Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Tertangkap, Nyaris Dirusak



Tertangkap, Nyaris Dirusak

3Di sebuah gua, Sima You Yue sedang berbaring di atas tumpukan jerami ketika seorang gadis muda yang kecil masuk dari luar. Ia membentak orang-orang yang ada di dalam, "Kenapa kalian membawa perempuan yang selemah ini? Jangan bilang kalau kita masih harus melatihnya?"     

"Memangnya kau tahu apa?!" Seorang lelaki bermata biru menatap gadis tersebut dengan tajam. "Area di depan sangat berbahaya, memangnya kau berani berjalan di depan memimpin tim?"     

"Aku tidak mau pergi!" jawab gadis itu. "Bahaya sekali di sana, aku pasti akan dibelah dua kalau tidak hati-hati. Sudah begitu kau masih menyuruhku pergi pula!"     

"Karena kau tidak mau pergi, aku kan sudah menemukan seseorang untuk pergi, jadi kenapa kau masih terus-terusan mengomel?" tanya lelaki tersebut.     

Si gadis kecil tidak bisa membantah perkataan si lelaki bermata biru, ia berkata, "Baiklah, kalau begitu kita terima orang ini untuk sementara. Namun, kekuatannya rendah sekali. Dia tersapu aliran ruang, tetapi tidak meninggal. Dia benar-benar beruntung!"     

"Iya, memang," timpal seorang tetua berambut putih.     

"Namun, perempuan ini cantik sekali, aku tidak senang melihatnya, bagaimana?"     

"Kalau kau mau melukainya, silakan, kau ahlinya, kan?" Si lelaki bermata biru terdengar tenang, seolah ia tidak peduli dengan nyawa orang lain.     

Atau itu artinya si gadis kecil sudah biasa melakukan hal-hal semacam itu.     

"Kita harus membiarkan orang ini tetap hidup untuk maju ke depan dan mencari jalan, jangan bunuh dia," kata seorang tetua.     

"Tidak masalah." Si gadis kecil berjalan mendekati Sima You Yue sambil tersenyum. Ia berjongkok, mengeluarkan sebuah belati dari sarungnya, mengayunkannya ke wajah Sima You Yue, lalu berkata, "Ck ck ck, sungguh perempuan yang cantik, sayang sekali kalau dia cacat."     

"Kalau begitu, lepaskan dia," kata si lelaki bermata biru.     

"Hehehe …." Si gadis kecil tertawa, lalu berkata, "Bagaimana mungkin aku bisa melepaskannya? Semakin cantik, semakin aku ingin merusaknya. Semakin jelek, semakin aku senang. Aku benar-benar harus memikirkan ini dengan matang, perempuan secantik ini, bagaimana sebaiknya aku merusaknya dengan indah."     

Si lelaki bermata biru melirik si gadis kecil, lalu berkata, "Setelah bertahun-tahun berlalu, kau tetap saja aneh."     

"Hehehe. Terima kasih, kuanggap itu sebagai pujian. Aku suka pujian semacam itu." Si gadis kecil terkikik, menjauhkan belatinya dari wajah Sima You Yue. "Kulitnya mulus sekali. Kalau aku menggambar kura-kura di sisi kiri wajahnya, lalu menggunakan obat korosif di sisi kanan wajahnya, bagaimana?"     

Si gadis kecil menoleh, menatap si tetua.     

"Jangan tanya aku, lagi pula kau tidak akan mendengarkanku. Kau selalu melakukan yang sebaliknya dari apa yang kukatakan," jawab si tetua.     

"Kalau begitu, katakan saja kebalikan dari apa yang mau kau katakan," kata si gadis kecil. "Kita tidak usah memusingkan soal obat korosifnya dahulu, biarkan aku menggambar kura-kura di sisi yang ini dahulu. Keterampilan seniku sudah meningkat selama beberapa tahun ini! Wajahnya kecil sekali, kalau begini aku harus menggambar ratusan guratan untuk menyelesaikan gambar kura-kuranya."     

"Kuperhatikan kau tidak bertambah kuat selama beberapa tahun ini. Apakah kau menghabiskan terlalu banyak waktumu untuk mempelajari hal ini?!" tanya si tetua.     

"Betul sekali." Si gadis kecil mengangguk. "Menghancurkan wajah gadis-gadis yang lebih cantik dariku adalah kegembiraan terbesar dalam hidupku."     

"…."     

"Itu memang kegemaranmu sejak dahulu, kau tidak perlu menjelaskannya kepada kami," kata si tetua.     

"Kau sangat mengenalku." Bibir si gadis kecil melengkung membentuk senyuman jahat. Ia mengeluarkan belatinya, lalu menekan gagangnya. Belati tersebut terbagi menjadi banyak bilah kecil di tengah, bilah-bilah itu sangat tipis sampai nyaris transparan. "Aku mulai sebentar lagi."     

Terdengar kegembiraan dalam suara si gadis kecil, seperti biasa kalau ia hendak memulai 'ritual'nya.     

Belatinya berhenti tepat saat nyaris menyentuh kulit Sima You Yue, si gadis kecil ragu-ragu dan bertanya pada dua orang di belakangnya, "Apakah sebaiknya aku menunggu sampai dia bangun baru melakukannya? Perasaan nyaman dan gembiraku akan meledak saat melihatnya memberontak dengan mata ketakutan."     

