Kakakku Luar Biasa (3)
Kakakku Luar Biasa (3)
Namun dari apa yang terjadi saat ini, masih ada beberapa orang yang benar-benar bersimpati dengan anak dan wanita itu.
Mencakar mobil pembalap memang sesuatu yang memantik amarah. Bahkan Bo Jing dan Josh juga terlihat dingin dan tampak serius saat melihatnya.
Meski mereka tidak menyukai Barton, tapi ada sedikit rasa simpati untuknya akibat mobil kesayangannya dibuat lecet oleh orang lain.
Detik setelahnya, saat rambut wanita itu masih ditarik dengan kasar oleh Barton, ia mencoba berteriak dengan sedih, "Anak-anak memang tidak berakal, anak-anak masih belum berakal."
Sungguh sebuah kesalahan besar mengatakan hal itu di hadapan Barton. Karena kemarahannya semakin tersulut, ia langsung menendangnya dengan keras, "Persetan! Aku akan mencakar wajahmu!"
Permainan itu semakin lama semakin membara. Sementara di sisi lain, tiga orang dewasa dan dua anak di antara kerumunan hanya menyaksikan pemandangan itu dalam diam.
"Anak-anak memang tidak berakal, tetapi orang dewasa memilikinya. Jika kamu tidak mengajari anakmu sendiri, akan selalu ada seseorang di masyarakat yang akan memberinya pelajaran."
Dan ketika orang lain yang sudah turun tangan, tentu tidak akan sesederhana itu.
Kali ini, Su Li mengatakannya sembari bersandar santai di pagar penonton. Melihat pemandangan itu, ia menarik sudut mulutnya dan tersenyum, tetapi napasnya penuh dengan aura dingin.
Sementara Sang Xia benar-benar terpana saat melihat adegan itu.
Ia sama sekali tidak menyangka jika permainan yang dimainkan Su Li akan menjadi sebesar itu. Langkah ini benar-benar cara yang bagus untuk membunuh orang tanpa menggunakan pisau.
Meskipun pelajaran yang didapat ibu dan anak itu sangat kuat, tapi itu benar-benar membuatnya merasa puas dan bahagia.
"Ah, mereka memang pantas mendapatkannya." Saat mengingat kembali penampilan buruk dari dua bayinya yang diganggu, lalu melihat apa yang terjadi pada mereka saat ini, Sang Xia hanya mampu mencibir.
Tak terkecuali Rong Zhan, ia juga tercengang menyaksikan penganiayaan itu. Tampak ekspresi cemberut di wajahnya yang tampan. Bukannya mengatakan sesuatu kepada Su Li, ia justru berkata pada Xiao Meibao yang ada dalam gendongannya, "Sayang, beritahu Ayah, apa kamu masih marah? Ibu baptis sudah memberinya pelajaran. Keren, ya?"
Baik Xiao Meibao dan Xiao Ba Wanghua juga terpana. Tak hanya itu, Xiao Ba Wanghua juga sangat ketakutan saat melihat Barton berteriak. Sambil bersembunyi di pelukan ibunya yang memeluknya erat-erat, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menjulurkan kepalanya demi melihat apa yang terjadi.
Air mata di wajah kecilnya telah lama menghilang, tetapi a masih berpura-pura terlihat lemah dari waktu ke waktu.
Sedangkan Xiao Meibao sama sekali tidak takut. Ia hanya melihat dengan mata besarnya saat bocah itu dipukuli oleh oleh Barton. Sama sekali tidak ada sorot ketakutan di mata besarnya yang berair. Ia hanya mengepalkan tinju kecilnya dan tidak lagi menangis. Ketika ayah menanyakan itu, ia langsung mengangguk lucu dan serius, baru kemudian sebuah seringai muncul di matanya.
Kepalanya dimiringkan sedikit dan tangannya yang kecil memeluk leher ayahnya dengan erat.
"Aduh, Xiao Meibao kita memang luar biasa. Haha, benar-benar cukup berani. Berbahagialah. Jika ada yang menggertakmu setelah ini, beri tahu ibu baptis. Kamu tahu, ibu baptis akan memukulinya tanpa ampun." ucap Su Li sambil tertawa dan berhasil membuat Xiao Meibao merasa lebih bahagia.
"Ayo, cium ibu baptis. Apa kamu menyayangi ibu baptismu ini?" Karena menyukai kekompakan antara dirinya dan Xiao Meibao, ia sangat ingin bayi pintar iu mencium dirinya.
Xiao Meibao memang bukanlah anak yang pemalu. Sang Xia sendiri juga dapat melihat bahwa bayi itu sangat menyukai Su Li. Lalu ia tersenyum dan mendorongnya untuk mencium ibu baptisnya.
Tanpa ragu, Xiao Meibao langsung membungkuk dan memberi Su Li ciuman dengan mulutnya yang lembut. Lalu suaranya yang begitu manis terdengar setelahnya, "Terima kasih, ibu baptis."