Halo Suamiku!

Kamulah yang Aku Cintai (1)



Kamulah yang Aku Cintai (1)

1Saat mendengar derap langkahnya yang mantap.      

Josh hanya mampu menundukkan kepalanya dengan jantung yang berdetak seperti guntur yang menderu.     

Ia tidak berani melihatnya dan tidak ingin melihatnya.     

Karena ia tidak tahu apakah dirinya telah melakukan kesalahan, atau karena ia memang tidak ingin menikah dengan Bo Jing dalam situasi ini.     

Awalnya, setiap kali datang untuk merawat kakaknya, ia sering melihat rona tersipu dan rasa manis dari mata kakaknya. Sepertinya, kakaknya merasakan sesuatu yang baru untuk sesaat.     

Tapi saat itu, Josh tidak bisa memikirkan alasan apa pun.     

Sampai akhirnya, saat ia menanyakan perihal ini, kakaknya mengatakan bahwa ia sangat menyukai Bo Jing. Bahkan, Bo Jing juga menerima begitu saja bahwa ia menyukainya saat itu. Kalau tidak, mengapa ia begitu rela meninggalkan segalanya untuk merawatnya.     

Kakaknya, juga mengakui itu.     

Ketika akhirnya Josh mengetahuinya, hatinya benar-benar terasa sangat sakit dan rumit. Tetapi ia juga memutuskan untuk mengubur semua yang ada di hatinya, karena awalnya, ia merasa bahwa pria yang ditakdirkan dengan sosok yang seperti itu hanyalah khayalan belaka.     

Kemudian, setelah kakaknya menjalani operasi yang serius, ia secara tidak sengaja mengetahui keinginan lama kakaknya. Saat itu kakaknya mengatakan jika saja dirinya tidak sakit, akan lebih baik baginya untuk menikah dengan Bo Jing di masa depan.     

Dengan kalimat itu, ketika kakaknya sangat lemah dan dalam kondisi buruk, Josh tentu merasa sangat tertekan. Ia berpikir bahwa jika Bo Jing mencintai kakaknya, bukankah lebih baik untuk memenuhi keinginannya sebelum ia meninggal…     

Jika Bo Jing benar-benar mencintainya, bukankah ia tidak akan menolak…     

Josh tahu jika ia tidak akan bisa melakukan semuanya dengan sempurna, tapi ia tidak bisa egois. Kakaknya telah hidup terlalu menyakitkan selama ini. Jadi, ia tidak ingin bersikap egois dengan tidak memenuhi keinginan terakhir kakaknya yang berharga.     

Itulah mengapa akhirnya ia menghadap Bo Jing sambil menangis.     

Kala itu, Bo Jing tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengajukan sebuah pertanyaan, "Apakah ini benar-benar yang kamu inginkan?"     

Josh benar-benar linglung dan hanya bisa menangis sambil mengangguk.     

Kemudian Bo jing menyetujuinya begitu saja.     

Tentu saja, Josh sangat berterima kasih padanya, tetapi selain itu, ia juga berpikir bahwa Bo Jing benar-benar mencintai kakaknya. Jika tidak, bagaimana mungkin ia akan menyetujui ini.     

Terlebih lagi, dalam situasi menyedihkan yang diderita kakaknya dan juga kematian yang akan menjemputnya. Saat itu juga, hati Josh yang terdalam telah mengubur rasa cintanya untuk Bo Jing di tempat yang paling tersembunyi.     

Dan sekarang, ia selalu merasa ada gunung di depannya, yang membuatnya terjebak, tidak bisa melihat, terperangkap di dalam, sakit, dan kusut, seperti binatang kecil yang tidak berdaya dan bingung.     

Ketika pertama kali bertemu dengan Bo Jing, ia merasa bahwa meski ia benar-benar menikah suatu hari nanti, menikah dengan Bo Jing adalah suatu hal yang mustahil.     

Terperangkap di kota yang terkungkung ini, ia merasa berat, tertekan, dan tidak terlalu antusias tentang apa yang disebut pernikahan.     

Apalagi karena pengantin pria-nya menikahi dirinya bukan karena benar-benar adanya perasaan cinta, melainkan untuk orang lain.     

Sungguh, ia... benar-benar, tidak ingin, tidak menginginkannya.     

Kini, Bo Jing menatap matanya dengan dalam, lalu dengan lembut memainkan gaun pengantin Josh dengan jari-jarinya, dan kemudian sembari sedikit membungkuk, ia memegang tangan Josh.     

Sontak, tubuh Josh berubah menjadi tegang di tempat.     

Detik berikutnya, satu per satu, Bo Jing meremas lipatan gaun pengantinnya, dan sebuah kalimat jatuh tepat di telinga Josh, "Maaf, keadaan ini harus memaksamu."     

Josh tidak mencintainya.     

Namun bersedia menikah dengannya.     

Pasti ini sangat sulit.     

Namun, menikah dengan Josh adalah apa yang sebenarnya Bo Jing inginkan. Sejujurnya, ia tidak ingin mengatakan apa-apa, karena ia tahu bahwa bahasa hanyalah sebuah kata dan kata-kata tidak memiliki dasar. Jadi ia harus mengambil tindakan untuk membuktikan semuanya.     

Bagaimanapun caranya, ia akan membuktikan dengan tindakan jika dirinya mencintai Josh, benar-benar ingin menikahinya, dan bukan hanya karena keinginan kakaknya belaka.     

Ia ingin menempatkan gadis yang telah ia cari selama bertahun-tahun ini ke dalam pelukannya dan memberikan segalanya hanya untuk gadis pujaannya.     

Sementara itu, setelah mendengar apa yang Bo Jing katakan, Josh menarik sudut bibirnya cukup jauh, tersenyum kaku, dan akhirnya mengangkat pandangannya, "Aku-lah yang seharusnya mengatakan itu. Kamu yang dipaksa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.