Malam Pernikahan (3)
Malam Pernikahan (3)
Tapi Bo Jing dengan tegas meluncurkan gaun pengantinnya hingga ke pinggang.
Tanpa bisa dicegah, ia terus mencium leher Josh, beralih ke tulang selangkanya, kemudian menyebar ke setiap titik terbaik dari tubuh Josh.
Hingga akhirnya, ia menyentuh bibir Josh, dan seketika itu ia merasakan rasa asin yang begitu kuat.
Sontak, ia membeku.
Tubuh ramping dan tingginya yang telah menekan tubuh Josh tidak lagi bergerak. Terlebih lagi, begitu mendengarkan isak tangisnya, Bo Jing hanya merasa jika istrinya seperti binatang kecil yang begitu malang.
Tiba-tiba ia melepaskan tangannya, bangkit dari tubuhnya, duduk di samping tempat tidur sembari menggosok pelipisnya yang sakit dan bengkak setelah minum terlalu banyak.
Bukankah ia masih sadar?
Ya, ia sangat sadar.
Tapi tampaknya, ia telah meminum begitu banyak anggur yang membuatnya bertindak jahat dengan memaksa Josh dan melakukan segalanya tepat di malam pernikahan mereka.
Padahal Josh terus meronta, tapi ia tetap tidak menyerah.
Bahkan saat Josh mengatakan ia tidak bersedia, Bo Jing masih tidak menyerah.
Sekarang setelah Bo Jing mendapati bahwa Josh menangis, ia hanya merasa jika dirinya benar-benar seorang bajingan.
Padahal Josh telah mengatakan jika ia tidak menyukainya.
Namun Bo Jing tetap bertindak egois. Bagaimanapun, nasi telah menjadi bubur. Alhasil, ia mencoba untuk mengendalikan Josh yang ada di sisinya.
"Maaf."
Dalam kegelapan itu, suaranya terdengar nyaring.
Namun terselip nada yang begitu tenang sekaligus rasa kesal.
Sementara Josh masih menangis dengan mata memerah, menatap punggung Bo Jing dengan samar, dan dengan sengaja mengatakan sesuatu yang begitu menuntut, "Apa kamu tidak menyukai kakakku? Melupakan dia begitu saja untuk menikah denganku? Mengapa kamu melakukan ini padaku malam ini?"
Sontak, Bo Jing berbalik ke arahnya sembari mengangkat kepalanya sedikit. Kini, ia menarik dasinya dengan kasar, lalu melemparkannya ke samping. Tanpa emosi yang terdengar, ia berkata, "Kamu adalah istriku."
"Apakah aku tidak boleh melakukan ini pada istriku?"
"Apa kamu tidak tahu jika hal ini sah dilakukan oleh suami istri?"
Ia mengatakan semua kalimat ini dalam satu waktu.
Namun alih-alih menanggapi semua kata-kata Bo Jing, Josh justru menatap punggungnya dengan pandangan yang rumit dan menjawab, "Jika kamu benar-benar tidur denganku, tidakkah kamu merasa malu dengan kakakku?"
Bo Jing yang membelakanginya seketika menutup mata sembari menarik napas berat.
Sialan, ia sudah muak dengan ini semua.
"Tidak."
Jawabnya dengan dingin.
Ia hanya merasa malu pada dirinya sendiri, terlebih saat Josh berpikir jika ia dipaksa untuk menikahinya.
Bagaimanapun, ia merawat kakaknya hanya untuk Josh. Apakah dari awal hingga saat ini, semua yang ia lakukan salah?
Dan ketika kakak Josh menyukainya, itu bukan hasil yang ingin dilihat Bo Jing.
"Mengapa? Bagaimana kamu bisa tidak merasa bersalah saat tidur dengan adiknya?" Josh terus melontarkan pertanyaan dengan agresif, menatapnya dengan mata memerah, seolah memaksa Bo Jing untuk mengatakan sesuatu yang ingin ia dengar.
Langsung dari mulut Bo Jing sendiri.
"Sudah? Josh, sudah?" Bo Jing terdengar bergumam samar.
Setelah menenggak segelas air yang ada di sisinya , Bo Jing tiba-tiba bangkit dan ingin pergi ke kamar mandi, tetapi entah apa yang ia pikirkan, ia tampak berbalik.
Detik berikutnya, ia meletakkan satu tangan di samping tempat tidur dan memegang rahang Josh dengan tangan yang lain. Dengan sedikit kemarahan dalam suaranya, ia berucap, "Aku tidak merasa bersalah untuk siapa pun. Aku melakukan itu semua untuk membantumu menjaganya karena kamu disibukkan dengan kompetisimu! Kamu-lah yang menghantuiku. Saat itu, aku tidak bisa menemukanmu, jadi aku menunggumu di sana! Tapi kamu menghindariku, alhasil aku mengambil inisiatif untuk mencarimu!!"
Saat mengatakannya, mata Bo Jing menatap dalam dan muram, "Aku telah mencarimu selama bertahun-tahun, tapi kamu tetap tidak menyadarinya! Sekarang tanya pada hatimu sendiri, apakah kamu mengerti!!!"
Kali ini, Josh hanya mampu berbaring di tempat tidur dalam diam, dengan mata yang terus menatapnya dan semakin basah.
Sampai akhirnya, suaranya yang sedikit serak terdengar, "Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal? Kenapa... kamu tidak memberitahuku secara langsung?"
Terlebih lagi, kenapa Bo Jing membiarkan dirinya salah paham tentang hubungan mereka?
Kini, Bo Jing menatapnya dengan posisi memerintah. Bahkan wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun kecuali kemarahan.
Hingga pada akhirnya, ia tampak berkompromi.
Kemudian, sebuah kalimat yang begitu tak berdaya terlontar dari mulutnya.
"Kamu tidak menyukaiku dan aku tidak memiliki cara lain."