Halo Suamiku!

Empat Anggota Keluarga yang Manis (2) 



Empat Anggota Keluarga yang Manis (2) 

1Melihat pria yang dulunya gila, sombong, dan ganas di hadapan musuh, sementara sekarang telah menjadi ayah yang dibuntuti oleh dua bayi sekaligus, sungguh membuat siapa pun yang melihatnya ikut merasa bangga dan puas.      

Dan saat itu, Ye Zi hanya mengantar mereka sampai ke pintu tanpa ikut masuk ke dalam kamar inap.     

Karena sekarang adalah waktu bagi keluarga mereka untuk berkumpul. Setelah mengantar dua bayi menggemaskan itu, ia bergegas pergi untuk menyelesaikan tugasnya yang lain.     

Dan tentu saja, memberikan waktu kepada mereka untuk berbahagia bersama.      

Sementara itu di dalam, kedua bayi mungil digendongan Rong Zhan hanya memandangi Ibu mereka yang terbaring di ranjang rumah sakit. Tatapan keduanya kompak tertuju ke arah sana.     

Tentu mereka tidak tahu apa yang salah dengan ibu mereka hingga ibu mereka hanya bisa berbaring di tempat tidur. Hanya saja, mereka tahu ini bukanlah saat yang tepat untuk menangis saat melihat ibu mereka. Segera setelah Rong Zhan meletakkan keduanya di tempat tidur, dua bayi berusia tujuh bulan itu duduk di sebelah Sang Xia sembari memandang Rong Zhan. Tak pelak lagi, mata keduanya tampak sangat polos dan imut.     

Semakin Rong Zhan melihat mereka, semakin ia mencintai anak-anaknya.     

Lalu, keduanya sama-sama mulai merangkak ke atas tubuh Sang Xia.      

Sepertinya mereka mulai lapar dan menginginkan satu-satunya asupan makanan yang mereka miliki.      

Detik setelahnya, kedua bayi itu telah melengkungkan tubuh kecil mereka untuk minum susu. Harus diakui, pemandangan itu terlihat hangat dan membahagiakan. Dengan sigap, Rong Zhan segera membungkuk untuk membuka ikatan pakaian rumah sakit yang melekat di tubuh Sang Xia, lalu membantu melepaskan pakaian dalamnya, dan memposisikan kedua bayinya dengan beralaskan bantal. Mungkin sekarang bukan saat yang tepat bagi mereka untuk minum dari susu ibunya. Namun, Rong Zhan tidak bisa menolak mereka dalam keadaan seperti ini.     

Bahkan dalam sekali lihat, keduanya langsung meraup susu di hadapannya dengan tatapan lapar. Rong Zhan juga melepas topi kecil mereka, lalu menutupi tubuh Sang Xia dengan selimut. Tentu ia tidak akan pernah membiarkan tubuh istrinya terekspos terlalu banyak di tempat yang bukan milik mereka berdua.     

Tak hanya itu, sejujurnya Rong Zhan sangat suka memotret mereka dan merekam setiap bagian yang bermakna. Dan saat ini, ia segera mengeluarkan ponsel untuk merekam tingkah mereka. Seketika, tersungging sebuah senyum di bibir Rong Zhan yang begitu hangat. Bahkan cukup lama ia tidak dapat menghentikan senyumnya yang terus tertarik ke atas.     

Tak berselang lama, Sang Xia bangun dengan samar-samar. Kali ini, ia terbangun oleh sesuatu yang terasa aneh di dadanya. Isapan kedua bayi itu terlalu kuat dan menyisakan sedikit rasa sakit hingga membuat Sang Xia seketika tersadar.     

Begitu membuka mata, ia melihat dirinya sedang mengenakan pakaian rumah sakit yang longgar dan pakaian itu telah terbuka. Sementara itu di kedua sisinya, dua bayi mungil yang terlihat kelaparan itu sedang mengisap makanan di depannya dengan kuat.     

Melihat adegan ini, reaksi pertama Sang Xia hanyalah ketidakberdayaan. Lalu tanpa sadar ia berkata, "Rong Zhan, mengapa kamu membiarkan mereka makan lagi? Sangat sulit untuk meminta mereka berhenti… kamu bilang kamu..."     

Entah apa yang ia pikirkan, tiba-tiba saja Sang Xia menghentikan ucapannya.      

Kemudian, pandangannya perlahan-lahan naik ke atas.      

Hingga akhirnya, tatapan itu jatuh di wajah pria yang duduk di sebelahnya.     

Rambut Rong Zhan yang agak panjang tampaknya masih basah. Pakaiannya masih sama seperti sebelum ia pergi. Kerah kemeja hitamnya sedikit terbuka, memperlihatkan tulang selangkanya yang indah dan menawan. Wajahnya masih begitu indah sekaligus jahat. Sepertinya, ia baru saja mengalami beberapa lika-liku dan hambatan, yang membuat tubuhnya tampak diselimuti oleh suasana kemalasan yang tak terkatakan.     

Saat ini, bibirnya sedikit ditarik ke atas dan matanya menatap lurus ke arah Sang Xia. Tak bisa dipungkiri, matanya yang sipit dan panjang itu terlihat penuh dengan kasih sayang yang memabukkan di dalamnya.     

Sang Xia hanya menatapnya. Namun bulu mata itu tidak akan mampu untuk menyembunyikan apa yang ia rasakan. Dalam sekejap, matanya memerah dan bibirnya tampak bergerak, tetapi ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.     

Tanpa ragu, Rong Zhan memegang tangannya dengan lembut. Lalu, ia memberikan ciuman dari mata, hidung, hingga bibir Sang Xia dengan penuh kasih sayang.     

"Sayang, lihat, aku bilang aku akan kembali hidup-hidup."     

Suara Rong Zhan yang bergumam di telinga Sang Xia seperti angin yang berhembus lembut, begitu memesona dan menyihir, bahkan terdengar sangat provokatif.     

Seketika, hidung Sang Xia terasa semakin sakit dan matanya mulai mengabur. Pada saat vila meledak di depan matanya, Tuhan tahu betapa takutnya ia. Tapi untungnya, untungnya...     

Detik setelahnya, Sang Xia mengambil inisiatif untuk mengaitkan lengannya ke leher Rong Zhan dan mencetak sebuah ciuman di bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.