Air yang Paling Murni
Air yang Paling Murni
"Mungkinkah aku lagi-lagi sedang melihat peristiwa dari pertempuran besar di masa lalu?"
Ia melihat semua yang terjadi di sekitarnya. Meskipun itu pertempuran yang sengit, ia tidak bisa merasakan adanya energi roh sedikit pun.
"Dengan tidak adanya gelombang energi roh, pertempuran ini kelihatannya memang palsu. Masa aku baru sadar sekarang?" Ia tertawa, mencela dirinya sendiri.
Akhirnya ia mengerti semua yang terjadi dengan jelas. Pemandangan yang ia lihat sebelumnya berubah dengan sangat cepat, tidak memberinya kesempatan untuk bereaksi. Ia secara tidak sadar menggunakan energi rohnya untuk menangkisnya.
"Bagaimana aku jadi bisa melihat ini?" Ia agak bingung.
"Guk guk guk - "
Hitam Kecil menggigit ujung roknya untuk mengingatkannya akan keberadaannya.
Ia berjongkok dan mengelus-elus kepala Hitam Kecil, lalu bertanya, "Apakah kau yang membuatku melihat ini semua?"
"Guk guk guk - "
Hitam Kecil menggonggong beberapa kali dan mengangguk.
Meskipun Hitam Kecil tidak punya energi roh, ia tetap bisa melakukan hal semacam itu.
"Kalau begitu, kenapa kau membawaku ke sini?"
"Guk guk guk -"
Hitam Kecil menggonggong beberapa kali. Sayang sekali ia tidak memahami maksudnya.
"Kau sudah disegel, niatmu tidak akan bisa terwujud." Ia mengangkat Hitam Kecil, merasa agak iba.
"Kau mau memperlihatkan sesuatu padaku?" tanya Sima You Yue.
"Guk guk guk - "
Hitam Kecil mengangguk.
Namun, apa yang ingin Hitam Kecil tunjukkan padanya?
Ia melihat sekelilingnya. Pemandangan saling bunuh terjadi di mana-mana. Ia tidak tahu apa yang ingin Hitam Kecil perlihatkan padanya.
"Guk guk guk -"
Hitam Kecil melompat keluar dari pelukannya dan berlari di depannya, lalu berhenti di depan sebuah gunung.
Hitam Kecil berbalik untuk melihatnya, mengisyaratkan padanya untuk pergi menyusulnya.
Ia berjalan mendekat dan melihat sekelompok orang sedang bertarung melawan sekelompok anggota Klan Iblis.
Seorang lelaki datang ke samping seorang perempuan, menolong si perempuan untuk bertahan dari serentetan serangan.
"Lukamu belum sembuh, kenapa kau lari ke sini?!" teriak si perempuan pada si lelaki.
"Walaupun belum sembuh, aku tidak bisa tidak memedulikanmu," jawab si lelaki. "Tenang saja, aku tidak akan mati."
"Biasanya kau tidak peduli padaku, jadi kenapa sekarang kau berpura-pura baik padaku?" teriak si perempuan pada si lelaki.
Si lelaki mengabaikan pertanyaan si perempuan dan terus melindungi si perempuan dari belakang, melawan musuh-musuh mereka.
"Kembalilah! Aku tidak mau kau mengikutiku!" teriak si perempuan.
"Kalau kau masih punya energi untuk bicara, sebaiknya kau hadapi saja musuh-musuhmu dengan baik," kata si lelaki dengan dingin.
Si perempuan menatap punggung si lelaki dan air matanya mengalir tanpa henti.
"Kenapa …." Si perempuan menggeleng, lalu berkata sambil berusaha menahan air matanya, "Kenapa kau harus melakukan ini …."
Seseorang mendekati si perempuan. Kemudian, sebelum si perempuan menyadarinya, si lelaki berbalik dan kebetulan melihat peristiwa yang berbahaya tersebut. Si lelaki buru-buru kembali untuk menarik si perempuan ke samping.
"Jangan melamun!" teriak si lelaki pada si perempuan.
"Kalau begitu, beri tahu aku, untuk apa kau datang ke sini? Aku sudah terbiasa sendirian. Aku tidak butuh kau lari ke sini untuk menemaniku!"
Si lelaki menatap si perempuan dan tetap diam untuk waktu yang lama, lalu menjawab, "Kalau kau bersikeras aku menjawabnya, baiklah. Akan kuberi tahu kau. Aku menyukaimu. Tidak peduli kita hidup atau mati, aku harus selalu bersamamu."
"Kalau begitu, kenapa kau selalu bersikap dingin padaku sebelumnya?"
"Aku tidak bersikap dingin. Aku cuma tidak pernah merasa aku layak berdiri di sisimu. Kau sangat luar biasa, jadi kau pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik."
Sima You Yue cemberut. Bukankah si lelaki hanya mengkritik dirinya sendiri? Kenapa si lelaki mengucapkannya dengan begitu baik?
Namun, si perempuan tersentuh dan air matanya menetes. Sudut mulutnya terangkat membentuk seringai. Penampilannya yang menawan tersebut bagaikan sebuah suar cahaya.
