Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Mo Ketiga Dalam Bahaya



Mo Ketiga Dalam Bahaya

1Di suatu tempat di Samudra Bintang Kesembilan, Mo Ketiga sedang berlari mati-matian untuk menyelamatkan hidupnya. Di belakangnya, beberapa sotong sedang menyerangnya menggunakan tentakel mereka.     

Salah satu tentakel sotong itu mencoba menyelinap untuk menyerang Mo Ketiga dari samping. Ia berhasil mengelak, tetapi akhirnya ia ditangkap oleh salah satu tentakel tersebut.     

"Mari kita lihat bagaimana kau bisa lolos kali ini!" Sotong meraih Mo Ketiga, mengayun-ayunkannya di dalam air.     

"Lepaskan!" seru Mo Ketiga, lalu sebuah pedang panjang muncul, memotong tentakel yang membelitnya.     

Pedang panjang itu sangat tajam dan langsung memotong tentakel tersebut. Mo Ketiga menggerak-gerakkan tubuhnya saat ia melepaskan diri dari tentakel itu, lalu meraih pedang panjang tersebut.     

"Arghhh!" Sotong yang tentakelnya terputus mulai meronta-ronta di dalam air, tentakel lainnya melambai-lambai dengan liar. Bahkan menghantam beberapa sotong lainnya yang ada di dekatnya.     

Mo Ketiga terus berlari tanpa tujuan di sepanjang pantai. Peluangnya untuk bertahan hidup pasti lebih besar jika ia berhasil meninggalkan perairan. Ia terlalu mudah diserang jika ia berada di dalam air.     

"Hentikan perkelahian kalian. Cepat, kejar manusia itu, jangan biarkan dia keluar dari laut!" seru seekor sotong, membuat semua sotong yang lain berhenti berkelahi dan lanjut mengejar Mo Ketiga.     

Gerakan Mo Ketiga cukup lambat di dalam air, terlebih karena ia sedang terluka sekarang. Sotong-sotong itu langsung dapat menangkapnya.     

Mereka mengelilingi Mo Ketiga, lalu berkata, "Dasar bocah nakal, serahkan benda itu! Kami janji kami akan membunuhmu dengan cepat dan mudah!"     

"Karena benda itu sudah jatuh ke tanganku, bagaimana mungkin aku bisa menyerahkannya kepada kalian?" Mo Ketiga menghadap mereka dengan pedang di tangannya. "Kalian sudah kehilangan begitu banyak anggota, tetapi kalian tetap nekat mengejarku. Kalian semua memang cari mati!"     

Beberapa sotong benar-benar mundur ke belakang ketika mereka mengingat anggota klan mereka yang telah gugur. Ketika Mo Ketiga berhasil mencuri benda dari klan mereka, mereka bukan saja belum berhasil menangkap dan membunuhnya, ia bahkan justru membunuh beberapa ekor sotong dan berhasil melarikan diri hidup-hidup.     

Mo Ketiga bahkan sedang terluka parah saat itu.     

"Jangan takut padanya! Dia terluka parah dan bukan tandingan kita!" seru seekor sotong.     

"Kita harus segera membawanya kembali. Tempat ini tidak terlalu jauh dari Klan Air Lembayung dan Klan Naga Air. Akan panjang ceritanya kalau kita sampai bertemu mereka." Sotong lain mengingatkan mereka.     

"Mm, jika kita bekerja bersama, kita tidak akan mungkin gagal!"     

"Benar! Dia sudah terpojok. Ayo kita serang bersama!"     

Mo Ketiga melihat bahwa sotong-sotong itu tidak takut mendengar ancamannya. Ia melepaskan sebuah gelombang untuk menghempas mereka mundur lalu berlari ke pantai. Namun, ia langsung mencium bau busuk ketika baru berjalan beberapa meter.     

Bau itu luar biasa busuk sampai-sampai Mo Ketiga nyaris pingsan, ia juga kehilangan kekuatannya dan semakin lemah. Gerakannya langsung melamban beberapa kali lipat ketika beberapa sotong kembali mengepungnya. Dengan tentakel yang saling bertautan, mereka membentuk jaring yang tak bisa ditembus dan mengepungnya di tengah. Kemudian, mereka meludahkan semacam gelembung udara besar, memasukkannya ke dalam gelembung tersebut.     

Saat Mo Ketiga masuk ke dalam gelembung itu, gelombang bau busuk menyerangnya sekali lagi. Itu bahkan lebih busuk daripada yang sebelumnya, dan ia nyaris memuntahkan seluruh isi perutnya.     

Mo Ketiga menahan napas lalu menggunakan seluruh kekuatannya untuk menyerang gelembung tersebut. Namun, tidak peduli seberapa kuat ia menyerangnya, gelembung itu hanya berubah bentuk, tetapi tidak bisa meletus.     

Sotong-sotong tersebut saling melilitkan tentakel mereka dan mengepung Mo Ketiga, tertawa dengan angkuh.     

"Memangnya kenapa kalau kau telah membunuh banyak anggota klan kami? Bukankah akhirnya kami tetap berhasil menangkapmu? Hahaha, ayo pergi! Ke balai penyiksaan!"     

"Karena kau menolak untuk menyerahkan benda itu, kami tidak punya pilihan selain membawamu kembali untuk menyiksamu perlahan-lahan. Siapa yang peduli seberapa kuat kau dahulu? Begitu kita sampai di klan kami, tunggu saja sampai kau dipotong kecil-kecil. Hahaha!"     

