Halo Suamiku!

Awal Baru (2)



Awal Baru (2)

2Mungkin ada beberapa yang masih tidak memahami makna dari lemparan buket bunga pengantin yang baru saja menikah.     

Jadi bagi orang yang belum menikah, ini adalah berkah emosional. Tentu saja, itu juga bentuk suatu harapan jika orang yang menerimanya dapat bersama dengan orang yang dicintai sesegera mungkin.     

Alhasil, ketika semua orang melihat buket itu mengenai lengan Xiaomo, mereka langsung berteriak, bersiul, dan bersorak.     

Hanya saja, Xiaomo yang tenang dan rasional hanya tersenyum tak berdaya saat ini. Dengan santai dan ekspresi ringan, ia hanya mengambil buket bunga itu.     

Bagaimanapun, ia telah melajang selama bertahun-tahun dan ini hanyalah sebuah karangan bunga. Pesan moralnya adalah ini semua hanya untuk bersenang-senang. Bahkan, ia tidak berpikir jika buket ini akan membawa apa pun untuknya.     

"Apakah itu lucu? Ini untukmu." Xiaomo langsung menatap kakaknya sambil tertawa. Lalu matanya menyipit dan tampak agak dalam.     

Detik berikutnya, tangan besar yang begitu kuat dan kokoh milik Leng Yuchen mengusap kepalanya. Bibir pria itu masih tersenyum, kemudian ia menatap adiknya dan berkata, "Ambillah sendiri. Aku hanya akan melihat dengan baik. Siapa yang akan menikahi gadis nakalku di masa depan dan melihat siapa pria yang sangat sial itu."     

Mata Leng Xiaomo tiba-tiba menjadi gelap, lalu ia menatap dalam-dalam selama beberapa detik, mendesis ringan di bibirnya, dan berkata kepada kakaknya kata demi kata, "Kalau begitu, tunggu dan lihat saja."     

Entah kenapa, Leng Yunchen cukup terkejut begitu mendengarnya. Ia hanya merasa jika kalimat ini ditujukan untuk dirinya sendiri.     

Tapi kemudian ia berbalik untuk tersenyum sembari berucap dalam hati jika kalimat itu bukan ditujukan untuknya.     

"Xiaomo, Xiaomo, cepat katakan, apa kamu memiliki seseorang yang kamu sukai? Apalagi kamu sangat muda dan masih sekolah, jadi akan ada lebih banyak mangsa di sekolah!" Ye Zi yang berada di berkerumun itu bertanya dengan penuh antusias dan tatapan yang menunjukkan haus akan gosip.     

"Ayolah, sifat dingin adikkku mungkin..."     

"Ada."     

Satu kata itu seketika memotong semua kata yang belum sempat diucapkan oleh Leng Yunchen.     

Seketika itu juga, alis Leng Yunchen membeku dalam sekejap, dan nadanya berubah menjadi sangat serius, "Kamu memiliki seseorang yang kamu sukai? Apa kalian sudah berpacaran? Seperti apa dia? Apa pekerjaan orang tuanya? Bawa ke kakakmu ini kapan-kapan. Hubungan kalian harus diperiksa."     

Ye Zi hanya menatapnya tanpa daya. Apa yang dilakukan Leng Yuchen sama persis seperti yang dilakukan oleh orang tua.     

Sebaliknya, Leng Xiaomo justru tampak sedikit acuh tak acuh dan entah kenapa tercipta beberapa ketidaksabaran di sana, "Orang yang aku suka adalah seseorang di luar sekolah. Jangan banyak bertanya."     

"Kamu!"     

Begitu Leng Yunchen mendengar ini, ia menahan napas hingga ke tenggorokan.     

Sontak, semua yang ada di sana tertawa dalam sekejap dan menepuk pundaknya dengan iba, "Ya, kamu adalah seorang kapten. Jadi jangan terlalu khawatir tentang gadis-gadis. Itu menjengkelkan. Tidak heran jika dia menyembunyikan pacarnya darimu."     

Mata Leng Yuchen seketika membelalak.     

Ini adalah adiknya. Ketika masih kecil, ia bersama orang tuanya pergi untuk mengadopsi seorang bayi. Sejak kecil, anak itu sangat dingin dan keras kepala. Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah belajar ilmu psikologi di luar negeri. Alhasil, sekarang terlihat jauh lebih tenang, seperti gadis kecil yang penurut.     

Sebelumnya, ia selalu berkelahi di sekolah, masuk ke jajaran gadis-gadis yang kejam, merokok dan minum di bar. Mendapati itu, Leng Yuchen segera memberitahukan kekada kedua orang tuanya sebelum semuanya terlambat.     

Jadi betapa ia peduli pada adiknya.     

Tapi sekarang mengapa gadis itu sangat tidak menyukainya?     

Bahkan seorang pacar, pria yang ia sukai saja disembunyikan dari kakaknya?     

Kini, Leng Yunchen hanya bisa mendengus dingin dan berhenti berbicara, tetapi matanya yang dingin terlihat suram dan menunggu waktu untuk menggali pria itu. Sekarang adiknya baru berusia 20 tahun dan masih bersekolah. Dengan pengalaman buruknya, ia tidak ingin melihat fenomena kehamilan di luar nikah dan aborsi nantinya.     

Setelah pernikahan selesai digelar, mereka semua bersiap untuk makan malam bersama.     

Hari itu, Bo Jing minum cukup banyak anggur.     

Ternyata ia telah menyewa seluruh kastil dan tinggal di sini malam itu. Bagaimanapun, ini adalah malam pernikahannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.