Halo Suamiku!

Tidak Diajari Sopan Santun



Tidak Diajari Sopan Santun

3Kali ini, Sang Xia mencoba yang terbaik untuk menahan amarahnya, kemudian setengah berjongkok untuk mencium dan menenangkan kedua anaknya yang malang. Xiao Meibao memang masih tidak menangis, tetapi matanya terus menatap bocah laki-laki itu, sementara Xiao Ba Wanghua terus mengubur diri ke dalam pelukannya.     

Saat melihat anak-anaknya ketakutan, Sang Xia berusaha membujuknya sembari berkata dengan suara keras, "Tenang, Sayang. Jangan takut. Ayah kakak itu telah meninggal lebih awal dari pada Ibunya. Jadi tidak ada yang mengajarinya sopan santun."     

"Kamu…!"     

Ekspresi wanita itu seketika berubah, tetapi ketika Sang Xia menembakkan pandangan yang tajam dan dingin, ia tampak ketakutan dan tidak lagi melanjutkan teriakannya. Hanya saja, ia masih tetap mempertahankan kesombongannya. Tanpa ragu, ia memimpin putranya untuk langsung merebut kursi anak-anak Sang Xia sembari mendengus marah, "Nak, ayo duduk di sini."     

Sontak saja bocah lelaki itu memandang mereka dengan bangga seolah ingin menggertak kedua bayi kecil ini.     

Kini, kemarahan Sang Xia benar-benar sudah di ubun-ubun dan tanpa terasa tangannya sudah sangat gatal.     

Apa-apaan ibu ini? Inilah cara mendidik yang salah dengan memanjakan anak-anaknya untuk menjadi sampah masyarakat!     

Namun saat ini, entah kenapa, Xiao Meibao yang sebelumnya tidak menangis tiba-tiba mengubur wajahnya dalam pelukan Sang Xia, lalu mulutnya yang kecil mulai mengerucut dan matanya yang besar tampak memerah. Kemudian ia menangis dengan teriakan yang nyaring dan terdengar sangat memilukan. Detik itu juga hati Sang Xia benar-benar hancur. Dan ketika Xiao Ba Wanghua melihat adiknya menangis, ia yang lebih dulu menangis semakin mengeraskan tangisnya.     

Untuk sejenak, Sang Xia merasa bingung. Namun di detik berikutnya, akhirnya ia tahu mengapa Xiao Meibao menangis.     

"Ayah, ayah, ada orang jahat, kakak jahat itu memukuliku ..."     

Tepat di saat itu, Rong Zhan berjalan mendekat untuk menyusul Sang Xia dan anak-anaknya. Begitu Xiao Meibao melihat kemunculan ayahnya, ia yang sebelumnya tidak menangis sama sekali langsung meledakkan tangisnya hingga mampu merobek jantung dan paru-paru siapapun yang mendengar suara itu.     

Dan saat itulah Sang Xia baru menyadari kedatangan Rong Zhan. Begitu Xiao Meibao terlepas dari pelukannya, bayi kecil itu bergegas merajuk pada ayahnya.     

Sementara wanita yang duduk di kursi itu tiba-tiba mengubah ekspresi di wajahnya.     

Sontak, Sang Xia memelototinya.     

Sedangkan Rong Zhan yang melihat bayi perempuannya menangis dengan mata memerah dan bengkak, hatinya sangat sakit. Dalam perjalanan mendekat, ia langsung melompati pagar putih dan bergegas memeluk bayi perempuan yang berdiri di tangga. Kemudian ia bergegas melihat sosok dan kondisi istrinya saat itu.     

Rupanya Sang Xia juga telah mendekat dengan Xiao Ba Wanghua dalam gendongannya.     

"Ada apa? Kenapa kamu menangis seperti ini?" Rong Zhan bertanya sembari melihat sekeliling untuk mencari tahu apakah ada yang tidak beres. Baru kemudian tanpa sadar ia memeriksa apakah kedua anaknya terluka.     

Sang Xia berbalik dengan Xiao Ba Wanghua dalam gendongannya, lalu dengan tajam menunjuk ke arah bocah laki-laki nakal yang melompat-lompat di kursi dan ibu yang "mencintai"-nya. Kemudian, ia mencoba menjelaskan, "Sangat kurang ajar. Aku hanya berdiri sebentar karena ingin melihat di mana kamu berada. Tapi segera setelah aku kembali menoleh ke belakang, aku melihat bocah itu mencelakai putri kita. Sementara sang ibu hanya menatap putranya dengan lembut. Aku benar-benar kesal. Jika anak-anak tidak ada di sini, aku pasti akan memukulinya. Bagaimana bisa dia menjadi orang tua?"     

Orang-orang yang hidup di dunia ini pasti enggan melakukan apa yang terlalu malas untuk mereka lakukan. Mengajar anak-anak juga sama. Jika mereka tidak mengajarinya sendiri, apa mereka harus menunggu orang lain untuk mengajarinya?     

Terang saja, wajah Rong Zhan sudah berubah sangat dingin setelah mendengar ini, begitu pula Su Li yang berada di belakangnya.     

"Kurang ajar! Inilah sosok ibu yang selalu memanjakan sikap buruk anaknya. Kalian tetaplah di sini. Sang Xia, Sang Xia, tolong pegang dia. Tidak baik bagi pria untuk menangani hal semacam ini. Biarkan dia melihat bagaimana caraku mengajari anak kecil dengan baik."     

Setelah Su Li selesai mengatakannya, ia langsung menggerakkan leher dan persendian tangannya sembari berjalan ke arah ibu dan anak itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.