Bertemu Bandit (1)
Bertemu Bandit (1)
Dan jika dibandingkan dengan uang Sang No, semakin menunjukkan jika ia benar-benar tidak memiliki apa-apa.
Sebenarnya, ia tahu segalanya. Anak-anak orang miskin memang bertanggung jawab sejak dini. Jadi ia bisa mengerti keluguan Sang No barusan, hanya saja, ia tidak bisa menerimanya.
Jika ia hidup dengannya, maka ia tidak akan lagi mandiri, bebas, dan memiliki hak untuk berbicara. Dan itu sama sekali bukan dirinya.
**
Sementara itu, Sang No kembali dengan wajah muram dan bibir kaku.
Begitu pria kecil gemuk itu melihat wajahnya, ia langsung mengerti betapa merahnya mata sahabatnya saat ini..
Namun, pria gemuk kecil itu tidak berani menanyakan apa pun padanya. Akan lebih baik jika ia tidak menyentuhnya saat ini.
...
Sebenarnya Sang No tidak bermaksud untuk membuatnya marah. Alasan ia melakukannya karena ia benar-benar tidak ingin An Xiaoyang menjadi terlalu keras dan kelelahan, tetapi meskipun ia mengatakan kata-kata seperti itu secara tidak sengaja, ia benar-benar telah mengatakannya.
Mungkin ia berpikir bahwa latar belakang keluarga An Xiaoyang-lah yang membuatnya begitu tangguh, tetapi di saat yang bersamaan, ia juga sangat sensitif.
Gadis itu sangat kuat, memang. Kalau tidak, bagaimana ia bisa——
Saat itu juga, Sang No bersandar ke kursi, mengusap wajahnya dengan kasar, dan menghela napas dengan berat.
Ia tidak bergerak sepanjang sore meski ada banyak buku di depannya. Kali ini, ia hanya menulis dengan kertasnya dan membuat banyak coretan di dalamnya. Tampaknya hanya dengan cara ini ia bisa melupakan kesalahan yang telah ia perbuat siang tadi.
Hingga saat pelajaran kimia terakhir di sore hari, Sang No tiba-tiba bangkit untuk pergi ke toilet. Sedangkan pria gemuk kecil itu yang awalnya menyandarkan kepalanya di atas meja sambil terkantuk-kantuk, air liur masih mengalir di atas kertas, dan ia masih memegang pena di tangannya, sontak minyak bolpoin itu menggores wajahnya secara tidak sengaja.
Rupanya An Xiaoyang berbalik sedikit untuk menaruh catatan tertulis di buku Sang No.
Saat secara tidak sengaja ia melirik pria gemuk kecil itu, tatapannya benar-benar terpana.
Kemudian ia tidak bisa menahan tawa dan segera mengeluarkan penanya, lalu meletakkannya di samping.
Begitu Sang No kembali dan melewati jendela pintu belakang, ia melihat pemandangan ini dan kembali menatapnya.
Sepanjang sore itu, An Xiaoyang sama sekali tidak menoleh ke belakang. Setelah ia keluar, gadis itu baru melihat ke belakang.
Mendapati itu, hati Sang No serasa dipukul, tapi pada saat yang sama, bagian bawah hatinya tiba-tiba menjadi lembut. Kemarahan dan kekecewaan sebelumnya tampaknya menghilang seketika.
Melihat An Xiaoyang menoleh ke belakang, Sang No menarik kerah seragam sekolahnya dan masuk dengan kepala tertunduk. Bahkan ia berpura-pura tidak melihat apa-apa.
Tepat ketika ia masuk, pria gemuk kecil itu tiba-tiba bersin seolah-olah ia masuk angin.
Dan tiba-tiba saja, sebuah catatan kecil dari satu sisi buku Sang No terlempar, dan akhirnya melayang jatuh di kaki mejanya.
Ketika Sang No kembali, ia langsung duduk di posisinya.
Karena melihat mejanya masih sama seperti sebelum ia pergi, maka ia tidak banyak berpikir dan terus membenamkan dirinya di meja belajarnya.
Sementara An Xiaoyang yang tampaknya sedang belajar justru terus memperhatikan gerakan di belakangnya. Entah apa yang ia tunggu, yang pasti, ia mengerutkan bibir bawahnya sedikit dan terus berkutat dengan bukunya.
Sepulang sekolah malam itu, ia juga langsung mengemasi tas sekolahnya dan pergi. Bagaimanapun, ia harus bekerja di restoran cepat saji sampai jam 9:30 malam. Dan sesampainya di rumah, ia harus melanjutkan belajarnya.
Hanya saja, tepat ketika An Xiaoyang baru saja keluar dari pintu, bocah lelaki yang masih terkubur belajar di sebelah lelaki kecil gemuk itu tiba-tiba bergerak dan berdiri untuk mengemasi tas sekolahnya.
"Hei, hei, kamu tidak akan pergi, kan? Bukankah membantu orang lemah adalah tujuan hidupmu!"
Saat pria gemuk kecil itu melihat Sang No mengemasi tas sekolahnya, ia dengan cepat meraihnya.
"Kerjakan PR mu sendiri!"
Sesaat setelah Sang No menekan pria gemuk kecil itu kembali, ia segera mengambil tas sekolahnya dengan satu tangan dan menyelinap pergi.