Malam Pernikahan (1)
Malam Pernikahan (1)
Saat Leng Yunchen menatap mata adiknya yang memerah, hatinya sedikit melembut. Alhasil, ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menekan kepalanya ke belakang, menepuk bahu adiknya, lalu berkata perlahan, "Kamu benar-benar gadis bodoh! Kamu tidak bisa marah padaku."
Setelah mengatakannya, ia membelai lembut rambut pendek adiknya sembari berbisik, "Saat menelepon tadi, aku juga telah mengirim pesan pada Ye Zi untuk memintanya memeriksa tubuhmu. Baru saja, saat aku menyentuh dahimu, suhu di tubuhmu sama sekali tidak panas. Kenapa? Ada apa? Kenapa kamu masih minum obat. Obat apa yang kamu minum?"
Leng Xiaomo meletakkan tangannya di dada kakaknya yang keras dan entah bagaimana, matanya kembali memerah tanpa bisa dijelaskan.
Lupakan…
Ia juga telah memaafkan Leng Yuchen.
Kemudian, lima menit setelahnya, ia telah menghilang dalam kedipan mata. Mau tak mau, Leng Xiaomo dengan patuh menunggu orang yang dikirim oleh kakaknya untuk membawanya pulang. Dalam perjalanan kembali, tidak lama kemudian, ia melihat ke langit malam. Sebuah pesawat telah lepas landas, terbang dari tanah, dan melaju ke langit yang tinggi.
Kak, karena kita tidak bisa bersama-sama.
Aku akan memberikan semua keberuntungan dalam hidupku untukmu. Semoga kamu selalu aman.
**
Malam ini adalah malam tanpa tidur bagi sebagian orang.
Terlebih lagi, karena malam ini adalah malam pernikahan Bo Jing dan Josh.
Bisa dibilang bahwa Josh sedang dalam suasana hati yang berbanding terbalik dengan hari-hari sebelumnya hingga pagi hari. Pagi tadi, ia benar-benar tidak ingin menikah dengan Bo Jing.
Tapi setelah malam itu ia dikelilingi oleh kebenaran yang tiba-tiba dan sempat merasa sulit untuk mempercayai kebenaran ini untuk sementara waktu.
Bahwa orang yang Bo Jing cintai adalah dirinya dan alasan ia merawat kakaknya agar membuatnya merasa nyaman.
Bahkan menikah karena dirinya sendiri.
Akhirnya Josh kembali ke kamar tidur mereka yang disebut "rumah baru" dan berbaring lama dengan lampu padam. Saat itu, Bo Jing belum kembali. Ia sedang sibuk menyapa pada kerabat dan teman-temannya. Jadi ia menyuruh Josh naik ke atas untuk beristirahat lebih dulu. Josh sendiri juga sangat lelah, jadi ia naik ke atas tanpa membantah.
Kamar tidurnya sangat besar, bergaya abad pertengahan, dan satu-satunya barang yang terlihat kecil dan segar di sini adalah tirai putih.
Jendelanya setengah terbuka yang membuat tirai tulle itu bergoyang lembut akibat tertiup angin, juga disertai dengan cahaya malam yang bersorot lembut.
Di tempat tidur sebesar itu, kelopak mawar tampak berserakan. Tanpa pikir panjang, Josh bisa menebak jika semua itu dibuat oleh teman-teman dan adik Bo Jing.
Tercium juga aroma samar di kamar tidur.
Karena ruangan di dalam cukup gelap, jadi indera penciumannya menjadi cukup tajam. Ada dupa lavender di kepala tempat tidur, yang… memberikan efek menggairahkan.
Sontak, ia hanya bisa menahan napas yang mulai tidak teratur, menjadi gugup, dan gelisah.
Ia tahu jika malam ini Bo Jing minum terlalu banyak anggur dan ia juga tahu... bahwa orang yang ingin Bo Jing nikahi mungkin adalah dirinya.
Jadi... apa yang terjadi malam ini, bisa dikatakan… malam pertama?
Benar saja.
Tepat ketika ia masih mencoba mengendalikan rasa gugupnya, sebuah langkah kaki terdengar datang dari tangga. Entah kenapa, langkah itu tidak setenang biasanya.
Apakah itu karena ia minum terlalu banyak anggur?
Lalu, terdengar deru mobil menjauhi kastil.
"Itu dia. Dia datang."
Dengan diiringi bunyi "klik", pintu seketika terbuka.
Kemudian, sebuah bayangan gelap perlahan masuk.
Ia mengenakan setelan hitam dengan pengerjaan yang sangat baik, yang dibuat oleh para ahli terkenal Italia. Namun, setelah jamuan makan malam, dasinya sudah lama terlihat longgar dan tampak ditarik tidak teratur, juga dua kancing teratas kemeja putihnya terlepas.
Seketika, aroma anggur memenuhi udara.
Josh yang berbaring di satu sisi tempat tidur masih mengenakan gaun pengantin. Selain berpura-pura tidur, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
Kini, seluruh tubuhnya terasa sangat panas.
Lalu langkah kaki itu mendekat perlahan.
Meskipun Bo Jing telah minum banyak anggur dan langkahnya tampak terseok-seok, tapi Josh masih bisa mengenalinya.
Kemudian, ia melepas jas dan mantelnya, bergegas ke tempat tidur, dan berjalan selangkah demi selangkah.