Halo Suamiku!

Kamulah yang Aku Cintai (2)



Kamulah yang Aku Cintai (2)

1"Tidak."     

Sesaat setelah kata itu terlontar, Josh benar-benar tercengang.      

Ti, tidak?     

Bagaimana mungkin?     

"Tidak, kakak, kakak ipar, kakakku yang memintamu…"     

"Kamu masih ingin memanggilku kakak ipar?"     

Kini, Bo Jing memandangnya dengan tatapan merendahkan. Matanya yang gelap seperti terselimuti oleh tinta. Ketika tatapannya semakin dalam dan lebih dalam lagi, sepertinya ia tiba-tiba memikirkan kata-kata kejam yang Josh lontarkan saat itu. Tenggorokannya sedikit tercekat, lalu ia sedikit memalingkan pandangannya, "Jangan khawatir, aku telah berjanji pada kakakmu bahwa aku akan melakukannya. Aku akan menjagamu dengan baik dan memberimu rumah."     

Jika Josh tidak mencintainya, maka Bo Jing perlahan akan membuatnya jatuh cinta padanya.     

Kenyataannya, ia sendiri juga tidak memiliki wanita lain. Selama ini, para wanita-lah yang mengambil inisiatif untuk mendekatinya, jadi ia tidak perlu mengambil inisiatif untuk melakukan apa pun.     

Dan ini adalah wanita pertama dan satu-satunya yang membuatnya mengambil inisiatif.     

Jadi, tentu saja ia tidak memiliki pengalaman.     

Karena ingin mendapatkannya, alhasil ia akan menggunakan semua yang ia miliki.     

Tidak peduli berapa banyak yang ia katakan, lebih baik ia akan mengambil tindakan langsung untuk membuktikan semuanya.     

Prosesnya tidak penting, yang penting adalah hasilnya.     

Namun, jika kata-kata seperti ini diucapkan di depan orang yang tidak tahu, pasti mereka akan sangat tersentuh.     

Tapi bagi Josh, ini justru sangat menyakitinya.     

Lihat, inilah yang paling ia takuti.     

Bagaimanapun, ia memiliki martabatnya sendiri dan tidak ingin memaksanya, tetapi Bo Jing justru mengatakan hal seperti itu.     

Sementara itu, Bo Jing terus memegang tangannya.     

Setelah melihat jam di tangan dan mendapati jika waktunya hampir tiba, ia mengajak Josh untuk turun bersama dan membawanya untuk bertemu orang tuanya terlebih dahulu.     

Tanpa bisa dijelaskan, Josh menjadi sangat gugup. Awalnya, ia hendak bangkit, tetapi tiba-tiba bayangan gelap seketika memenuhi pandangannya. Detik setelahnya, sebuah sentuhan hangat dan lembut jatuh di dahinya, disertai dengan kalimat, "Kamu cantik hari ini."     

Bo Jing menciumnya.     

Ia benar-benar menciumnya.     

Josh sedikit bingung, otaknya kosong, dan ia hanya mampu berdiri membeku di tempat. Ke.. kenapa?     

Kali ini, ia bahkan tidak tahu bagaimana caranya turun ke bawah. Mau tidak mau, Bo Jing harus memegang tangannya dengan erat sepanjang waktu, memberikan sentuhan hangat sekaligus keyakinan untuknya, dan akhirnya berjalan langsung ke arah kedua orang tua Bo Jing.     

Bo Yan dan An Ge spontan bangkit dari duduknya ketika mereka melihat putra dan menantu mereka datang.     

Selama bertahun-tahun, Bo Yan memang memiliki gaya hidup sehat, dan selama bertahun-tahun itu, ia tidak meninggalkan terlalu banyak jejak pada kedua anaknya.     

Pada masa itu, Bo Yan benar-benar sosok yang gagah dan tampan. Dan sekarang, ia hanya terlihat jauh lebih dewasa, dan auranya menjadi semakin elegan dan tenang. Sementara An Ge masih tetap terlihat muda. Ia seperti wanita yang baru berusia awal tiga puluhan dan wajahnya masih tampak menawan. Dulunya, ia adalah seorang gadis ahli senjata api yang berbakat di tahun-tahun itu.     

"Ayah, ibu, ini Josh. Maaf, aku tidak punya waktu membawanya ke rumah untuk menemui kalian sebelumnya."     

Josh menatap dua orang di depannya. Akhirnya, ia benar-benar bertemu dengan mereka. Suasana hatinya kini pasti terguncang, tetapi ia masih mempertahankan sopan santun yang selama ini diajarkan padanya. Lalu, ia tersenyum dan berkata, "Paman, Bibi..."     

"Kenapa kamu masih memanggil paman dan bibi? Nak, kamu tidak perlu lagi merasa sungkan. Kita semua sudah akan menjadi keluarga, kan?" An Ge secara spontan menarik tangannya dan memandang mereka dengan senyum tipis.     

Mendengar ini, Josh langsung terlihat malu dan kembali bersuara, "Ayah, ibu."     

Senyum seketika muncul di bagian bawah mata Bo Jing.     

Sementara Bo Yan mengangguk sembari menyerahkan amplop merah padanya, "Anak baik, ambillah."     

Kenyataannya, ketika putra sulung mereka menikah, bagaimana mungkin mereka bisa menjadi orang tua yang tidak saling memperhatikan? Diam-diam mereka sudah menjelajahi detail satu sama lain dengan jelas.     

Gadis ini memiliki karakter yang baik, tetapi ia telah menderita terlalu banyak dengan latar belakang keluarganya yang miskin. Namun keluarga Bo Jing sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.