Menuju Pintu Masuk Kota Hantu
Menuju Pintu Masuk Kota Hantu
Si pembantu kecil menatap Di Wu, lalu berkata, "Kalian harus bergantung padanya untuk memimpin sisa perjalanan kita."
"Aku?" Di Wu menunjuk dirinya sendiri dengan bingung, lalu berkata, "Aku tidak tahu Kota Hantu ada di mana!"
Kening mereka semua pun berkerut. Jadi, artinya tidak ada seorang pun yang tahu di mana Kota Hantu berada?
Selama ini mereka mengira si pembantu kecil tahu di mana letak Kota Hantu, sementara si pembantu kecil mengira Di Wu-lah yang tahu. Pada akhirnya, ternyata tidak ada satu pun dari mereka yang tahu.
"Tidak satu pun dari kalian yang tahu di mana Kota Hantu berada?" tanya Sima You Yue.
"Guru bilang kalau dia tahu," kata si pembantu kecil.
"Aku belum pernah pergi ke sana, aku hanya pernah dengar tentang kota itu sebelumnya," kata Di Wu dengan tak berdaya.
"Gurumu tahu bagaimana cara ke sana. Apa dia tidak bilang di mana tepatnya kota itu?"
Si pembantu kecil menggeleng. Yin Lin benar-benar tidak memberitahunya.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Semua orang bertukar pandang. Tidak ada yang tahu apa yang harus mereka lakukan.
"Pembantu Kecil, apa gurumu bilang kenapa Di Wu tahu jalannya?" tanya Sima You Yue.
"Dia hanya bilang kalau Di Wu tahu jalannya. Dia tidak bilang apa alasannya," jawab si pembantu kecil.
"Bukankah Di Wu pernah dengar tentang Kota Hantu? Mungkin yang pernah kau dengar itu benar," kata Wu Lingyu.
"Coba kuingat-ingat," kata Di Wu. "Sudah lama sekali aku mendengar tentang Kota Hantu."
"Aku pernah mendengar sebuah pepatah: Di mana matahari terbenam di perbukitan barat, di situ manusia dan hantu terhubung. Mungkinkah Kota Hantu ada hubungannya dengan pepatah itu?" tanya Sima Xiu Qi.
"Perbukitan barat? Iya! Rumor tentang Kota Hantu memang menyinggung tentang perbukitan barat!" teriak Di Wu.
"Perbukitan barat yang dimaksud dalam pepatah itu adalah perbukitan barat dunia manusia, jadi seharusnya itu tidak ada hubungannya dengan Alam Hantu, kan?"
"Tidak, ada sebuah gunung yang dikenal sebagai perbukitan barat di Alam Hantu," jawab Di Wu dengan yakin.
"Namun, tidak ada gunung yang bernama perbukitan barat di sini," kata Sima Liu Yun. "Kami sudah mencari di daerah ini sebelumnya. Kami mencarinya ke mana-mana, tetapi tidak menemukan apa-apa. Pada saat itu, sepengetahuan kami tidak ada tempat yang bernama perbukitan barat."
"Terlepas ada atau tidak, kita tinggal mencari seekor Binatang Roh untuk menanyakannya." Begitu Sima Xiu Qi selesai berbicara, ia dengan kuat menarik napas dalam-dalam. Seekor Binatang Roh yang bersembunyi di dalam rawa pun tertarik ke daratan.
"Ampun! Ampun!" teriak seekor ikan lumpur yang kecil dengan keras sambil menggeliat di udara.
"Jangan teriak, kami tidak akan membunuhmu!" kata Sima Xiu Qi. "Aku mau bertanya padamu, apakah ada tempat yang bernama perbukitan barat di Rawa Kehancuran Selatan?"
Mendengar kalau rombongan Sima Xiu Qi tidak akan membunuhnya, si ikan lumpur kecil langsung berubah tenang. Mendengar apa yang ditanyakan Sima Xiu Qi, ia berpikir sejenak, lalu menjawab, "Tidak. Tidak ada tempat yang bernama perbukitan barat di Rawa Kehancuran Selatan."
"Benarkah?"
"Tidak ada!" jawab si ikan lumpur kecil dengan percaya diri.
"Bagaimana kalau di daerah sekitar Rawa Kehancuran Selatan? Apakah ada?"
"Semua Binatang Roh di sini sering sekali berjalan berkeliling. Kalau ada, kami pasti tahu. Tidak ada tempat yang bernama perbukitan barat," jawab si ikan lumpur kecil.
Melihat kalau si ikan lumpur kecil kelihatannya tidak berbohong, Sima Xiu Qi pun membiarkannya pergi. Ia menangkap Binatang Roh lainnya dan menanyakan pertanyaan yang sama, tetapi hasilnya sama saja.
"Sepertinya perbukitan barat itu benar-benar tidak ada," kata Di Wu.
Sima You Yue memandang pegunungan di kejauhan dan kebetulan saat itu matahari sedang terbenam. Matahari terbenam tepat di tengah-tengah dua bukit dan perlahan tenggelam.
"Matahari terbenam di atas perbukitan barat … mungkinkah perbukitan barat itu bukan nama gunung, tetapi mengacu pada gunung yang berada di arah barat?"
"Gunung di arah barat?" Mengikuti pandangan Sima You Yue, Huang Ying Ying juga bisa melihat matahari yang sedang terbenam di sebelah barat.