Mo Ketiga merasa seolah-olah akan pingsan karena menghirup bau busuk di sekelilingnya. Udara di situ juga beracun, karena ia merasa pikirannya menjadi semakin kacau.     

"Su -"     

Sebuah panah es tiba-tiba dilepaskan dan memecahkan gelembung besar tersebut. Gelembung yang tadi sungguh tak dapat dihancurkan oleh Mo Ketiga, telah dihancurkan oleh panah es itu.     

Sotong-sotong tersebut tercengang ketika mereka melihat panah es yang mengambang di air.     

"Itu panah es milik Pangeran Muda Klan Air Lembayung!"     

"Hahaha, ternyata kalian tidak sebodoh itu. Kalian bisa mengenali siapa pemilik panah tersebut." Wu La Xiu berenang mendekat, sambil memegang busur di tangan. Pada busur itu, ia menyiapkan tiga panah es. Ketika ia melepaskannya, tiga panah es tersebut langsung menyerang sotong-sotong.     

"Pfft -"     

Tiga sotong yang kena tembak meludahkan seteguk darah segar, lalu tergeletak tak berdaya di tanah.     

"Pangeran, kenapa kau melakukan ini?" Seekor sotong melotot ke Wu La Xiu ketika ia melihat anggota klannya yang mati.     

"Aku yang seharusnya menanyakan hal itu kepadamu. Daerah ini bukan daerah kalian, klan sotong." Wu La Xiu lagi-lagi menyiapkan panahnya di busur.     

"Namun, daerah ini juga bukan wilayah Klan Air Lembayung. Kami datang ke sini untuk menangkap seseorang, bukankah jangkauanmu terlalu luas?"     

"Benarkah?" Wu La Xiu mengarahkan panahnya ke sotong yang baru saja berbicara. "Daerah ini berada di perbatasan Klan Air Lembayung, dan dari dahulu selalu begitu. Akhir-akhir ini kami memang tidak menjaganya, tetapi kalian sudah berani melupakan fakta tersebut. Apakah kalian sungguh berpikir bahwa daerah ini milik orang lain?"     

Ketika Wu La Xiu selesai berbicara, ia melepaskan panahnya dan sotong-sotong itu langsung bergegas menghindari. Namun, panah es itu seolah-olah memiliki mata dan ketika sotong tersebut berusaha menghindar, panah itu menghantam tepat di jantungnya.     

Sotong-sotong yang lain jadi luar biasa ketakutan. Pangeran Muda Klan Air Lembayung ternyata sangat kuat!     

"Pangeran, kami salah. Kami akan meninggalkan tempat ini sekarang juga dan tidak akan pernah masuk ke sini lagi."     

Wu La Xiu menurunkan busurnya dan klan sotong itu diam-diam mengembuskan napas lega, mengira bahwa Wu La Xiu berencana untuk membiarkan mereka pergi.     

"Terima kasih, Pangeran, atas pengampunanmu. Kami akan pergi sekarang." Sotong itu memegang Mo Ketiga. Sotong itu bahkan belum sempat bergerak, tetapi sebuah cambuk air sudah melilitnya. Dengan sedikit tekanan, sotong itu pun hancur.     

Cambuk air itu melepaskan sotong tersebut, lalu melilit Mo Ketiga dengan lembut, mengangkatnya dari tempat sotong itu dan menempatkannya di belakang Wu La Xiu dan yang lainnya.     

Sotong-sotong tersebut perlahan memutar kepala mereka untuk melihat Wu La Er yang memegang Mo Ketiga di satu tangan dan cambuk air di tangan lainnya. Di sebelahnya berdiri Shui Qing Man.     

"Bukankah kau sudah setuju untuk membiarkan kami pergi? Kenapa kau justru melakukan ini sekarang?"     

"Kapan aku bilang bahwa aku akan membiarkan kalian pergi?" Wu La Xiu menatap sotong-sotong itu dengan dingin. "Karena kalian telah berani-beraninya masuk ke wilayah kami, maka sekalian saja kalian tinggal di sini!"     

Wu La Xiu dan Wu La Er bertindak bersama-sama dan seluruh pasukan sotong pun terbunuh begitu saja.     

Mo Ketiga masih pusing bahkan setelah ia meninggalkan gelembung. Namun, meskipun ia tidak mengenali Klan Air Lembayung, ia tahu bahwa mereka datang untuk menyelamatkannya. Terutama ketika Wu La Er mengangkatnya dengan lembut ke tempat ia berada, ia bahkan menjadi lebih yakin dengan niat mereka.     

Namun, kenapa? Ia belum pernah berinteraksi dengan Klan Air Lembayung sebelumnya. Mengapa mereka mau membantunya?     

Ketika sotong-sotong itu telah sepenuhnya dimusnahkan, Wu La Xiu dan Wu La Er bekerja bersama untuk membuang mayat-mayat sotong tersebut.     

"Ibu, semua mayat mereka sudah kami singkirkan!" Wu La Xiu berseri-seri saat ia berlari kembali.     

Tadi Mo Ketiga mendengar saat sotong-sotong itu menyebut Wu La Xiu sebagai seorang pangeran, dan sekarang, perempuan itu ternyata adalah ibu mereka, sang ratu. Ia menduga bahwa mereka adalah klan kerajaan yang memerintah klan sotong tadi. Ia mencoba berpikir lebih dalam, tetapi Shui Qing Man menyapanya. Ia bersiap untuk mengucapkan terima kasih, tetapi ia mendengar Wu La Xiu bertanya, "Kau pasti Mo Ketiga, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.