Halo Suamiku!

Cinta Pertama yang Manis (3)



Cinta Pertama yang Manis (3)

1Karena sebelumnya ia berkata dengan suara lemah, akhirnya ia mengulangi lagi di bawah tatapan Sang No yang terlihat luar biasa tak percaya, "Sang No, aku menulis, aku setuju padamu."     

Bagaimanapun, Sang No begitu baik padanya sehingga ia bahkan mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkannya.     

Karena itu, ia berpikir dengan sangat jelas bahwa mungkin tidak ada orang yang lebih baik di dunia ini selain Sang No. Lagipula, ia juga tidak ingin mengecewakannya.     

Ketika pemuda itu mendengar ini, ia tertegun untuk waktu yang lama. Sampai akhirnya, ia menarik sudut bibirnya dan tersenyum perlahan. Sekuat tenaga, ia mencoba menekan rasa keindahan yang menggelegak di hatinya, dan bahkan ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.     

Sisanya, ia hanya terus menyuapinya makan sembari mengerucutkan bibirnya untuk menahan gejolak di hatinya.     

Apakah ini… berkah tersembunyi?     

Raut wajah pemuda itu seperti anak kecil yang baru saja mendapat permen, yang terlihat begitu senang dan puas.     

Sementara An Xiaoyang disibukkan dengan bubur Abalone yang sangat lezat itu. Ditambah karena perutnya benar-benar lapar, ia menandaskannya hingga tak bersisa dan menjilat bibirnya dengan lidahnya yang kecil. Saat ini, ia mengenakan pakaian longgar rumah sakit. Jadi di bawah sinar matahari sore, ia tampak seperti anak kucing yang begitu malas.     

Tepat ketika mata Sang No cukup lama menatap bibir lembut itu, terutama lidah merah mudanya yang kecil terjulur, ia hanya merasa seperti terbakar di mana-mana, dengan dorongan panas yang tidak dapat dijelaskan.     

"Sang No, ada apa denganmu?"     

An Xiaoyang menatapnya dan bertanya dengan heran.     

Sang No, seorang pemuda yang selalu melakukan pekerjaan yang tegas seketika tergagap dan berkata, "An, An, Xioayang, kamu adalah pacarku sekarang... Benar, kan?"     

Sesaat setelah An Xiaoyang mendengar kata "pacar", ia sendiri sedikit tersipu. Dengan segera, ia menundukkan kepalanya sedikit, membelai rambut di telinganya dengan tangan kecilnya, dan akhirnya membuat suara lembut.     

Melihat itu, Sang No mengepalkan tinjunya dan menatap wajah merah kecilnya dengan gemas. Kini, beberapa keimpulsifannnya lebih sulit dikendalikan, dan kepalanya perlahan membungkuk.     

"Sang, Sang No, kenapa kamu begitu dekat denganku..." Kali ini, napasnya jatuh tepat di pipi An Xiaoyang.     

"An, An Xiaoyang, aku ingin menciummu… bolehkah?"     

Ketika ia mengatakan ini, kedua orang itu sudah sangat dekat. Bahkan kata-katanya membuat pipi mereka seketika bersemu merah.     

Sebelumnya, mereka tidak pernah berhadap-hadapan dengan begitu dekat.     

Dan wajah kecil An Xiaoyang kini benar-benar merah seperti tomat. Tak hanya itu, ia sendiri juga menjadi lebih bingung.     

Mengapa Sang No harus menanyakan padanya tentang hal seperti itu.     

Alhasil, ia hanya bisa secara tidak sadar menghindar karena rasa malu, tetapi Sang No tidak menyerah dan justru mengikuti dengan cermat. Tanpa ragu, ia langsung memiringkan kepalanya dan tubuhnya telah melintasi sebagian besar tempat tidur dengan tangan di kedua sisi. Kemudian, ia menundukkan kepalanya untuk mencari bibir An Xiaoyang.     

Napasnya telah berubah menjadi panas dan tidak teratur.     

Wajah An Xiaoyang masih mencoba menghindar tapi Sang No terus mendekat sembari berbisik pelan, "An Xiaoyang, kumohon…"     

Setelah kata-kata ini terlontar, ia menangkap lipatan bibir kecil berwarna merah muda milik AN Xiaoyang sepuluh detik kemudian.     

Rasanya seperti bunga sakura.     

Yang sangat manis dan lembut.     

Lalu, Sang No mengisap dengan kikuk seraya menggigit dengan keras, yang membuat tangan kecil An Xiaoyang menempel di bahunya. Kini, gadis itu kesulitan bernapas dan wajahnya benar-benar memerah.     

Di akhir ciuman, napasnya tampak terengah-engah, tapi menurut Sang No itu semua masih belum cukup. Setelah beberapa saat, ia kembali memegangi bibir kecilnya, menggigit, mengisap, dan bahkan masuk lebih dalam.     

Hingga akhirnya, An Xiaoyang perlahan merasa kewalahan.     

Cinta keduanya seperti aroma lemon yang asam sekaligus manis.     

Dan itu membuat jantungnya berdenyut tak terkendali.     

  **     

Dua hari setelah keduanya kembali ke sekolah——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.