"Ini terlalu tidak mungkin, kan?" tanya Sima Liu Feng. "Kita sekarang berdiri di sisi barat gunung, tetapi bagaimana kalau kita tidak berdiri tepat di sini? Kalau kita berdiri di sebelah barat gunung itu, gunung itu jadi akan berada di sebelah timur kita."
Kedengarannya masuk akal.
Namun, Sima You Yue tidak setuju. Semakin ia memandangi pegunungan tersebut, semakin ia merasa kalau gunung tersebutlah yang dimaksud.
"Namun, kita tidak punya ide lain, jadi kita coba saja sekalian," saran Wu Lingyu.
"Ya, benar."
"Jangan pergi ke sana!" Si ikan lumpur kecil tiba-tiba menjulurkan kepalanya, lalu berkata, "Tempat itu sangat mencurigakan. Binatang Roh selalu menghilang di sana. Itu sangat berbahaya."
"Ha?"
Kata-kata si ikan lumpur kecil langsung menarik perhatian mereka semua.
"Namun, tampaknya tidak ada yang istimewa di pegunungan itu? Kenapa berbahaya?"
"Aku tahu. Bagaimanapun, setiap hari pada jam-jam ini, tempat itu menjadi semakin berbahaya. Itulah kenapa kami tidak mendekati daerah itu pada jam-jam ini," kata si ikan lumpur kecil.
"Apakah tempat itu sama berbahayanya di jam lain?"
"Tidak. Biasanya dua jam sebelum dan sesudah matahari terbenam daerah itu jadi sangat menakutkan. Semua Binatang Roh yang pergi ke sana pasti menghilang," jawab si ikan lumpur kecil.
"Kami mengerti. Terima kasih, Ikan Lumpur Kecil. Ini hadiah terima kasih kami untukmu." Sima You Yue mengeluarkan sebuah pil dan melemparkannya kepada si ikan lumpur kecil.
Si ikan lumpur kecil tidak tahu itu pil apa, tetapi aromanya enak, jadi pasti kualitasnya bagus. Oleh karena itu, ia menangkap pil tersebut dan berenang ke bawah rawa lagi.
"Berdasarkan jawaban ikan lumpur kecil, itulah tempat yang kita cari," kata Sima Liu Yun. "Aku benar-benar tidak menyangka kalau tempat di mana manusia dan hantu bersinggungan terletak di tempat yang tidak mencolok macam itu."
"Ayo kita pergi ke sana."
Mereka pun terbang menuju ke pegunungan tersebut. Siapa sangka, meski terlihat sangat dekat, ternyata pegunungan itu sangat jauh. Pada saat mereka sampai di tempat tersebut, matahari sudah terbenam melewati gunung.
Mereka tidak punya pilihan selain menunggu sampai esok hari.
Hari itu, mereka sekalian mengelilingi gunung tersebut. Mereka memang tidak melihat seekor pun Binatang Roh. Tempat itu benar-benar aneh.
Keesokan harinya, saat matahari akan terbenam, mereka meninggalkan pegunungan. Mereka pergi menuju ke tengah-tengah kedua gunung dengan perlahan. Saat mereka hendak melintasi ruang di antara dua gunung, pemandangan di depan mata mereka berubah seketika.
Yang sebelumnya merupakan rawa berubah menjadi tanah yang kehitam-hitaman. Tidak ada matahari yang terbenam maupun tumbuhan yang berwarna hijau.
Mereka melihat ke belakang. Meskipun mereka masih bisa melihat dua gunung yang sebelumnya, rasanya seperti berada di ruang yang berbeda.
"Apakah kita sudah masuk?"
"Seharusnya sudah."
"Tempat ini mendung sekali. Di mana Kota Hantu itu?"
"Aku tahu kalau ini!" jawab Di Wu.
"Bukannya tadi kau bilang kau tidak tahu?"
"Yang aku tidak tahu adalah bagaimana cara sampai ke sini dari dunia manusia. Karena sekarang kita sudah di sini, aku tahu jalannya," jelas Di Wu.
"Jadi, kita pergi ke mana?"
"Dikatakan bahwa dari titik di mana dunia manusia dan Alam Hantu bersinggungan, tidak peduli ke arah mana kita berjalan, berjalanlah lurus ke satu arah dan kita akan sampai di Kota Hantu," jawab Di Wu. "Arah yang kita tuju adalah Kota Hantu, tetapi arah keluar dari Kota Hantu akan membawa kita ke dunia yang berbeda."
"Misterius sekali?" Itu kali pertama Sima You Yue mendengar penjelasan tersebut. Ia merasa hal itu agak tidak bisa dibayangkan.
Ia melihat ke sekelilingnya dan memang hanya ada satu arah yang tampak. Agak aneh.
Namun, bagi sebuah tempat istimewa macam itu, keanehan tersebut bukan hal yang sulit untuk diterima.
"Jadi, maksudmu ke mana pun kita pergi, kita akan menuju ke Kota Hantu? Kalau begitu, apa gunanya kau bilang kau tahu jalannya?" Sima Liu Feng memutar matanya.
"Ini kan tetap dianggap sebagai tahu jalan juga!" balas Di Wu. Tanpanya, mereka pasti tidak akan tahu tentang hal tersebut.
"Kalau begitu, ayo kita pilih salah satu arah dan berjalan ke sana." Sima You Yue menggigit bibirnya. Apakah dahulu ayahnya juga mengalami hal yang sama seperti mereka sekarang?