Mengajari Rong Zhan Bahwa Kecemburuan Membuat Dampak Buruk
Mengajari Rong Zhan Bahwa Kecemburuan Membuat Dampak Buruk
Bukannya Sang Xia ingin mengatakan alasan besar yang dibuat-buat padanya, tapi itulah kebenarannya.
Xia Meibao dan Xiao Ba Wanghua bukanlah anak-anak biasa. Mereka telah menunjukkan IQ yang tidak biasa sejak mereka berusia dua tahun. Jika mereka lebih tinggi dari orang biasa, tentu mereka akan langsung memasuki markas untuk pelatihan.
Fisik, IQ, dan potensi adalah sesuatu yang tidak tampak.
Sejujurnya, Sang Xia sendiri tidak ingin mereka menjadi luar biasa di masa depan. Ia hanya ingin kondisi mereka berkembang secara alami. Karena bagaimanapun juga, ini adalah kekayaan milik mereka sendiri.
Jadi dalam sekejap mata, mereka pasti akan segera meninggalkan rumah.
Sementara Rong Zhan bangun setiap hari untuk melihat kedua anaknya. Jadi di mana letak bahwa anaknya tidak bisa hidup tanpanya? Padahal sudah jelas terlihat jika dirinya-lah yang tidak dapat hidup tanpa anak-anak.
Tentu saja Rong Zhan merasa malu ketika mendengar kata-kata istrinya, tetapi bagaimana itu bisa tercermin di permukaan? Alhasil, ia justru melontarkan cibiran, "Apa kamu bercanda? Bagaimana mungkin aku menempel pada mereka? Jelas mereka berdua-lah yang selalu menggangguku!"
Saat itu, seorang anak kecil mendorong pintu kamar secara tiba-tiba. Hari ini, Xiao Meibao mengganti topi kecilnya dengan bando dua tanduk domba. Wajah kecilnya tampak sangat lucu. Kemudian, ia bersandar di pintu sambil berteriak, "Bu, Bu, aku ingin bermain dengan adik."
Kini, Rong Zhan hanya mampu terpaku di tempat, "..."
"Kemarilah, Nak." Rong Zhan yang duduk di kursi kulit yang nyaman akhirnya menegakkan tubuh, melambai, dan memanggilnya dengan serius.
Dari tempatnya, Xiao Meibao memiringkan kepala untuk menatap Rong Zhan dengan mata hitam besarnya. Sebelum mengenakan mantelnya, ia mendorong pintu hingga terbuka dan mengayunkan kakinya ke arah Rong Zhan.
Kini tingginya sudah sedikit lebih tinggi dari lutut Rong Zhan. lalu, suaranya yang lucu terdengar sangat serius, "Ayah, adik, adik akan menjadi suamiku di masa depan."
Suami, suami…
Begit Rong Zhan mendengarnya, hatinya benar-benar pilu.
Tanpa ragu, ia meletakkan tangan besarnya di bawah ketiak kecil Xiao Meibao dan segera mengangkatnya, lalu meletakkannya di pelukan. Tidak peduli apakah gadis kecil ini bisa memahaminya atau tidak, tapi Rong Zhan tetap berkata dengan suara yang dalam dan serius, "Nak, anak itu sangat kurus dan kecil. Bagaimana dia bisa melindungimu bahkan dari tiupan angin."
Tapi Xiao Meibao sepertinya mengerti. Alhasil, ia memutar tubuhnya, "Tidak, aku ingin adik."
"Adik, lihatlah, dia masih adikmu… Lagipula, dia penakut…"
"Aduh, Rong Zhan, tunggu, kamu tidak bisa seperti itu. Meski kamu cemburu pada orang lain, kamu tetap tidak boleh terlalu menyakitinya." Kali ini, mata Sang Xia berkedut dengan sangat tidak berdaya.
Orang ini benar-benar masih saja seperti dulu.
"Kenapa? Tidak ada dari ucapanku yang salah. Bahkan Su Li sendiri tidak bermimpi bahwa putriku akan menikah dengan putranya. Dia lemah dan tertutup. Dia penakut dan suka menangis, bahkan ketika melihatku terakhir kali." Akhirnya, Rong Zhan tidak bisa menahan diri untuk tidak melontarkan beberapa kata yang sangat menguasai emosinya saat ini.
Benci.
Akhirnya, Sang Xia sendiri juga tidak bisa menahan diri untuk tidak menendangnya, "Bisakah kamu memperhatikan citramu sendiri? Kecemburuan membuat orang terlihat begitu jelek. Lihat wajahmu sekarang."
Rong Zhan segera beringsut, "..."
Melihat wajah Rong Zhan mengerut, mau tidak mau Sang Xia melanjutkan, "Rong Zhan, aku pikir kamu telah salah memahami Xiaobai. Karakter setiap orang itu dibagi menjadi dua jenis, ekstrovert dan introvert. Keduanya sama-sama karakter yang baik dan introvert bukanlah kerugian, oke?"
"Menjadi introvert hanyalah cara berbeda untuk memahami dunia. Mereka lebih suka menjelajahi dunia batin. Apalagi, sains menunjukkan jika anak-anak introvert cenderung tumbuh dengan pemikiran yang cermat dan lebih banyak memiliki karakter kepemimpinan."
Rong Zhan terdiam cukup lama dan Sang Xia rasa jika pria itu pasti sedang memahami ucapannya.
Tapi tak disangka, akhirnya ia justru berkata, "... Dulu aku juga sama seperti itu."