Halo Suamiku!

Sang Xia Ikut Membantunya (1)



Sang Xia Ikut Membantunya (1)

3Begitu pertanyaan ini terlontar, polisi tampak mengangguk sambil mencatat, "Kami sedang menyelidiki ini dan akan segera menyimpulkan!"     

"156****0056!" Tanpa diduga, Sang No tiba-tiba memberikan nomor ponselnya. Kemudian, di bawah sorot keterkejutan polisi, ia dengan tenang berkata, "Ini nomor teleponku. Pacarku-lah yang ingin mereka tangkap. Aku harap kalian bisa memberitahuku sesegera mungkin!"     

Sesaat setelah Sang No mengatakannya, sekelompok teman kecilnya terbatuk dengan disengaja dan tersenyum penuh arti.     

Ketika polisi akhirnya memutuskan untuk pergi, ia lebih dulu imenoleh kembali ke arah Sang No, dan kemudian berkata dengan serius, "Anak muda, belajarlah dengan giat! Jangan jatuh cinta lebih awal!"     

Kini, giliran Sang No yang kehilangan kata-katanya, "..."     

Setelah polisi sepenuhnya pergi, Sang No berdiri di pintu bangsal, lalu dengan lembut menyentuh tempat yang baru saja dibalut oleh dokter, berbalik dan berkata kepada pria kecil gemuk itu, "Yah, sudah hampir larut malam. Kalian harus kembali, dan kamu, belajarlah sendiri malam ini."     

Pria gemuk kecil itu menepuk pundaknya, "Kalau begitu kita tidak akan tinggal lama. Kamu bisa tinggal di sini bersamanya."     

Begitu mendengarnya, Sang No sedikit menundukkan kepala.     

Tetapi ketika sekelompok teman-temannya hendak keluar, entah bagaimana, mereka tiba-tiba menepuk pundaknya dengan makna yang dalam, dan dengan sengaja berkata, "Anak muda, belajarlah dengan giat! Jangan jatuh cinta lebih awal!"     

Lalu terdengar ledakan tawa yang menggema.     

Sudut mata Sang No berkedut samar dan sebuah umpatan terlontar tajam dari mulutnya, "Sialan, kurang ajar!"     

 **     

Sesaat setelah mereka semua pergi dan hanya menyisakan Sang No seorang diri, ia bergegas menemui An Xiaoyang.     

Setelah An Xiaoyang keluar dari ruang gawat darurat, ia dipindahkan ke bangsal normal. Di sana, tepat setelah ia melihat dokter menggantungkan infus, Sang No bertanya, "Dokter, bagaimana kondisinya?"     

Ketika dokter keluar, ia melepas maskernya dan berkata kepada pria muda yang mengikuti di sisinya, "Saat ini, dia mungkin terlalu ketakutan dan masih tidak sadarkan diri. Kondisinya tidak serius, tapi—"     

"Tapi apa?"     

Jantung Sang No serasa diremas kuat menantikan jawaban dari dokter.     

"Tapi dia menderita anemia yang parah. Ditambah perawatan kondisinya yang buruk, juga tulang yang lemah. Cepat atau lambat, kondisinya akan semakin buruk jika terus seperti ini. Beri perhatian lebih setelah dia kembali nanti. Hal ini perlu diperhatikan dalam hidupnya." Setelah dokter mengatakan itu, ia berlalu pergi.     

Sementara Sang No masih tercengang di tempat. Setelah beberapa saat berlalu, baru ia perlahan berbalik.     

Melihat gadis kecil kurus di ranjang rumah sakit dengan kulit pucat dan tidak ada darah di wajahnya yang kecil dan cantik, ia mengepalkan tangannya erat-erat, dan bagian bawah hatinya terasa sangat sakit seperti dihujam ribuan pisau tajam.     

Apa yang harus ia lakukan untuk membantunya? Dan bagaimana caranya agar An Xioayang tidak menolak?     

Saat kembali mengingat apa yang telah ia katakan siang tadi, Sang No juga merasa bahwa apa yang ia lontarkan terlalu santai, yang pasti melukai harga diri An Xioayang.     

Hanya saja, kesehatannya memang buruk. Sebagai gadis remaja, ia bekerja terlalu keras dengan melakukan tiga pekerjaan dalam sehari. Belum lagi, di tahun ketiga seperti ini, ia pasti mengalami tekanan mental yang lebih besar pada studinya. Jadi bagaimana bisa menanggungnya?     

 ...     

Tidak, pasti ada jalan.     

Kini, Sang No mendatanginya dan duduk dengan tenang selama beberapa saat. Saat ini, ia sedang memikirkan sesuatu dalam pikirannya, tetapi entah siapa yang tiba-tiba muncul dalam benaknya, yang pasti Sang No seketika berdiri.     

Kemudian ia dengan cepat berlari keluar dengan ponsel dalam genggamannya.     

Kali ini, Sang No hanya berada di koridor dan tidak berani pergi terlalu jauh.     

Setelah mengatur napas, ia mencari kontak seseorang…     

"Halo, kakak?"     

 ...     

Saat itu, Sang Xia sedang bermain dengan dua anaknya ketika tiba-tiba ada panggilan telepon masuk.     

Awalnya, ia pikir ada yang salah dengan studi atau kehidupan Sang No. hanya saja, ketika ia hendak bertanya, ia lebih dulu mendengar adiknya mengatakan sesuatu seperti itu.     

Sontak, Sang Xia sedikit mengernyit dan berkata, "Sampai jumpa besok siang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.