Halo Suamiku!

Mo Xi tidak berani menunda lagi. Dengan cepat ia meminta seseorang untuk membawa Claire keluar dan dilakukan perawatan.     

Tentu saja Mo Xi sangat takut jika Claire mati. Tak satu pun dari mereka bisa memprovokasi wanita itu. Meskipun Tuan Jun tidak berniat kembali ke keluarga kerajaan, tapi ia telah turut campur dalam urusan internal negara Jerman dengan beberapa alasan.     

Dan identitas Claire sama mulianya dengan Tuan Jun. Jika ia mati di sini, maka mereka tidak bisa lepas dari tanggung jawab.     

Ketika Claire akhirnya dibawa keluar, nyawanya hampir dipertaruhkan, tapi kesadarannya tidak sepenuhnya hilang.     

Saat dibopong keluar, ia melihat lurus ke arah Jun Hang. Tidak ada yang tahu apakah tatapannya saat itu menyiratkan penyesalan, kecemburuan, dendam, atau perasaan apa yang ada dalam dirinya. Yang pasti, itu hanya mengarah pada Jun Hang yang tidak lagi peduli padanya.     

Sementara Jun Hang yang mendapati Youyou berlari tanpa alas kaki segera memintanya duduk di samping ranjang. Lalu ia mengambil alas kaki Youyou dan memakaikannya.     

Pemandangan itu menunjukkan betapa seorang pria bangsawan, yang dingin dan acuh tak acuh, yang duduk di kursi roda membungkuk sedikit untuk memakaikan sepatu Youyou.     

Bagi Youyou, Jun Hang tentu sebuah jaminan kehidupan terbaik.      

Setelahnya, Jun Hang membawa Youyou keluar dari kamar untuk pindah ke tempatnya.     

Setelah memastikan kondisi Youyou, begitu Jun Hang keluar, rupanya Leng Yunchen telah menunggunya di pintu. Saat ini, ia bertanya dengan sorot tegas, "Jun Hang, mulai sekarang, kamu harus mengakui semuanya padaku, jika tidak orang yang selalu diintai bahaya adalah Youyou."     

Jun Hang mengangkat alisnya sedikit saat menanggapi Leng Yunchen, "Kamu pasti sudah menebaknya, kan? Sebagai anggota kerajaan, aku akan campur tangan dalam urusan internal dan negosiasi luar negeri negara Jerman karena ada keuntungan bagiku dan kita dapat bertukar syarat, tetapi ini tidak berarti bahwa aku akan kembali ke keluarga kerajaan, juga tidak dapat diartikan jika wanita lain akan menjadi tunanganku."     

Begitu kata-kata Jun Hang terlontar, Leng Yunchen memang sudah dapat menebak beberapa, tetapi ia masih terkejut saat mendengar Jun Hang mengatakannya secara langsung.     

Tentu saja.     

Identitas Jun hang benar-benar mengejutkan mereka semua.     

Leng Yunchen tampak bermartabat selama beberapa menit, sampai akhirnya berkata, "Tapi Jun Hang, bukankah sudah terlambat sekarang? Identitas wanita itu tidak biasa. Jika dia mati, mereka tidak akan membiarkan Youyou pergi begitu saja. Mereka bisa menyebarkan semua api pada Youyou yang tidak bersalah dari awal hingga akhir. Aku yakin kamu mengetahui ini lebih baik daripada siapa pun."     

Tatapan Jun Hang tampak sangat familiar. Dengan lembut ia menyesap lipatan bibir bawahnya dan akhirnya berkata, "Ya, jadi aku harap kamu dapat mengirim Youyou kembali untuk menjauhkannya dari tempat yang berbahaya ini dan kembali ke Roma. Tidak akan ada yang berani mengganggunya jika dia sudah kembali ke markas."     

Begitu kata-kata ini terontar, Leng Yunchen berhenti berbicara.     

Karena ini jugalah yang ia pikirkan.     

Setengah dari tujuan kedatangannya ke Afrika telah diselesaikan dan Youyou dapat segera pergi dari sini. Belum lagi dengan kekacauan yang terjadi sekarang.     

Leng Yunchen dan Jun Hang saling memandang. Tampaknya pada titik tertentu, mereka mencapai di persimpangan yang sama.     

Tetapi pada akhirnya, Leng Yunchen tidak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan sesuatu pada Jun Hang.     

"Aku tahu sebenarnya aku tidak berhak menanyakan ini, tapi aku masih ingin tahu. Kenapa kamu bilang kamu tidak ingin kembali, tapi masih memilih untuk campur tangan dalam urusan internal negara Jerman dan berurusan dengan urusan luar negeri? Pertukaran syarat apa yang kamu maksud? Minat apa yang kamu miliki?"     

Ini memang misteri besar.     

Dan begitu pertanyaan ini keluar, Jun Hang terdiam selama beberapa saat.      

Setelah cukup lama, akhirnya ia berkata perlahan, "Karena kakiku."     

Karena kakiku…