Halo Suamiku!

Kamulah yang Aku Cintai (3)



Kamulah yang Aku Cintai (3)

2Orang tua Josh telah lama meninggal, jadi sangat mustahil jika ia tidak merasa malu atau sedikit canggung saat menyebutkan kata Ayah dan Ibu. Bahkan meski ia memiliki kesan yang baik tentang orang tua Bo Jing, tetap saja ia merasa gugup.     

Apalagi, ia tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Jadi saat ini, ia benar-benar ingin mencari alasan untuk melarikan diri.     

Namun, semakin ia ingin melarikan diri, semakin banyak juga yang menentangnya.     

"Nak, temuilah kerabat dan teman-teman lainnya. Pernikahan akan segera dimulai. Aku ingin berbincang dengan menantuku terlebih dulu." ucap An Ge kepada Bo Jing sembari meraih tangan Josh dan tersenyum lembut.     

Sontak.     

Tangan Josh secara tidak sadar menggenggam erat lengan Bo Jing, seolah ia menahannya untuk tidak meninggalkannya sendirian.     

Hati Bo Jing sedikit bimbang kala itu. Namun, saat melihat mata Josh yang tampak malu dan sorot yang begitu memohon, entah kenapa itu justru menunjukkan sedikit kehangatan di lubuk hatinya. Sembari berdiri di sisi Josh, ia menundukkan kepalanya, lalu berbisik pelan di telinganya dengan diiringi ciuman hangat, "Tidak apa-apa. Aku akan kembali."     

Ya.     

Ciuman ini tentu terasa membakar di telinga Josh dan seketika membuat sosoknya gelisah tanpa bisa dicegah.     

Tidak hanya itu, ia juga merasa jika orang tua Bo Jing turut melihatnya.     

Sementara An Ge yang melihat gerakan kecil dan keintiman di antara mereka sontak memunculkan cahaya terang di bagian bawah matanya. Tanpa ragu, ia menarik tangan Josh yang masih tampak tersipu dan mengajaknya untuk duduk. Lalu, ia tersenyum dan berkata, "Aku senang melihat kalian benar-benar saling mencintai. Itulah salah satu kelegaan menjadi seorang ibu."     

Tentu saja Josh masih ragu-ragu, masih tersipu, masih merasa gugup, dan yang terpenting, ia tidak tahu harus menanggapi apa.     

Pasalnya, ia sangat memahami jika semua ini hanyalah keterpaksaan.     

Karena pengantin yang sesungguhnya bukanlah dirinya…     

Alhasil, di detik berikutnya, ia kembali mendengar An Ge melanjutkan, "Josh ... kamu tahu, ketika dia di rumah, setiap kali aku bertanya tentang perasaannya, dia selalu menceritakan tentangmu padaku. Setiap tahun akan selalu sama sejak dia berusia 19 tahun. Sejujurnya, aku tidak menyangka jika waktu telah berlalu dengan begitu cepat dan aku benar-benar tidak menduga jika putraku akhirnya bisa menikahi gadis yang disukainya."     

Setiap kata yang terlontar dari mulut An Ge benar-benar membuat Josh terpana. Kini, otaknya benar-benar tidak bisa mencerna apa pun.     

"A, apa? Bagaimana, bagaimana bisa... Bibi, bukankah kamu mengenali orang yang salah?"     

Ketika kalimat ini akhirnya terlontar, pikirannya benar-benar bingung. Mengapa ia masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan ibu Bo Jing?     

Namun, An Ge juga tampak terkejut, "Bagaimana bisa? Bukankah kamu Kimi, seorang pembalap itu? Bukankah Bo Jing mengatakan kepadamu bahwa dia sudah menyukaimu ketika pertama kali dia mengikuti formula satu pada usia 19 tahun?"     

Boom…!     

Jika sebelumnya hanya ada kekosongan dalam pikiran Josh, sekarang tidak hanya pikirannya, namun juga hatinya serasa diporak-porandakan, seolah-olah terlalu banyak pikiran dan informasi yang terjalin, yang menurutnya sangat tidak jelas dan tidak dapat dipahami!     

Sampai akhirnya, pernikahan dimulai.     

Kini, pendeta telah mengambil tempat di depan altar pernikahan akbar yang ada di kastil. Tidak banyak orang yang hadir, bahkan totalnya kurang dari 20 orang, tetapi mereka semua adalah kerabat dan teman dekat.     

Karena tidak ada kerabat tua dari sisi Josh, alhasil ketika berjalan menuju pengantin pria, Bo Yan-lah yang mengiringi calon menantunya berjalan di karpet merah dan mengantarnya ke arah Bo Jing, langkah demi langkah.     

Dan hal yang paling menyentuh dari adegan ini bukan hanya momen keduanya yang berjalan beriringan, tetapi juga dua pengiring kecil di belakang.     

Tangan kecil mereka mengambil bunga dari keranjang yang tergantung di lengan mereka, lalu menyebarkannya ke sepanjang jalan menuju altar.     

Saat itu, Xiao Meibao mengenakan gaun kecil yang indah, sementara Xiao Ba Wanghua mengenakan setelan jas yang membuatnya tampak semakin menggemaskan. Karena mereka masih sangat kecil, jadi meski telah berlatih beberapa kali sebelumnya, masih ada juga bunga yang berserakan di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.