Sakit Hatinya (2)
Sakit Hatinya (2)
Setelah mobil dinyalakan, Sang Xia yang terbungkus mantel Rong Zhan dan duduk di samping kursi kemudi benar-benar mengantuk, sementara Rong Zhan yang sedang mengemudi terus meliriknya dari waktu ke waktu. Entah kenapa ia merasa sangat gelisah.
Karena ia tahu jika dirinya tidak lagi bisa menyembunyikan rahaisanya kali ini.
Bahkan saat satu dua kali Sang Xia menyembunyikan sesuatu darinya, ia langsung bertanya dengan nada kasar saat itu.
Setibanya di vila yang ada di Sydney, begitu mobil berhenti, Sang Xia langsung terbangun meski gerakan Rong Zhan sudah sangat pelan.
Begitu bangun, tepat ketika melihat mereka berhenti di sebuah villa, seketika ia langsung merasa seperti sedang berada di Roma.
Namun setelah mengumpulkan seluruh kesadarannya, ia baru menyadari jika tempat ini benar-benar villa dengan fasilitas dan popularitas yang lengkap. Mau tak mau, sebuah pertanyaan mencuat di benak Sang Xia, "Kapan kamu... datang ke sini?"
Sang Xia sama sekali tidak percaya jika Rong Zhan baru saja tiba di sini dan telah menyiapkan ini semua. Sepertinya ia sudah hidup selama beberapa hari di sini.
Sesaat setelah mendapat pertanyaan itu, Rong Zhan terbatuk untuk mencoba menghindar, "Baru saja."
Akhirnya, Sang Xia tidak berbicara lagi dan segera turun dengan sedikit kesulitan.
Sebenarnya Rong Zhan ingin membantu, tetapi ia menolak.
Sontak, mata Rong Zhan yang panjang dan sipit seolah mengetahui sesuatu, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Kemudian ia bergegas untuk membuka pintu belakang, mengeluarkan Xiao To, baru setelahnya membawa anak-anak mereka keluar.
Sesaat setelah berhasil keluar dari mobil, Sang Xia langsung mengambil alih Xiao Meibao. Sejujurnya, tubuh Sang Xia benar-benar lemas saat ini. Begitu menginjakkan kaki ke dalam villa, kakinya terasa panas dan nyeri. Setiap langkahnya terasa sangat menyakitkan, tetapi ia hanya mengambil napas dalam-dalam. Dengan dibungkus mantel Rong Zhan, ia menguatkan diri untuk masuk bersama putrinya.
Untuk beberapa masalah yang mengganjal di hatinya, akan ia selesaikan nanti.
Sementara Rong Zhan yang melihat sosok Sang Xia pergi sendirian dengan anak digendongannya hanya bisa mendesah berat, lalu menundukkan kepalanya dan menerima nasibnya saat ini. Tak lama berselang, ia segera menyusul masuk bersama dengan Xiao Ba Wanghua..
Rong Zhan tidak berani membiarkan istrinya terus bekerja keras setelah menderita begitu banyak. Ia sudah terbiasa mengasuh kedua anaknya. Jadi ia segera mengambil alih Xiao Meibao dan menanganinya dengan teliti. Setelah memandikan keduanya, tak lupa ia juga mengoleskan bedak pada pantat mereka sebelum keduanya tidur.
Rong Zhan tahu bahwa mereka pasti akan terbangun sebelum tengah malam. Jadi sekarang, ia bergegas untuk membersihkan dirinya sendiri.
Belum lagi apa yang menimpa istrinya saat ini. Ia harus tidur dan beristirahat. Pasti tidak mudah bagi Sang Xia untuk melihat wajahnya. Sedangkan Rong Zhan sendiri tidak bisa hanya meminta ampunan dengan berlutut di atas papan cuci, meski ia sudah pernah melakukan itu sebelumnya.
Rupanya saat itu, Sang Xia juga sedang membersihkan dirinya.
Ketika Rong Zhan kembali, ia masih mandi. Di depan pintu kamar mandi, Rong Zhan tampak ragu-ragu untuk sesaat, sebelum akhirnya ia mendengar satu kata terlontar, "Masuklah."
Rong Zhan menarik napas dalam-dalam sebelum ia melangkahkan kaki untuk masuk.
Kabut air di kamar mandi telah mengabur. Begitu masuk, Rong Zhan disuguhkan dengan pemandangan istrinya yang sedang berendam di dalam bak mandi yang begitu besar. Sosok ramping dan putih itu tampak hanyut bersama kabut air.
"Kenapa kamu hanya berdiri di sana? Kamu tidak mandi? Apa kamu akan segera tidur?"
Tak bisa disangkal, nada dalam suara Sang Xia terdengar benar-benar dingin.
Ya, tidak salah lagi. Kali ini Sang Xia sangat marah.
Namun, terus terang, Sang Xia tidak marah karena penyerangan Rong Zhan yang tiba-tiba dan benar-benar menggila itu. Terlebih lagi ia melakukannya saat berada di koridor di mana orang akan datang kapan saja. Sang Xia marah karena Rong Zhan tidak memberitahunya saat ia memiliki suatu masalah yang begitu besar.
Tidak peduli apa pun, bukankah keduanya harus menanggungnya bersama?
Sang Xia sama sekali tidak butuh kepura-puraan yang terkesan baik-baik saja.
Dengan Rong Zhan bersikap seperti ini justru membuat Sang Xia merasa buruk, sangat buruk.
Sementara itu, Rong Zhan memandangi tubuh istrinya yang putih dan lembut di dalam bak mandi——