Halo Suamiku!

Jika Kamu Bohong, Tolong Teruslah Berbohong (2)



Jika Kamu Bohong, Tolong Teruslah Berbohong (2)

3Ketika Bo Jing keluar lagi, hanya ada lampu samping tempat tidur kuning samar yang menyala. Sementara di atas ranjang besar, ada seorang wanita mungil dengan punggung menghadap ke arahnya di bawah selimut tipis. Sepertinya ia sudah tertidur.     

Mata gelap dan sipit milik Bo Jing kini menatap dalam. Kali ini, ia hanya mengenakan handuk mandi di pinggangnya dan tetesan air yang membasuh tubuhnya meluncur ke bawah melewati garis tekstur di punggungnya.     

Tubuh itu tampak begitu sempurna, memiliki bentuk proporsional, otot kuat yang menonjol, juga garis halus yang menambah keindahannya.     

Jika dibandingkan dengan tubuh Josh yang ramping, Bo Jing memiliki postur yang tinggi dan jantan.     

Sehingga, kesenjangan fisik antara laki-laki dan perempuan tercermin secara tajam dan gamblang dalam diri dua orang ini.     

Saat ini, Bo Jing memperhatikannya tidur dengan membelakangi dirinya. Dalam posisi ini, Bo Jing tahu bahwa Josh hanya sedang berpura-pura tidur. Biasanya jika Bo Jing masuk ke kamar, Josh akan langsung memejamkan matanya.     

Namun, Bo Jing juga tidak memiliki pilihan lain. Setelah menyeka tubuhnya dengan handuk, ia langsung membuka selimut dan berbaring di tempat tidur.     

Namun, ketika ia membuka selimut dan masuk, entah apa yang dilihat matanya, yang pasti otaknya seketika berdengung dan bingung.     

Tunggu.     

Ada apa ini?     

Apa yang baru saja ia lihat?     

Bo Jing langsung bersandar di kepala tempat tidur, sedikit mengerutkan kening, dan menatapnya dengan rumit.     

Ia menyesap bibirnya kuat-kuat, lalu mengulurkan tangannya sedikit, baru kemudian mematikan lampu.     

Dalam sekejap, keduanya jatuh ke dalam kegelapan.     

Beberapa hari ini, setelah makan siang selesai, seringkali Josh duduk bersama dengan ibu Bo Jing atau pergi berlatih mengemudi balap, sementara Bo Jing sibuk bekerja.     

Ia bekerja lembur setiap hari. Namun karena orang tuanya akan pergi besok, alhasil ia kembali lebih awal.     

Napasnya sangat lemah dan terdengar begitu tenang. Bahkan mereka bisa mendengar napas teratur satu sama lain.     

Tak lama berselang, setelah merasa bahwa malam akan begitu sunyi, akhirnya suara Bo Jing yang rendah dan membosankan tiba-tiba terdengar.     

Di bawah kesunyian yang mendera.     

"Josh…"     

Sosok kecil itu terdiam sejenak, namun perlahan ia menjawab dengan lembut, "... Hmm?"     

Sontak, mata ramping Bo Jing menatap punggungnya.     

Ketika kedua orang itu terdiam lagi, Bo Jing tiba-tiba mengulurkan tangannya yang panjang. Detik berikutnya, Josh merasa bahwa tubuhnya ditarik dari belakang dan punggungnya tiba-tiba menabrak lengan milik Bo Jing yang sangat kuat. Seketika itu juga, ia tersipu dan mendengus.     

Begitu Bo Jing merasakan sentuhan kulit mereka di bawah selimut, lengannya yang panjang memeluk semakin erat. Tanpa diduga, ia secara tiba-tiba menundukkan kepalanya, lalu membenamkan dirinya di leher Josh yang harum. Kemudian, ia bertanya dengan suara rendah, "Kenapa?"     

Kenapa ia tidur dengan pakaian yang begitu menggoda?     

Padahal ia bisa saja mengabaikannya.     

Tapi Bo Jing sudah pasti melihat sebelumnya. Bahkan sekilas, ia bisa melihat kaki rampingnya yang putih dan lembut tergeletak di bawah selimut tipis.     

Saat itu, Josh menggumamkan sesuatu dengan suara rendah dan tidak jelas.     

Akhirnya, Bo Jing mengangkat alisnya sedikit, "Bukankah kamu bilang kebetulan tidak memiliki piyama?"     

Ketika mengatakan ini, sudut bibirnya tanpa terasa terangkat samar.     

Kini, Josh bergerak gelisah, tersipu, tetapi tidak satu pun kata terlontar dari mulutnya. Ia hanya membenamkan kepalanya lebih dalam ke dalam selimut.     

Sementara Bo Jing juga tidak membutuhkannya untuk berbicara lagi. Tangan besarnya sudah berangsur-angsur menggerayangi tubuhnya di balik pakaian tipis itu.     

Sentuhannya begitu halus.     

Dan sentuhan itu mampu membuat tubuh Josh sedikit menegang dan bergidik seketika.     

Perlahan-lahan, Bo Jing menciumnya dengan lembut dari belakang di malam yang begitu tenang, dari rambut, leher, bahu, akar telinga, dan akhirnya sampai di tempat yang paling sensitif dari tubuh Josh, daun telinga putihnya yang kecil.     

Sontak, desahan ringan dan ia dengan cepat menggigit bibirnya dan wajah serta telinganya telah memerah.     

Memang di situlah tempat yang paling sensitif baginya.     

Namun, Bo Jing sama sekali tidak berniat untuk menghentikan aksinya.     

Sampai akhirnya, Josh hanya mampu menggenggam kuat lengan Bo Jing, dan tubuh kedua orang itu sepertinya saling menempel hingga tidak bisa dipisahkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.