"Ayo, kita akan membunuh musuh kita bersama. Kita tidak bisa melarikan diri hari ini, jadi ayo kita bunuh mereka satu per satu."
"Baiklah! Entah kita hidup atau mati, kita akan tetap bersama!"
Tangan si perempuan dan si lelaki saling menggenggam erat, seolah-olah apa pun yang terjadi tidak akan bisa memisahkan mereka.
Sima You Yue menyaksikan si perempuan dan si lelaki membunuh musuh mereka bersama-sama. Ia menyaksikan mereka terluka saat melindungi satu sama lain dan saat mereka perlahan-lahan kehabisan tenaga dan dibunuh bersamaan oleh pihak musuh.
Meskipun ia tidak berani memuji fakta bahwa si perempuan dan si lelaki baru mengungkapkan perasaan mereka di saat-saat terakhir, ia tidak tahu apa yang terjadi pada mereka sebelumnya. Itulah alasan kenapa ia tidak mau berkomentar atas pilihan akhir mereka.
Di tengah-tengah pertempuran semacam itu, ada banyak peristiwa serupa. Namun, sangat sedikit orang yang bisa mempertahankannya sampai di titik akhir.
Ia menyaksikan saat si perempuan dan si lelaki bertarung bersama. Tatapan tegas dan penuh cinta di mata mereka membuatnya sedikit terharu.
Sayang sekali tidak ada kemenangan yang bisa diraih dalam pertempuran itu pada akhirnya.
"Wuuush -"
Sebuah tombak melesat entah dari mana. Si perempuan dan si lelaki saling melindungi satu sama lain, sehingga tombak tersebut menembus tubuh mereka berdua.
Si perempuan mengangkat tangannya dan meletakkannya di pipi si lelaki, ia tersenyum ringan dan membuka mulutnya seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun, akhirnya tangannya jatuh.
Di sudut mata si perempuan, tetesan air mata pun perlahan-lahan jatuh.
Si lelaki juga sepertinya sudah kehabisan napas. Namun, melihat sikap si perempuan, air matanya terus mengalir.
Satu tombak, dua tubuh. Selamanya beku di lokasi medan perang tersebut.
Ia seolah-olah melihat tetesan air mata nya terbang ke langit dan mendarat di tangannya.
"Bum!"
Semburan energi roh meledakkan seluruh area. Peristiwa di sekelilingnya menghilang bersama ledakan itu.
Setetes air mata mengalir di sisi pipinya dan mendarat di Batu Roh di tangannya.
Ia agak terkejut. Kenapa ia menangis?
Apakah ia tergerak oleh perasaan hidup dan mati bersama, itu?
Mungkin, mungkin juga tidak. Ia sendiri juga tidak tahu pasti apa alasannya.
"Apakah ini air mata dari masa lalu?"
Ia memperhatikan Batu Roh tersebut. Cairan di dalamnya membuatnya teringat akan air mata terakhir dari si perempuan dan si lelaki sebelum mereka meninggal.
"Guk guk guk - "
Lagi-lagi Hitam Kecil menggigit rok Sima You Yue. Perempuan sialan itu terus melupakan keberadaannya.
Sima You Yue menunduk dan melihat Hitam Kecil, lalu bertanya, "Inikah yang mau kau tunjukkan padaku?"
Hitam Kecil mengangguk.
"Kenapa kau mau menunjukkan hal itu padaku?" Sima You Yue tidak mengerti. Lagi pula, tidak ada gunanya ia melihat peristiwa tersebut.
"Guk guk guk - "
Hitam Kecil menggonggong dua kali. Sayang sekali Sima You Yue tetap tidak mengerti apa maksud Hitam Kecil.
Kalau bukan karena ia bisa merasakan hubungan yang mereka miliki melalui kontrak, ia tidak akan tahu apakah pembentukan kontrak mereka benar-benar berhasil atau tidak.
"Guk guk guk - "
Gonggongan Hitam Kecil menjadi lebih gelisah. Kenapa perempuan itu tidak mengetahui apa yang ingin ia katakan!
Hitam Kecil menggunakan cakarnya untuk menggali tanah agar Sima You Yue memperhatikannya.
"Air?" Sima You Yue bisa mengenali kata yang ditulis Hitam Kecil dan tertegun sebelum akhirnya bereaksi dengan bertanya, "Air? Ini air yang paling murni?"
"Guk guk guk - "
Hitam Kecil mengangguk.
"Jadi maksudmu, kau pergi untuk membantuku menemukan air yang paling murni?" Akhirnya ia mengerti apa maksud Hitam Kecil.
"Guk guk guk - "
Hitam Kecil mengangguk lagi.
Ia agak tersentuh. Ia tidak menyangka Hitam Kecil akan membantunya menemukan sesuatu semacam itu. Meskipun ia tidak tahu apakah itu memang air paling murni seperti yang dimaksud oleh Yin Lin atau tidak, ia senang Hitam Kecil ingin membantunya.
"Anak baik." Ia mengulurkan tangan dan mengelus kepala Hitam Kecil. Ia mulai menerima Hitam Kecil dalam hatinya.
Tidak peduli apa pun yang akan terjadi di masa depan, Hitam Kecil tetap sudah menjadi temannya sekarang, kan?