Dia Sudah Bertunangan (1)
Dia Sudah Bertunangan (1)
Ya.
Setiap orang memiliki takdirnya sendiri. Jadi siapa yang benar-benar dapat menentukan segalanya di masa depan? Tidak akan ada yang tahu kapan bencana alam mungkin menimpa, bagaimana jalan kehidupannya, usia tua, dan bahkan kematian. Tidak ada yang benar-benar bisa diubah.
Tapi, tapi--
Lebih aman dan nyaman menjadi orang biasa daripada menjadi manusia serigala, bukan?
Bagaimanapun, Su Li masih akan mencoba yang terbaik untuk membuat putranya tetap hidup seperti manusia normal pada umumnya.
"Ayo. Ayah sudah memasak makan malam di rumah, ibu juga telah membeli anggur. Jadi mari kita tinggal selama beberapa hari di sana." Mau tidak mau, Su Li seketika teringat akan dua anak dalam keluarga Sang Xia. Begitu memikirkannya, sudut bibirnya mulai beriak tanpa sadar.
Harus diakui, Su Li sangat menyukai dua anak kecil itu. Kakak laki-laki yang sombong dan adik perempuan yang tampaknya "pintar dan pendiam". Kedua anak itu berada dalam banyak situasi yang menyenangkan dan banyak tertawa. Tak bisa disangkal, mereka memang sangat menawan. Jika saja keduanya lebih muda, mungkin mereka bisa bermain bersama dengan anak Su Li.
Didikan Sang Xia untuk kedua anaknya juga sangat luar biasa. Pada saat yang sama, Su Li dan Sang Xia telah berubah dari teman baik menjadi ibu. Mereka mungkin dapat mengkomunikasikan pertumbuhan anak-anak mereka dengan lebih baik nantinya.
Dan di saat ini.
Segera setelah mendengar bahwa paman Su telah membuat makanan besar, Ye Zi bergegas berlari keluar dan mengangkat tangannya sambil tersenyum, "Kakak Xiaoli, aku ingin berpartisipasi dalam menghabiskan makanan juga!"
Kebetulan, Ye Zi sama sekali tidak tahu apa yang Su Xun lakukan akhir-akhir ini. Ia sendiri sudah tidak melihatnya selama dua hari terakhir. Bahkan suatu kali, Su Xun sempat menolak panggilan telepon dari Ye Zi.
Tangan Ye Zi sudah benar-benar gatal membayangkan apa yang akan ia lakukan untuk menghadapi Su Xun begitu melihatnya nanti.
Dengan enggan, Su Li menggelengkan kepalanya sembari mengangkat dagunya, "Panggil juga Youyou untuk ikut bersama."
"Oke!"
Ketika Youyou ditarik ke bawah oleh Ye Zi, ia benar-benar tampak kuyu. Tentu saja, hal itu membuat pertanyaan besar bersarang di benak Su Li. Ia segera mengangkat alisnya begitu melihat Youyou, "Apa ini karena kekasihmu?"
Namun, Ye Zi buru-buru menggelengkan kepalanya, "Kak Xiaoli, kamu baru saja kembali. Jadi kamu tidak mengerti jika yang dialami Youyou saat ini dinamakan penyakit rindu. Dia hanya akan menatap ke luar setiap hari dan berlari naik turun ketika terdengar derungan suara angin di bawah. Dia melakukan ini semua untuk menunggu Jun Hang."
Begitu mendengar pidato itu, Youou benar-benar merasa jijik dan hanya memberinya tatapan datar, "Kamu tidak mengerti. Kakakku bilang dia akan datang menemuiku. Ada banyak hal yang harus dia lakukan beberapa hari ini. Mungkin saja dia ingin datang kepadaku untuk bersantai. Setelah kecelakaanku, dia seringkali mempersempit jarak antara kami dan sudah tidak tidak selalu mempermasalahkan tentang pria lain."
Jelas, ini bukan hanya karena kakaknya membawa kembali berita tentang Jun Hang padanya.
"Oke, oke, oke, aku tidak mengerti, aku tidak mengerti." Ye Zi dengan cepat mengangkat benderanya untuk menyerah.
Ketiga wanita itu bergegas berjalan untuk kembali menuju rumah Su Li.
Mereka pergi untuk makan bersama. Ibu Su Li tentu sudah lama menunggu cucunya, dan ia merasa sangat senang bahwa cucunya akan datang.
Saat itu, ia terus bertanya kepada suaminya apakah ia sudah berdandan cantik dan berpakaian bagus atau belum.
Setiap kali Su Chen menghentikan pekerjaannya untuk memperhatikannya dengan serius, ia berkata bahwa istrinya sudah cantik.
Jika ia berani memberikan komentar ala kadarnya atau sedikit pujian sederhana, sama saja itu akan menyiksanya sampai mati.
Tak lama berselang, Su Li tiba di rumah sesaat setelah semuanya siap. Begitu mereka berlima muncul bersamaan, makan malam keluarga itu menjadi sangat hidup, dan semua orang terus membicarakan banyak hal.
Dengan hati-hati, Su Li memberikan putranya kepada ibunya yang terus gelisah tiada henti, lalu berbalik untuk bertanya pada Youyou, "Apa yang baru saja kamu katakan, kakakmu, Bo Jing telah bertunangan?"
Begitu kalimat ini terlontar, semua orang tampak terkejut.
Sementara Youyou yang mendapat pertanyaan itu hanya tersenyum tak berdaya, "Kamu lihat, kan, ketika ibu mendesaknya…"