Malam Pernikahan (4)
Malam Pernikahan (4)
Satu kalimat itu.
Benar-benar mampu menusuk jantung Josh dengan begitu dalam, seperti pedang tajam yang menusuk tempat paling lembut di lubuk hatinya.
Yang membuat hatinya sakit, sesak, terhimpit, dan seolah-olah mati lemas.
Bahkan saat ini, ia menghindari untuk menatap mata Bo Jing.
Ia tidak mencintainya, ya, ia memang mengatakan ini, tapi... hanya hatinya sendiri yang tahu mengapa ia mengatakan itu.
Kini, matanya semakin basah dan semakin berat. Tidak peduli apa pun, ia sendiri yang telah memaksa Bo Jing untuk menceritakan semuanya.
Tanpa terasa, tangannya perlahan mengendur dan ia mencoba kembali menguasai diri. Di bawah tatapan Bo Jing yang masih dalam dan rumit, ia perlahan melepas gaun pengantinnya.
Sontak, terlihat perubahan dari sorot mata Bo Jing.
Namun, Josh sama sekali tidak menghentikan pergerakannya. Apalagi ditambah dengan kelopak mawar yang menyelimuti ranjang besar itu, juga gaun pengantinnya yang seputih salju, membuat tubuhnya yang halus tampak seperti bunga yang mekar.
Ia sama cantiknya dengan peri yang secara tidak sengaja turun ke dunia.
Dan ini adalah malam pernikahan mereka.
Akhirnya, Josh melepas semuanya dan keduanya hanya bisa saling memandang dalam kegelapan. Salah satu diantara mereka memang terbiasa dengan kerumitan dan selalu menyimpan sedikit percikan yang bisa memicu kebakaran dalam hatinya. Dan kini, kabut yang penuh dan berair itu seolah menatap tubuh Josh dengan dalam.
"Bukankah kamu menginginkanku?"
Meskipun itu adalah pertanyaan, tapi kata-kata itu terlontar dengan sangat tegas.
Saat ini, gaun pengantin Josh telah setengah terlepas dari tubuhnya dan wanita yang disukai Bo Jing telah ada di hadapannya. Jadi bagaimana ia bisa menanggungnya? Bagaimana?
Bahkan sekarang, Josh bisa mendengar napas Bo Jing yang semakin berat, sampai akhirnya ia melontarkan umpatan, "Sialan!"
Detik berikutnya, rahang Josh semakin dipegang erat olehnya, dan mata Bo Jing masih tampak sedikit marah, "Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak ingin aku menyentuhmu, kan? Kalau begitu, kenapa kamu memancingku? Belum cukup kamu bermain-main denganku? Aku seorang pria, dan kamu tahu konsekuensinya..."
Belum sempat Bo Jing menyelesaikan kalimatnya, bibirnya tiba-tiba tersumpal sepenuhnya.
Saat ini, Josh sedikit membungkuk, rambutnya yang panjang sedikit bergetar, ia menggigit bibir Bo Jing, dan menutup matanya erat-erat.
Mata Bo Jing seketika melebar.
Sementara Josh perlahan mengulurkan lengannya yang putih dan lembut, lalu mengaitkannya ke leher Bo Jing.
Cahaya bulan yang bersorot dingin memproyeksikan sinarnya ke tirai kasa putih, memicu bayangan dua sosok yang saling terjalin satu sama lain. Sesaat setelah lengan ramping itu mengait di leher Bo Jing, ia perlahan menarik tubuhnya ke bawah…
...
Sementara itu, Bo Jing yang bibirnya digigit lembut dan tubuhnya ditarik ke bawah, seketika ia melebarkan matanya, dan semua kemarahan di hatinya seperti menghilang begitu saja.
Josh telah mengambil inisiatif untuk menariknya ke bawah.
Jadi, apa lagi yang bisa ia lakukan.
Semua kata-katanya telah ditelan oleh ciuman di antara keduanya.
Sedangkan Josh yang dengan lembut mencium dan menariknya ke bawah, kini dengan lembut melepaskan dirinya. Namun jarak keduanya masih sangat dekat. Ujung hidungnya masih menempel dengan ujung hidung Bo Jing, dan mereka saling menatap dalam-dalam. Saat itu, Bo Jing hampir tanpa sadar mengambil inisiatif untuk menciumnya, dan ternyata, Josh sama sekali tidak menolak.
Bahkan ia membalas ciumannya dengan lembut. Akhirnya, matanya yang sipit semakin dalam dan lebih dalam lagi terpejam, dan bibir serta lidahnya berselancar dengan liar, hingga menciptakan kehangatan dan gejolak yang meningkat, dan menjadikan keduanya semakin tak terkendali.
Kini, pakaian Bo Jing sudah tak karuan. Dengan gairah yang membara, ia beralih mengambil kendali di atas Josh dan bangkit ketika napasnya sudah mulai tersengal. Kemudian, ia mengangkat tangannya untuk melepas kemejanya. Bahkan tingginya saat berlutut saja sudah sekitar satu meter dengan garis punggung yang begitu kokoh.
Otot-otot tubuhnya juga dihiasi dengan garis-garis halus.
Tidak hanya itu, ada delapan otot perut yang juga begitu memikat, kulit putih, dan sosoknya yang sangat seksi.
Saat ia menekan lagi, kedua tubuh itu sudah telanjang dan saling berhimpitan.
Benar-benar indah.
**
Di luar kastil, bayang-bayang pepohonan bergoyang tertiup angin dan bulan yang dingin menggantung tinggi.
Diiringi dengan udara dingin yang bertiup di sepanjang celah jendela…