Halo Suamiku!

Kecanduan di Setiap Malam



Kecanduan di Setiap Malam

3Sepertinya tidak ada cara lain selain ikut dengan mereka.      

Setelah Rong Zhan meninggalkan markas, ia segera menelpon Cheng Donglin yang jauh di negara Cina untuk membantunya menangani urusan dalam negeri.     

"Halo, bos! Apa yang bisa saya bantu?"     

"Aku ingin pergi ke Australia. Siapkan vila dan mobil di sana sesegera mungkin dan kirim beberapa orang terlebih dulu."     

"Hah? Bos, apa Anda...?"     

"Kakak iparmu akan mengadakan konser dan aku akan membawa anak-anakku juga untuk menemaninya."     

Memang ada beberapa hal yang Rong Zhan tidak ingin orang lain ketahui.     

Begitu kata-kata Rong Zhan terlontar, Cheng Donglin tiba-tiba menyadari, "Oke, bos, jangan khawatir. Saya akan mengatur seluruh proses persiapannya."     

Setelah mengakhiri panggilan, Rong Zhan masih tidak beranjak. Sebagai gantinya, ia duduk dengan lesu di kursi kemudi untuk sementara waktu, meletakkan satu tangan di setir, lalu menggosokkan pelipisnya dengan tangan yang lain.     

Apa yang harus ia lakukan?      

Bisakah ia benar-benar terus menyembunyikannya?     

Karena hanya ia yang tahu betapa mengerikannya ketika kecanduan itu muncul. Untuk pertama kalinya, Rong Zhan menggertakkan gigi dengan kuat. Ketika keluar, sekujur tubuhnya gemetar dan berkeringat. Belum lagi gejala yang lain. Di saat ia menderita kesakitan itu, ia sangat takut jika ditemukan oleh Sang Xia.     

Rong Zhan tidak ingin Sang Xia tahu atau melihat.     

Bukan hanya karena ia terlihat mengerikan dan akan menakuti Sang Xia nantinya, tetapi juga karena ia takut jika tanpa sadar ia akan menyakiti Sang Xia.     

Jadi ia berencana untuk bertahan lagi sekuat yang ia bisa. Jika ia benar-benar menyakiti istrinya, ia pasti akan menyesalinya, karena ia sendiri tidak tahu hal kejam apa yang akan ia lakukan saat itu.     

Tapi..     

Bisakah ia benar-benar tidak ditemukan oleh Sang Xia?     

Akankah ia benar-benar tidak akan menyakiti Sang Xia?      

Setelah Rong Zhan masuk ke villa, Sang Xia sedang menjawab telepon dari seseorang. Setelahnya, ia tampak mengambil pena, lalu membuat tanda di kalender.     

Sementara itu, Rong Zhan yang menatap punggung Sang Xia tidak bisa menahan diri untuk tidak berjalan maju perlahan. Ia langsung memeluk pinggang ramping Sang Xia dari belakang, membenamkan kepalanya di rambut Sang Xia, dan mengendusnya dalam-dalam.     

Begitu mendapati Rong Zhan, pria jangkung yang tiba-tiba datang dari belakang, secara spontan Sang Xia juga memegang tangan Rong Zhan yang melingkar di pinggangnya. Tangan itu masih memegang telepon, berbalik sedikit, mencium wajahnya, dan kemudian melanjutkan menjawab telepon dengan tenang.     

Rong Zhan merasakan keintiman alaminya. Tentu saja, tidak perlu menyebutkan lagi bagaimana bunga-bunga merekah cerah di hatinya saat ini.     

"Oke, oke, mari kita buat kesepakatan. Aku akan pergi menemui kalian dan terbang ke Australia dalam dua hari ke depan."     

Setelah mengatakannya, Sang Xia mengakhiri panggilan itu.     

Dengan Sang Xia menyebutkan bahwa ia akan pergi ke Australia, itu juga bisa digunakan sebagai pengingat Rong Zhan.     

Namun tanpa diduga, Rong Zhan tidak menunjukkan kesedihan apapun setelah Sang Xia menutup telepon.     

Lalu, Sang Xia berbalik dan bersandar di meja, menghadapnya, dan setengah bercanda, "Kenapa, bagaimana perasaanmu jika aku pergi? Kamu tidak akan merindukanku sama sekali?"     

Sebenarnya Rong Zhan hanya ingin mengatakan bahwa ia juga akan pergi bersamanya, tetapi entah apa yang ia pikirkan, kemudian ia berbalik untuk berkata, "Merindukan hal semacam ini bukan hanya melalui ucapan, tetapi tercermin dalam tindakan. Aku akan membiarkanmu melihatnya malam ini. Entah apakah kamu bersedia menyerahkan diri atau tidak."     

Sementara ia berbicara, tangannya telah jatuh di pinggul Sang Xia dan meraihnya dengan keras.     

Dengan sedikit enggan, Sang Xia mendorongnya pergi dengan wajah memerah, "Inilah kehebatanmu."     

Saat ini, dengan Rong Zhan yang sama sekali tidak terlihat sedih atau apa pun, Sang Xia merasa lega, tetapi juga merasa diabaikan di saat yang bersamaan.     

Rong Zhan tidak merindukannya. Jadi tentu saja ia merasa diabaikan.     

Wanita memang makhluk yang merepotkan dan kontradiktif.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.