Halo Suamiku!

Kamulah yang Aku Cintai (4)



Kamulah yang Aku Cintai (4)

3Pendeta itu kini berdiri di mimbar, mengambil Alkitab, lalu bertanya kepada Bo Jing, "Tuan, bersediakah kamu menikahi wanita ini? Bersediakah kamu mencintainya dan setia kepadanya, baik miskin atau kaya, sehat atau sakit, hingga maut memisahkan?"     

Begitu kata-kata ini terlontar, Josh menatap Bo Jing dengan jantung berdegup seperti drum yang dipukul dengan keras.     

Tidak ada yang tahu ketika ia telah sampai di titik ini, semua pikiran dan hatinya dipenuhi dengan apa yang dikatakan ibu Bo Jing sebelumnya.     

Sekarang, untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, akhirnya ia seperti memiliki keberanian untuk menatap mata Bo Jing.     

Dan kata-kata pendeta yang dilontarkan sebelumnya telah berlalu.     

Kini, digantikan dengan suara Bo Jing yang terdengar begitu tegas dan juga sorot matanya yang dalam menatap ke arahnya, "Aku bersedia."     

Dua kata itu keluar dari mulutnya tanpa ada keraguan sedikit pun.     

Padahal awalnya, pernikahan hari ini adalah antara Bo Jing dan kakaknya, tetapi mata Bo Jing sama sekali tidak menunjukkan sorot yang menyakitkan. Sementara dari sisi Josh, beberapa hari ini terlewati dengan sangat sunyi. Ia hanya bisa membenamkan dirinya dalam rasa sakit atas kematian kakaknya.     

Jadi…     

Apakah, itu… sungguhan?     

Entah itu dulu atau sekarang…     

Tapi yang jelas, ketika Bo Jing berusia 19 tahun, ia memang mengikuti kompetisi formula satu. Dan ketika sekarang ia memasuki istana pernikahan... Jadi... tujuannya, wanita yang ia sukai... selama ini adalah… dirinya?     

Saat ini, siapa pun yang tidak bodoh tampaknya dapat memahami segalanya.     

Hanya saja, sangat sulit bagi Josh untuk mempercayai ini semua.     

Lagi pula, ia telah terjebak dalam pemikirannya sendiri terlalu lama.     

Lambat laun, gunung yang menjebak dan membutakan matanya tampak menjadi dangkal dan tipis, sampai akhirnya berubah menjadi kabut. Setelah angin mereda, ia kembali mendengar jawaban pendeta itu… dan juga janji Bo Jing padanya.     

Aku bersedia.     

Kemudian, pendeta itu bertanya pada keduanya secara bergantian, tetapi Josh seperti tidak mendengarnya. Pikirannya masih terus melayang sampai ia mendengar seseorang memanggil namanya. Seketika itu juga ia tersentak dan segera bereaksi. Ketika Bo Jing tampak menatap matanya lagi, Josh bisa menangkap sentuhan ketegangan dan kekhawatiran di sana.     

"Nona Josh, bersediakah kamu menikah dengannya?" Akhirnya, pendeta mengulangi kalimat terakhirnya.     

Kini, Josh menatap mata Bo Jing dengan seksama dan tiba-tiba ia menarik napas dalam-dalam. Lalu entah bagaimana, ia tersenyum, "Aku bersedia."     

Youyou, Su Li, Sang Xia, beserta semua rombongannya yang saat itu tampak menegang menunggu jawaban Josh akhirnya bisa melepaskan tawa mereka, lalu semuanya segera bangkit, dan bertepuk tangan lagi dan lagi. Kali ini, semua orang tampak bersorak.     

"Sekarang silakan pengantin pria mencium pengantin wanita."     

Dengan diiringi kata-kata pendeta, Bo Jing mengangkat tangannya dan perlahan mendekati Josh dengan wajah yang sangat agresif. Mata kedua orang itu saling bertautan. Entah kenapa, Bo Jing tiba-tiba merasa bahwa orang yang ada di hadapannya saat ini tampak berbeda dalam pandangan seperti itu.     

Tapi ia tidak tahu di mana letak perbedaannya.     

Hanya saja, dengan seperti ini saja sudah membuatnya merasakan kebahagiaan yang benar-benar membanjiri hatinya.     

Tanpa ragu, Bo Jing membungkuk dan mencium bibirnya yang lembut.     

Akhirnya, inilah saatnya ia dapat memiliki kesempatan untuk mencium wanita yang ia cintai dengan begitu terang-terangan.     

Dan menjadi sosok dirinya sendiri, juga memiliki Josh seutuhnya, selangkah demi selangkah.     

Ketika ia berjanji pada Josh sebelumnya, sebenarnya ia benar-benar rela melakukan apa saja untuknya.     

Bahkan untuk menikahi kakaknya.     

Karena saat itu kakaknya adalah orang yang sekarat, jadi ia masih akan terus terikat untuk memenangkan Josh, dan menjadikan dirinya sebagai saudari ipar. Sejujurnya, Bo Jing sama sekali tidak khawatir tentang hal itu. Baginya, selama ia bisa terlibat dengan Josh, itu tidak akan menjadi masalah.     

Kini, kelopak bunga yang tak terhitung jumlahnya jatuh dari langit, menempel di jasnya, di bahunya, di gaun pengantin Josh, dan juga di atas kepala keduanya.     

Adegan ini benar-benar sangat indah.     

Tepat ketika Bo Jing menciumnya, Josh merasa seperti tersengat listrik, ujung jarinya gemetar, dan sentuhan di bibirnya membuat jantungnya hampir berhenti berdetak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.