Halo Suamiku!

Itulah yang Sebenarnya



Itulah yang Sebenarnya

3Namun, begitu kata-kata itu terlontar, Youyou hanya merasa bahwa raut muka antara kakaknya dan gadis itu tiba-tiba berubah.     

Terutama gadis itu. Ia tampak tertegun sejenak, lalu perlahan mendongak dan matanya terlihat terpana saat menatap ke arah Bo Jing.     

Seketika itu juga hati Youyou merasakan ada yang tidak beres.     

Ada apa? Apa ada yang salah dengan ucapannya?     

Di tempatnya, Bo Jing mengabaikan mata yang tercengang dan terkejut di sisinya. Ia justru mengarahkan pandangannya pada Youyou dengan lembut, "Apa yang ingin kamu tanyakan?"     

Intuisi Youyou menyadari bahwa ia telah mengatakan sesuatu yang salah. Jadi ia menelan air liurnya susah payah, sebelum akhirnya tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Aku ingin bertanya pada adik ini." Lalu ia dengan cepat mengalihkan pandangannya pada gadis di sebelah Bo Jing, "Adik, apa pekerjaanmu di rumah? Dan bagaimana dengan kakakmu?"     

Kemudian ia bisa melihat wajah gadis itu yang tampak aneh dan rumit. Sepertinya ia merasa tidak terlalu nyaman dengan pertanyaan Youyou. Karena tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman, akhirnya Youyou dengan cepat menjelaskan, "Dengan segala hormat, kakakku mengatakan jika dia akan bertunangan, tetapi kami bahkan belum melihat foto wanita yang akan dia nikahi, apalagi latar belakang keluarga, alamat, dan pekerjaan. Ini seperti tidak berdasar."     

Ketika Youyou mengatakan ini, napas Bo Jing menjadi lebih dingin. Tetapi akibat keterkejutan yang terlalu tiba-tiba, sehingga ia tidak bisa mengatakan apa-apa.     

Begitu pula dengan gadis itu, terlihat sekali wajahnya yang tampak tersentak. Bahkan sekarang, wajahnya terlihat berubah menjadi pucat dan akhirnya senyumnya mulai tersamarkan.     

Untuk beberapa saat, ia hanya memegang garpu di tangannya, menatap piring dengan pandangan kosong, dada terlihat naik turun, dan baru setelahnya ia perlahan membuka mulut, "Ternyata… ternyata begitu..."     

Rupanya Bo Jing tidak mengatakan apa-apa kepada keluarganya sendiri.     

Apa ini? Apakah ia pikir kakaknya adalah aib atau sesuatu yang harus ditutup-tutupi? Mengapa bahkan anggota keluarga yang paling inti pun tidak diberitahu lebih banyak?     

Seperti itukah ia menyukai kakaknya?     

Kali ini, ia memegang garpu lebih erat di tangannya dan tak lama berselang, terdengar nada berbisik seolah berusaha mengendalikan emosinya, "Saat aku berusia delapan tahun, orang tuaku meninggal dalam kecelakaan mobil. Sejak itu, aku tinggal berdua bersama dengan kakakku yang hanya berusia dua tahun lebih tua dariku. Kami saling bergantung. Dan yang lebih menyedihkan, kami diperas oleh para kerabat karena jumlah asuransi yang kami terima. Kemudian, kakakku terpaksa putus sekolah dan bekerja di luar untuk biaya sekolahku, dan kemudian..."     

Begitu sampai di akhir kalimat, matanya yang indah dan cerah tampak perlahan tertutup lapisan kabut air. Sebelum melanjutkan, ia menjilat bibirnya yang kering sembari tersenyum pahit, "Setelah aku akhirnya diterima di sekolah terkenal namun, kakakku mengalami gagal ginjal karena dia sudah tidak bisa menahan beban pekerjaannya."     

"...Saat itu, dia berusia kurang dari 20 tahun. Untuk mempertahankan hidup kami dan sekolahku, dia harus melakukan banyak pekerjaan setiap hari. Jadi dia menahan rasa sakit selama bertahun-tahun tanpa memberitahuku. Sampai akhirnya… ketika dia dikirim ke rumah sakit dalam keadaan pingsan, sakit yang dideritanya sudah parah dan sulit disembuhkan, dan sekarang..."     

Sampai pada kalimat ini, ia mengangkat pandangannya untuk melihat ke satu sisi jendela. Kabut air di matanya sudah semakin tebal. Mau tak mau, ia terus bernapas dalam-dalam dan seolah mencoba yang terbaik untuk mengendalikan dirinya.     

Sementara suasana di ruang makan itu sudah sunyi senyap.     

Saat ia menoleh lagi, matanya sedikit memerah, tetapi sudut mulutnya dipenuhi dengan senyum dangkal, "Sekarang setelah waktu berlalu begitu panjang, dokter telah memberikan vonis bahwa dia tidak bisa lagi hidup lebih dari dua bulan. "     

Sembari menatap Youyou yang bertanya, Josh menyunggingkan senyum samar di bibirnya, "Kurasa bukan karena kami tidak ingin diketahui oleh keluarga iparku, mungkin itu karena iparku… merasa jika kami adalah aib. Itulah kenapa alasan yang kupikir membuat kakak ipar tidak ingin menjelaskannya kepada keluarga..."     

Kalimat terakhir yang diucapkannya itu terdengar sangat ringan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.