Halo Suamiku!

Malam Pernikahan (6)



Malam Pernikahan (6)

1Akar telinganya semakin panas. Kini, ia hanya merasa jika dua garis pandang yang dalam dan panas di belakangnya telah menjeratnya. Alhasil, ia bergegas berlari ke kamar mandi dengan dua kakinya yang terasa sedikit lemas.     

Sesaat sebelum menutup pintu, ia dikejutkan dengan suara di belakangnya, "Ini masih pagi. Orang tuaku tidak pergi tadi malam dan mereka masih beristirahat saat ini. Kembalilah setelah dari kamar mandi dan jangan keluar agar tidak mengganggu mereka."     

Sebenarnya Bo Jing hanya tidak ingin jika Josh melarikan diri, tetapi ia cukup bertele-tele dan mengatakan alasan yang tampaknya terlalu berlebihan.     

Josh sendiri hanya bisa terpekur. Mau tidak mau, ia segera menutup pintu rapat-rapat. Kini, ia menyandarkan punggungnya ke pintu kamar mandi sembari memejamkan matanya dalam-dalam.     

Bahkan dadanya naik turun dengan tak terkendali.     

Sialan…     

Padahal ia hanya ingin mengambil kesempatan untuk melarikan diri, tetapi alhasil, ia justru mendengar penuturan itu.     

Apakah Bo Jing menyadarinya?     

Sekarang, Josh mencoba sekuat tenaga untuk menenangkan kepanikan di hatinya, lalu melepas pakaiannya, dan menuju ke pancuran air di sana.     

Ia sengaja berlama-lama di kamar mandi dan tidak kunjung keluar selama hampir setengah jam.     

Ketika akhirnya ia menyeka tubuhnya dengan handuk mandi, ia melihat dirinya di cermin. Tubuhnya yang putih, lembut, dan kurus penuh dengan bekas ciuman dan bekas jari, terutama di pinggang, dada, dan lehernya. Melihat tanda-tanda ini, ia seperti memutar ulang adegan tadi malam tanpa sadar.     

Semakin sadar, semakin memalukan.     

Wajahnya seketika tersipu dan ia segera menghilangkan kepingan-kepingan ingatan yang membuatnya benar-benar malu. Kemudian ia berganti pakaian dengan kemeja putih yang dibawanya dan berencana untuk keluar.     

Tak pelak lagi, kemeja milik Bo Jing memang terlihat sangat longgar di tubuh kurusnya, bahkan mampu menutupi hingga bagian bawah pahanya.     

Setelah memantapkan hati, ia dengan perlahan membuka pintu untuk melihat apakah Bo Jing masih tidur atau tetap bangun.     

Setelah melihatnya masih berbaring di tempat tidur dengan punggung menghadap dirinya, tidak bergerak, dan entah matanya terpejam atau tidak, namun hal itu tetap saja membuat Josh tidak tahu harus berbuat apa.     

Akhirnya, ia keluar sembari mengeringkan rambut.     

Pergerakannya sangat hati-hati. Ia berjalan ke samping tempat tidur seperti mengendap-endap seolah takut membangunkan Bo Jing. tapi sejujurnya, ia takut jika begitu Bo Jing membuka matanya, keduanya akan jatuh ke dalam suasana yang tidak dapat dijelaskan lagi.     

Bo Jing pasti tidak akan membiarkannya keluar, jadi ia harus kembali dan tidur diam-diam.     

Ketika berbaring dengan lembut, ia dengan sengaja menjauhkan diri dari Bo Jing dengan masih mengenakan kemeja putihnya, tetapi siapa yang mengira bahwa begitu ia berbaring, pria di belakangnya langsung menjeratnya dengan lengan rampingnya.     

Sontak, Josh membuka matanya dan memberontak tanpa sadar. Namun tubuhnya telah terpenjara oleh Bo Jing. dan tepat di detik setelahnya, tubuh Bo Jing telah menekannya, kemudian suara rendah dan serak itu terdengar di telinganya, "Aku rasa apa yang kita lakukan tadi malam mungkin belum cukup."     

Semalam, mereka hanya melakukannya dua kali. Sampai akhirnya saat dini hari tiba, Josh menangis di bawahnya sembari memohon belas kasihan. Alhasil, ia membiarkannya pergi. Tapi siapa sangka ketika bangun keesokan harinya, hasrat itu kembali bergejolak tanpa bisa dicegah.     

Josh tentu saja sangat tersipu dan sangat malu, "Tidak, tidak."     

"Apa yang kamu takutkan? Bukankah kamu yang berinisiatif untuk tidur denganku kemarin?" Bo Jing membungkuk sembari menopang selimut tipisnya. Tubuh telanjangnya kali ini penuh dengan pantangan.     

Dengan terburu-buru, Josh berkata, "Kamu hanya mengada-ada."     

Setelah mengatakannya, Josh serasa ingin menggigit lidahnya.     

Dan begitu ia mengatakan ini, napasnya tiba-tiba berhenti. Kemudian terdengar Bo Jing berucap dengan kecepatan yang sangat lambat, "...Kamu bilang aku mengada-ada?"     

Josh tidak tahu bagaimana menjelaskannya, yang pasti, ia tidak bisa berbicara untuk sesaat.     

Tapi sebenarnya, sejujurnya, memang benar ia sendirilah yang mengada-ada.     

Semua ini adalah kompensasi atas kepahitan yang telah ia derita begitu lama.     

Namun, jika ia tidak mau menerimanya, bagaimana ia bisa peduli apakah Bo Jing juga merasakannya atau tidak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.