Halo Suamiku!

Serangan Mendadak (1) 



Serangan Mendadak (1) 

1Kata-kata ini terlontar seolah mengikuti irama detak jantung.     

Namun dari tempatnya, Anthony hanya menatap dengan tenang, "Harlan, tapi kenyataannya tidak begitu, kan? Kadang-kadang kamu harus mengakui bahwa beberapa orang dapat mengenal mu lebih baik daripada dirimu sendiri."     

Sejujurnya Anthony sama sekali tidak ingin menyangkal jika ia memang memanfaatkan Sang Xia. Hanya saja, Sang Xia tidak tahu apa-apa tentang Harlan yang menyamar sebagai Su Zihe, terlebih lagi dengan apa yang telah dilakukan Harlan padanya. Dari saat pertama ia memenjarakan Sang Xia, lalu yang kedua ia menculik putrinya, hingga ketiga kalinya...     

Untuk mendapatkan Sang Xia, Harlan memang terkesan menghalalkan segala cara.     

Bisa terlihat jelas jika Sang Xia adalah mangsanya. Setelah menangkapnya lagi dan lagi, tentu saja ia tidak akan membiarkan Sang Xia mati. Jika tidak, ia tidak akan memiliki banyak peluang untuk memberikan serangan langsung. Apalagi tujuan utamanya bukan untuk membunuh Sang Xia, melainkan untuk menangkapnya.     

Pada saat yang sama, hanya Sang Xia, mangsanya-lah yang bisa memancingnya keluar.     

Bahkan meski Harlan sudah curiga, tapi ia pasti tidak ingin melewatkan satu detik pun momen untuk bersama dengan Sang Xia.     

Begitu semua rahasia Harlan dikelupas tuntas oleh Anthony saat ini, ia sama sekali tidak bisa berkutik. Sembari bersandar, jari-jarinya sedikit melengkung untuk waktu yang lama. Ketika akhirnya ia kembali membuka suara, justru sebuah pertanyaan yang terlontar, "Bagaimana kamu bisa mengenaliku dan sejak kapan?"     

Bukankah ia telah melakukan segalanya dengan serapi mungkin, terlebih saat di hadapan mereka semua?     

Namun di hadapannya, Anthony tampak menghela napas panjang sembari menggelengkan kepalanya, "Bukan aku yang mengenalimu, juga bukan kami."     

  "??"     

"Orang tua yang selama ini saling bergantung dengan Su Zihe-lah yang mencurigaimu."     

Begitu pernyataan ini terlontar.     

Ada keheningan sejenak yang menyelimuti keduanya.     

"Meskipun kami hanya menduga jika mungkin saja kamu mengubah penampilanmu, tapi kami sama sekali tidak dapat mengenali identitasmu begitu cepat sampai setelah konser berlangsung. Suatu hari aku menerima panggilan telepon dari nomor asing. Suara yang terdengar dari ujung telepon tampak sudah tua dan sedih. Ternyata dia mengungkapkan jika Su Zihe menghilang. Tak hanya itu, dia juga menyadari jika pemuda yang merawatnya sekarang bukan Su Zihe yang sebenarnya..."     

Anthony tidak bisa memungkiri bahwa ketika ia mendengar berita itu, otaknya seketika kosong seolah ia baru saja disambar petir.     

Itu sebabnya ia segera menghubungi Rong Zhan secara diam-diam dan memberitahunya tentang situasi ini sesegera mungkin, sesuai dengan kesepakatan awal.     

Akhirnya, dengan bantuan dua orang itu, ia dapat mengumpulkan DNA milik "Su Zihe palsu" dan akhirnya dapat memastikan bahwa ia bukan Su Zihe, melainkan… penjahat dan musuh yang sedang mereka cari, Harlan.     

Sampai di titik ini, tampaknya Harlan tidak lagi mampu mengucapkan sepatah kata pun.      

Sepertinya ia telah mengerti segalanya.     

Tetapi ia sama sekali tidak menyangka jika yang dapat menemukan identitas aslinya bukan lah salah satu dari anggota Sun Band, namun justru lelaki tua yang cacat itu.     

Apa, selama ini ia tidak cukup berhati-hati?     

Padahal ia sudah berusaha sangat keras untuk mengubah dirinya menjadi orang lain dan sepenuhnya masuk ke dalam hidup lelaki tua itu. Namun ternyata ia masih menunjukkan kekurangannya.     

"Kamu tidak perlu melihatku seperti itu. Sementara rahasia apa yang ada antara Su Zihe dan lelaki tua itu, hanya mereka yang tahu. Lalu bagaimana dia mengenalimu? Dia bilang dia juga tidak mengetahuinya. Jika lelaki tua itu saja tidak tahu, apalagi aku? Paling-paling, dia hanya merasa bahwa Su Zihe sebulan yang lalu sangat berbeda dari Su Zihe yang sekarang. Mungkin itulah yang dia rasakan. Bagaimanapun, pasti ada keterikatan kontak batin jangka panjang antara orang-orang yang sudah lama bersama, bahkan kata-kata pun terkadang tidak dapat mengungkapkannya dengan jelas."     

Tampak Anthony berhenti sejenak untuk mengambil napas dalam-dalam. Baru kemudian perlahan-lahan muncul sebuah kalimat, "Begitu juga saat aku bertemu denganmu untuk pertama kalinya, aku juga merasa sosokmu sangat familiar meski dengan tampilan lain..."     

Tepat di saat kritis semacam itu, meski keduanya saling memandang dengan sangat tenang, namun--     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.