kenapa, ada apa?     

Tiba-tiba perubahan halus terasa di wajah Sang Xia.     

Ia berdiri di sana sebentar sampai suara air di kamar mandi berakhir, dan kemudian, Sang Xia meletakkan kembali ponselnya seperti semula.     

Akhirnya, dengan napas lega, ia berjalan kembali dengan piyamanya dan masuk ke dalam selimut dengan memunggungi pintu kamar mandi.     

Meski ia menutup mata, tetapi lubuk hatinya tidak bisa merasa tenang untuk sementara waktu.     

Ya, ia sangat percaya pada Rong Zhan.     

Tentu saja ia sangat memercayainya, tetapi ia tidak mengerti mengapa Rong Zhan harus menghapus informasi itu dan tidak memberitahu dirinya setelah ia mengakhiri panggilan telepon dengan seorang wanita.     

Berapa lama ia telah bersikap seperti itu?     

Belum lagi, Rong Zhan selalu keluar saat siang hari. Benarkah ia hanya bertemu dengan teman-teman lamanya?     

Bagaimanapun, seorang wanita tetaplah seorang wanita dan Sang Xia tidak menginginkan hal seperti itu terjadi.     

Tepat setelah Rong Zhan keluar dari dalam sembari mengeringkan rambut dan membungkus tubuhnya dengan handuk mandi, ia melihat istrinya berbaring di ranjang tanpa bergerak. Segera ia melemparkan handuk, membungkuk sedikit, mengamati dengan lembut, dan bertanya dengan suara rendah, "Sayang, kamu sudah tidur?"     

Sang Xia hanya diam seribu bahasa, "..."     

Sang Xia tidak ingin memperhatikannya, tetapi ketika Rong Zhan bertanya demikian, mungkin ia akan melancarkan rencananya dan mencoba sesuatu.     

Jadi di detik berikutnya, ketika Rong Zhan melihat istrinya seolah-olah tidak ingin diganggu dalam tidurnya, sedikit mengerutkan kening, menggumamkan sesuatu dengan samar di mulutnya, berbalik, dan membelai lengannya dengan lembut.     

Rong Zhan benar. Secara alami, ia berpikir jika Sang Xia sedang tidur.     

Dengan hati-hati, ia memeluknya dengan gerakan ringan karena takut membangunkannya. Karena ia takut tubuh bagian atasnya terlalu banyak bergerak, alhasil kakinya yang panjang menarik selimut, lalu ia segera mengulurkan tangannya untuk menutupi tubuh Sang Xia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.