Halo Suamiku!

Jika Kamu Bohong, Tolong Teruslah Berbohong (1) 



Jika Kamu Bohong, Tolong Teruslah Berbohong (1) 

2Secara naluriah, ia seolah membentengi diri untuk melindungi dirinya dari intimidasi dunia luar.     

Tapi sekarang, suasana kaku ini masih membuatnya mau tak mau mengambil inisiatif untuk meredakan agar tidak terlalu berlarut-larut.     

Bagaimana lagi? Hanya ia-lah yang lebih peduli.     

Dan begitu Josh menanggalkan pakaiannya di dalam, ia mendengar langkah mantap datang dan berhenti tepat di pintu. Kemudian terdengar suara yang dalam dan tanpa emosi apa pun di sana, "Aku memesan pesawat ke pulau XX setelah pertandinganmu lusa."     

Josh sedikit terkejut. "Apa.. apa yang akan kita lakukan di sana?"     

Pulau XX adalah pulau yang indah dengan pantai, kasino, pemandangan, pria tampan dan wanita cantik, juga resor wisata yang tak terhitung jumlahnya.     

Dengan diiringi nada dingin yang masih kental terasa, Bo Jing menjawab singkat, "Bulan madu."     

Apa??     

Bulan madu?     

Sontak, mata Josh melebar. Kemudian entah apa yang terlintas dipikirannya, ia buru-buru berkata, "Tidak, lebih baik jangan. Kamu sudah sangat sibuk sebelum dan sesudah menikah. Kamu tidak perlu melakukannya untukku..."     

"Josh, aku menikah untuk pertama dan terakhir kalinya dalam hidupku. Apa kamu ingin mencabut hakku untuk berbulan madu?" Di seberang pintu, suara itu masih terdengar jelas di telinganya.     

Dan begitu kata-kata itu terlontar.     

Matanya berkedip beberapa kali dan tangannya meraih lembut rambut yang ada di akar telinganya. Tak bisa disangkal, kalimat terakhir yang diucapkan Bo Jing membuat telinganya terasa sangat panas.     

"...Oh, oke."     

Mau tak mau, ia hanya bisa menjawab dengan canggung.     

Intinya adalah mereka harus menghabiskan waktu bersama untuk berbulan madu secara paksa. Apakah itu sesuai?     

Tapi itu juga pilihan yang bagus…     

Jika mereka selalu rukun satu sama lain, mungkin suatu hari Bo Jing akan mengetahui pemikiran Josh yang sesungguhnya.     

Karena Bo Jing sangat galak, alhasil Josh tidak bisa mengatakan perasaannya yang sebenarnya meski ia mau.     

Setelah selesai mandi, Bo Jing pergi begitu saja. Meninggalkan Josh yang mengenakan pakaian kasual sembari menarik napas dalam-dalam. Sejujurnya, meski mereka tidak memiliki kontak dekat sejak malam pernikahan, tapi Bo Jing benar-benar tampak takut akan perlawanan Josh.     

Tiap kali mereka berbaring bersama di tempat tidur besar saat malam, bagian tengahnya juga sangat kosong.     

Saat ini, ketika Bo Jing menampakkan diri lagi, ia memanggilnya dengan samar, dan nadanya tiba-tiba menjadi lebih lembut, "Josh?"     

"Hah?" Josh yang sedang menyisir rambutnya seketika berbalik.     

Bo Jing menatapnya dari atas dan ke bawah, menatap berpakaian yang dikenakan Josh, dan kemudian dengan cepat membuang muka, "Aku ingin mandi. Turunlah dulu, ibu sudah menunggumu di bawah."     

Setelah mengatakannya, Bo Jing berjalan masuk ke dalam kamar mandi.     

Di lubuk hatinya, Josh merasa bahwa penampilan Bo Jing kali ini tampak aneh, tetapi ia tidak bisa mendeskripsikan keanehan yang dirasakannya. Akhirnya, ia hanya menjatuhkan handuknya dan beranjak turun.     

Namun akhirnya ia mengetahui alasan kenapa sikap Bo Jing sedikit berbeda.     

Dua puluh menit kemudian, ketika ia kembali naik ke lantai atas, tangannya telah menenteng tas yang diberikan secara paksa oleh ibu mertuanya.     

Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ibu mertuanya diam-diam akan memberinya tas berisi... piyama seksi. Awalnya, ia melirik dengan rasa ingin tahu sebelumnya dan terpana oleh kain malang itu.     

Tapi Ibu Bo Jing hanya tersenyum polos, mengatakan itu salah satu hal yang wajar untuk hubungan antara suami dan istri, bahkan bisa jadi ini cara agar Ibu Bo Jing lebih cepat menggendong cucu. Setelahnya, ia mengatakan bahwa dirinya dan ayah Bo Jing akan kembali ke kota dan menunggu kabar baik dari mereka.     

Tentu saja darah Josh serasa membeku dengan semua ini.     

Ibu Bo Jing juga berkata, "Nak, suamimu masih agak kaku. Awalnya, aku meminta dia untuk memberikannya padamu, tetapi dia tidak berani memberikannya. Apakah masih ada batas di antara kalian? Kalian adalah pasangan seumur hidup, bukan lagi pasangan yang sekadar main-main. Tidak perlu terlalu menghormati satu sama lain. Aku tidak setuju dengan itu. Hidup harus lebih menarik."     

 ...     

Jadi ia naik ke atas dengan piyamanya sekarang.     

Tidak ada keraguan mengapa Bo Jing tidak mau menyerahkan benda ini padanya secara langsung…     

Hanya saja, apapun pemikiran Bo Jing saat itu, tapi wajah Josh sendiri sedikit memanas.     

Begitu sampai di kamar, matanya tertuju pada pintu kamar mandi selama beberapa saat, lalu ia menggigit bibir bawahnya sembari mengeluarkan piyama dari tas yang indah itu.     

Tapi ia benar-benar tidak melihat ada kesenjangan kepribadian yang besar antara Bo Jing dan ibunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.