Halo Suamiku!

Kebenaran Dibalik Bullying (2)



Kebenaran Dibalik Bullying (2)

2Perasaan berhutang itu serasa membunuhnya. Bahkan meski ia sudah memberitahunya berkali-kali untuk tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.     

Setiap kali menahannya, Sang No selalu saja bisa melewati batas itu.     

Sejujurnya, ia tidak ingin kebanggaan dan harga diri anak laki-laki itu dihancurkan oleh binatang-binatang kejam yang tidak tahu malu.     

Namun, dari awal hingga akhir, Sang No tetap tidak tahu mengapa semua ini terjadi.     

Dan ia hanya bisa mencoba yang terbaik untuk menyesuaikan diri sembari tidak memikirkan kenyataan ini agar tidak menjadi seperti mimpi buruk itu.     

Sekarang, ketika An Xiaoyang kembali ke kelas, saat ini sedang berlangsung kelas Bahasa Mandarin, dan Sang No sudah duduk manis di mejanya.     

Begitu masuk, ia berbisik kepada guru bahwa ia baru saja pergi ke toilet dan kembali terlambat. Karena guru selalu mengawasinya dan melihat jika ia belajar dengan giat, alhasil kali ini, ia membiarkannya masuk.     

Tapi setelah ia masuk, jas sekolah milik siswa laki-laki yang tergantung hingga ke lututnya tentu menarik perhatian semua orang, dan beberapa di antaranya hanya bisa menghela napas berat.     

Saat itu juga, An Xiaoyang menebalkan kepalanya dan pura-pura tidak mendengar apa-apa.     

Sementaar itu, tatapan Sang No tampak menggantung. Karena gadis itu baru saja mengalami 'kecelakaan' karena ia secara tidak sengaja menggenggam tali pakaian dalamnya, jadi tidak lagi baik baginya untuk melihatnya secara langsung.     

Hanya saja, ketika An Xiaoyang kembali ke tempat duduknya, mata Sang No masih tidak bisa berpaling darinya. Melihat seragam sekolahnya yang lebar di tubuh kecil An Xiaoyang, kekecewaannya yang sebelumnya menggebu akhirnya sedikit mereda dan menjadi sangat lembut.     

Bagaimana gadis itu bisa begitu kurus dan lemah? Apa ia tidak makan setiap hari?     

Sampai akhirnya, Sang No melirik hitungan mundur hari ujian masuk perguruan tinggi di papan tulis, lalu mengalihkan pandangannya pada gadis di depannya, dan berbisik kepada pria kecil gemuk di sisinya, "Guru datang dan memanggilku."     

Setelah itu, ia mengeluarkan soal simulasi komprehensifnya dan mulai mengerjakannya.     

Baru saja mengerjakan, tiba-tiba sebuah sudut pakaiannya muncul di depan matanya. Sontak, ia tertegun dan mendongak ke atas.     

Tepat di hadapannya, An Xiaoyang menundukkan kepalanya dan segera membalikkan tubuhnya yang kurus. Tangannya yang putih kurus dengan cepat menyerahkan jas seragam sekolahnya, dan kemudian langsung berpaling.     

Di tempatnya, Sang No hanya menatapnya tak bergerak untuk beberapa saat. Kemudian ia menarik seragam sekolah itu dan memasukkannya ke loker meja secara sembarangan.     

Kemudian, ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan kembali berkutat dengan kertas di mejanya.     

Akhirnya, ia terus disibukkan dengan soal-soal itu sampai akhir kelas. Setelah kelas berakhir, ada jeda istirahat selama setengah jam. Di saat itu, kebanyakan anak laki-laki akan keluar untuk bermain basket.     

"Sang No, ayo kita bermain!"     

"Aku tidak bisa. Kalian saja."     

Lagi-lagi, Sang No menjambak rambutnya dengan satu tangan dan sedikit menekuk tubuhnya. Kini, ia terlihat sedikit malas dan sedang sibuk mengerjakan soal.     

Bahkan ia sama sekali tidak mengangkat kelopak matanya.     

"Hei, ayo main, ayo main. Jangan menggabungkan kerja dan istirahat." Seseorang tiba-tiba datang untuk menariknya.     

Seketika itu juga, Sang No merasa kesal ketika mereka memaksanya. Sampai akhirnya, ia harus menjatuhkan penanya dan tiba-tiba bangkit. Tanpa diduga, sebuah bola datang. Ia menangkapnya dengan sigap sembari berjalan keluar. Saat itu juga, ia dibawa pergi oleh sekelompok anak laki-laki.     

Kemudian.     

Begitu keluar, ia bertemu dengan beberapa orang yang menyindirnya secara bersamaan dari pintu belakang.     

Seorang anak laki-laki tampak mengulurkan tangan dan menunjuk ke arah Sang No. Wajahnya penuh provokasi dan berteriak, "Jangan pergi setelah sepulang sekolah!"     

Mata pria kecil gemuk itu langsung menyipit dan ingin buru-buru mengatakan sesuatu, tetapi kali ini ia langsung ditarik oleh Sang No.     

"Abaikan itu."     

Alhasil, pria gemuk itu tidak mengatakan apa-apa dan pergi bermain dengan wajah kesal.     

Sementara saat ini, Sang No sedikit linglung saat bermain, karena ia takut gadis kecil di kelas akan diganggu. Begitu ia kembali dari toilet, seluruh tubuhnya basah oleh air, dan wajahnya tampak mengerikan.     

Setelah berpikir sejenak, ia hanya akan bermain selama sepuluh menit dan akan kembali ke kelas.     

Kali ini, ketika kembali, ternyata semua tidak sesuai dugaannya. Terlihat gadis kecil itu duduk sendirian di kursi dan belajar dengan kepala tertunduk, dan ia adalah satu-satunya yang ada di kelas.     

Kali ini, hanya ada dua orang yang tersisa di dalam sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.