"Kita tidak punya banyak waktu untuk menunggmu," jawab si tetua. "Kita harus mempercepat perjalanan kita ketika dia sudah bangun, kau atur saja sendiri bagaimana baiknya."     

"Kalau begitu, aku harus mulai sekarang," kata si gadis kecil. "Mungkin dia akan bangun setelah aku mulai. Saat dia mulai sadar, raut wajahnya akan berubah dari linglung menjadi takut, perasaan itu saja sudah lumayan."     

"…."     

"Terserahmu."     

Apa pun tidak masalah asal si gadis kecil tidak merusak rencana si lelaki bermata biru.     

"Kalau begitu, aku mulai sekarang!"     

Belatinya perlahan mendekati wajah Sima You Yue, seolah-olah sedang menjalankan sebuah misi suci.     

Ketika belati tersebut semakin dekat ke wajah Sima You Yue, tepat ketika nyaris menyentuh kulitnya, tiba-tiba sebuah nyala api melompat keluar, seketika langsung menghanguskan belati itu sampai jadi abu.     

"Aaah!"     

Jeritan si gadis kecil mengejutkan si lelaki bermata biru dan si tetua yang sedang memejamkan mata. Saat mereka menoleh, mereka melihat si gadis kecil telah diselimuti api, dan berubah menjadi abu tepat di depan mata mereka bahkan sebelum mereka bisa melakukan sesuatu.     

"Api itu!"     

Si lelaki bermata biru dan si tetua bangkit berdiri dengan cepat dan menggunakan energi roh untuk melindungi diri mereka sendiri, kalau-kalau api tersebut tiba-tiba gantian menyerang mereka.     

Padahal si gadis kecil sudah setengah jalan menuju peringkat Paragon. Sebenarnya nyala api macam apa itu? Ia bisa langsung terbunuh dengan begitu mudah!     

"Hal yang paling kusayangi sepanjang hidupku adalah tubuh yang diberikan oleh orang tuaku dan hal yang paling kubenci adalah seseorang yang mencoba merusak diriku," gumam Sima You Yue. "Tak kusangka aku akan melihat hal yang paling kubenci ketika aku baru bangun, itu membuatku tidak nyaman."     

Ia bangkit duduk, meregangkan bahunya, dan memelintir lehernya. Ia tidak tampak takut mengingat wajahnya barusan nyaris dirusak.     

Tentu saja, si gadis kecil sudah dibakar sampai jadi abu olehnya, apa yang perlu ia takutkan?     

"Kau sudah bangun dari tadi!" kata si lelaki bermata biru itu sambil menatapnya.     

"Aku baru terbangun sebentar, kukira kalian mungkin akan membocorkan beberapa informasi berguna, tetapi ternyata kalian tidak mengatakan apa pun selain gadis gila ini yang suka merusak wajah orang!" kata Sima You Yue.     

"Kau sudah bangun dari tadi, bagaimana mungkin kami bisa tidak menyadarinya!" Si tetua tercengang.     

"Sederhana saja! Kekuatan mentalku lebih baik daripada kau." Sima You Yue mempertahankan nyala apinya, yang berubah wujud menjadi Burung Kecil dan mendarat di telapak tangannya. "Terima kasih, Burung Kecil."     

Tadi Burung Kecil keluar sendiri atas inisiatifnya untuk membakar si gadis kecil sampai tewas. Ia bergerak lebih cepat daripada pemikiran Sima You Yue.     

Si lelaki bermata biru dan si tetua terperanjat melihat pancaran nyala api kecil Sima You Yue dan berkata, "Nyala api yang sangat kuat!"     

"Baiklah, ayo masuk lagi," kata Sima You Yue.     

Si gadis kecil tadi dengan mudah bisa terbakar sampai tewas karena ia tidak siap menghadapi Burung Kecil, ia tidak sempat membuat pertahanan apa pun. Meskipun ia kuat, tubuhnya yang tidak dilindungi oleh pertahanan apa pun hanya sedikit lebih kuat daripada kebanyakan orang.     

Sima You Yue menyimpan nyala apinya, lalu menatap si lelaki bermata biru dan si tetua, memikirkan apa yang baru saja mereka katakan, lalu bertanya, "Tujuh Kecil, Flowey, Mimpi Kecil, apakah ada yang meminta kalian keluar ke sini, atau apakah kalian sendiri yang sama-sama mau keluar?"     

Tiga gadis tersebut keluar dari sisi Sima You Yue. Mereka menatap si lelaki bermata biru dan si tetua, lalu Tujuh Kecil menjawab, "Kalau bicara soal duel, tentu saja aku yang seharusnya turun tangan."     

"Tujuh Kecil, kau tahu bagaimana caranya berhitung tidak? Mereka ada dua orang, satu lawan dua bukan duel namanya," kata Mimpi Kecil.     

"Sama saja." Tujuh Kecil merasa tidak ada bedanya melawan satu ataupun dua orang tersebut.     

"…."     

Sima You Yue mengeluh dalam hati. Tujuh Kecil punya cara pandang yang berbeda mengenai lawan yang kuat. Ia sendiri menganggap seorang lawan bagaikan seratus orang lawan yang kuat. Namun, bagi Tujuh Kecil, ia menganggap dua orang lawan bagaikan seorang lawan saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.