Halo Suamiku!

Kakak, Kamu Bajingan (1)



Kakak, Kamu Bajingan (1)

0Malam itu, matahari telah bersembunyi di balik gelapnya malam dan angin turut menghembuskan hawa dinginnya.     

Seluruh kastil itu dihiasi dengan lampu yang begitu terang benderang. Di bawah cahaya bulan yang begitu dingin, tempat itu tampak seperti sebuah kastil dongeng yang megah.     

Namun karena Leng Yunchen memiliki urusan mendadak di tentara domestik, alhasil ia terpaksa berangkat dengan pesawat malam itu. Sementara itu, hampir semua dari mereka yang datang ke pernikahan merasa bahwa Bo Jing dalam suasana hati yang terbaik sejak ia datang ke Roma, jadi mereka semua minum banyak anggur.     

Di lain sisi, Su Li melirik Xiaomo dari waktu ke waktu. Sampai akhirnya, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak merangkul lehernya sembari mengangkat dagunya, "Bukankah kakakmu akan berangkat malam ini? Kenapa kamu minum begitu banyak?"     

Detik setelahnya, Xiamo segera menarik kembali pandangannya, menyesap anggur di tangannya dalam diam, lalu berbisik pelan, "Baiklah, aku akan mengantarnya nanti."     

Sedangkan Ye Zi yang ada di ujung lain tersenyum dengan nada menggoda, "Xiaomo, apa anak laki-laki yang kamu sukai parasnya tampan? Tunjukkan beberapa foto pada kakakmu ini."     

Xiaomo terdiam seribu bahasa, "..."     

Tak hanya itu, kedutan samar juga terlihat dari sudut matanya.     

Tampan?     

Ketika ia kembali menyesap anggurnya, tanpa sadar ia melirik ke suatu tempat yang tidak terlihat.     

Yah, ia benar-benar tampan. Auranya selalu memancarkan maskulinitas seorang pria dan ia adalah seorang pria berdarah keras dan dingin.     

Tapi akhirnya, ia berkata pelan, "Tidak ada foto."     

"Ah, tidak apa-apa. Tapi menurutku ini terlalu cepat. Xiaomo sangat cantik, jadi ini bukan masalah waktu."     

Ye Zi berkedip di tempatnya.     

Hanya saja, begitu kata-kata ini terlontar, Leng Xiaomo yang kembali menenggak anggurnya tampak sedikit memucat. Mau tak mau, ia berkata dengan lemah, "Tidak, aku hanya sedang jatuh cinta sendiri."     

"Bagaimana kamu tahu jika tidak mencoba? Tidak ada yang tidak mungkin." Sembari mengatakannya, Sang Xia mengguncang gelas anggur di tangannya, dan entah kenapa, sorot matanya kali ini sulit dipahami untuk sementara waktu.     

Leng Xiaomo hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Baginya, ini benar-benar tidak mungkin.     

"Jika kamu ingin tahu apakah dia peduli padamu atau tidak, ayolah, kakakmu ini akan mengajarimu." Su Li melambai dan hanya mengatakan sepatah kalimat itu padanya.     

Singkatnya, itu hanyalah kata yang tidak mungkin ia dengar dan hanya dianggap angin lalu.     

 **     

Ketika semua sudah bubar, Leng Yunchen ingin memanggil sopir pengganti untuk membawanya ke bandara. Tetapi begitu pergi ke mobilnya, ia melihat adiknya sudah bertengger di dalam mobil. Sosok kecil itu mengenakan pakaian tipis dengan rambut pendek tergerai. Sesaat setelah melihatnya, Leng Xiaomo meliriknya dan berkata, "Kamu tidak bisa mengemudi ketika minum terlalu banyak. Aku akan mengantarmu pergi."     

Suasana hati Leng Yunchen sedang baik hari ini. Selain itu, ia sedikit mabuk. Ketika ia akhirnya mendengar ini, ia memegang mantelnya di kusen pintu dengan satu tangan, sudut bibirnya tertarik ke atas dengan dingin, lalu ia menjilat kelopak bibirnya, dan tersenyum sedikit tanpa hambatan, "Yah, aku tahu kamu mengkhawatirkan kakakmu."     

Setelah mengatakannya, ia mengulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut pendek adiknya. Kemudian, Leng Xiaomo membukakan pintu untuknya dan memimpin kakaknya untuk naik ke dalam mobil.     

Setelah semua naik, keduanya melanjutkan perjalanan.     

Kastil kuno itu berada di pinggiran kota. Di kedua sisi jalan, ada deretan hutan yang tampak seperti diwarnai dengan tinta hitam, membentuk bayangan berbintik-bintik di bawah cahaya bulan dingin yang menggantung tinggi.     

Jalan itu seolah tidak ada ujungnya. Ditambah dengan bulan yang cerah di kejauhan membuat malam menjadi sangat sunyi.     

Bulan yang menggantung cerah itu berada ribuan mil jauhnya, jadi siapa pun sangat mustahil untuk bisa menggapainya.     

Di dalam mobil sangat senyap di sepanjang jalan. Leng Xiaomo dengan tenang melihat kemudi di depan, sementara Leng Yuchen duduk di kursi samping kemudi dalam diam. Kini, ia meletakkan pergelangan tangannya di mata, tidur dengan nyaman, dan sekujur tubuhnya dipenuhi dengan aroma anggur.     

Hingga entah kapan, tiba-tiba ia mengatakan sesuatu yang mampu memecah kesunyian di dalam mobil.     

"Xiaomo, apa kamu benar-benar sudah memiliki pacar?" Ia bertanya perlahan.     

Xiaomo sontak meliriknya dan dengan cepat memalingkan muka, "Belum."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.