Ling Feng
Ling Feng
Kedua kota kekaisaran ini masuk ke wilayah dua kekuasaan berbeda. Kota Kekaisaran Sungai Abadi milik dari kaisar langit bangsa manusia, sementara Kota Kekaisaran Anggrek Terkenal milik kekuatan kaisar langit bangsa iblis.
Kedua kota tersebut merupakan musuh bebuyutan, selalu berperang sepanjang tahun. Sudah ada begitu banyak korban berjatuhan baik yang mati atau terluka.
Kali ini, di hutan lebar di Kota Hujan Pasang, ada sekelompok petarung dari bangsa manusia yang sedang berpatroli.
Meski mereka adalah petarung Maha Dewa, mereka semua terlihat begitu terlatih. Mereka menggunakan pakaian standar, dan memiliki koordinasi pergerakan yang amat bagus. Mereka tidak kumuh seperti petarung biasa kebanyakan.
"Kapten, Yang Mulia Centurion terlalu berat sebelah. Kenapa misi patroli ini diserahkan pada tim kita. Kita selalu berjaga di tempat yang terpencil seperti ini?"
"Benar, kalau kita seperti ini terus-menerus mana mungkin kita akan bisa meraih prestasi militer?"
"Kapten, apa mungkin kita hanya akan begitu saja menelan harga diri kita dan diam seperti ini?"
...
Selama melakukan patroli, sekelompok petarung gua dalam tak henti-hentinya mengomel. Yang mereka keluhkan adalah target dari patroli mereka adalah seorang petarung tingkat setengah Sekilas Surga.
"Kalian semua diam! Kita semua prajurit, kita ini bukan petarung bebas yang tak punya aturan! Ke mana pun perwira senior menginginkan kita pergi maka kita akan pergi ke sana. Dari mana kalian mendapatkan begitu banyak hal yang tidak masuk akal ini," si prajurit berteriak dengan nada dingin.
Begitu dia marah yang lainnya langsung mengkerut.
Beberapa saat kemudian, seorang prajurit bertanya lagi, "Kapten, kami marah kepadamu! Dalam hal kekuatan, dalam hal kualifikasi, kau ini lebih kuat dibandingkan dengan Liu Changkong. Atas dasar apa, setiap pujian diambil olehnya? Bukankah ini terjadi karena dia adalah saudara ipar dari sang perwira?"
Wajah si prajurit itu berubah menjadi dingin. Dia berkata, "Kalimat itu keluar dari mulutmu dan masuk ke dalam telingaku. Terus saja bicara omong kosong seperti itu tentang kesalahan pemimpin peleton, maka kau akan mendapatkan hukuman militer!"
Si prajurit meludahkan sesuatu dan tidak mengatakan sepatah kata apa pun.
"Mn? Ada seseorang!"
Dalam hati, prajurit itu merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres. Dia langsung menggerakkan tangannya, waspada. Orang-orang itu berkeliaran di perbatasan maut sepanjang tahun, sehingga mereka menjadi waspada pada marabahaya.
Jika ada sedikit pergerakan di depan, mereka pasti akan bisa mendeteksinya.
Kerja sama antara tim kecil ini sudah tidak lagi di permukaan. Mereka langsung berubah menjadi bayangan, melesat dan mengelilingi target.
Wush! Wush! Wush!
Beberapa orang mendarat di sebuah tempat terbuka. Mereka tampak tercengang melihat keadaan yang ada di sini.
Seorang lelaki muda yang terlihat masih berusia 20 an sekarang sedang memanggang seekor kelinci. Aromanya terbang terbawa angin. Air liur orang-orang sampai menetes.
Begitu melihat ada orang di depannya, lelaki muda itu sama sekali tak terlihat terkejut. Dia tersenyum, dan berkata, "Kalian semua sepertinya sedang berpatroli. Kalian sudah bekerja keras. Ingin mencoba makan ini?"
Ketika si prajurit melihat kalau lelaki itu adalah seorang manusia, ketegangan mereda. Kekuatannya anak muda itu tidak rendah. Dia sudah berada di tingkat Setengah Sekilas Surga namun si prajurit merasa lebih tinggi darinya. Menurutnya, lelaki muda itu pastinya seorang murid dari keluarga besar yang tinggal di kota dan sedang keluar untuk melatih tanpa tahu kalau dunia dan langit ini luas.
Anak muda itu merasa kalau tempat ini seperti halaman belakang rumahnya, dia memanggang kelinci di sini dan kemudian memakannya. Dia sungguh tidak tahu apa itu yang namanya kematian.
"Kau tahu tempat apa ini?" Si prajurit tidak menjawab pertanyaan anak muda itu dan bertanya sambil mendengus dingin.
Si Anak muda merobek daging kelinci dan mengambil dua gigitan. Dia menjawab sambil tersenyum, "Aku tidak tahu tempat apa ini."
Si prajurit mengerutkan dahinya, dia jelas tidak suka pada anak muda itu. Bocah kurang ajar seperti itu pantas untuk mati di sini.
Duar!
Si prajurit mengangkat tangannya dan mengeluarkan jurus telapak tangannya. Tempat memanggang anak muda itu langsung berubah menjadi abu.
"Huh! Bagian belakang gunung besar ini merupakan wilayah bangsa iblis. Kau berani sekali memanggang daging kelinci di sini dan memakannya, sungguh kau tidak tahu arti kata mati! Kalau kau tidak ingin mati, maka cepat pergi dari hadapanku sekarang!" kata si petugas dengan dengusan dingin.
Meski lelaki muda itu kurang lebih memiliki kekuatan yang sama dengan dirinya, dia sama sekali tidak menganggapnya penting.
Para prajurit yang sudah bertarung melawan prajurit dalam jarak dekat sepanjang tahun ini, mereka sudah sering berada dalam keadaan mati dan hidup. Kebanyakan para prajurit lebih kuat dibandingkan dengan petarung tingkatannya.
Anak muda itu merupakan tuan muda yang belum pernah melihat dunia sebelumnya. Kalau saja dia pergi ke medan perang dan dikepung oleh beberapa petarung Gua Dalam pasti dia akan mati.
Si prajurit awalnya memang sudah tidak menyukai si anak muda itu. Sikap yang seperti mengantarkan nyawa pasti menarik banyak musuh. Dia bahkan berpikir kalau si pihak lain marah maka di akan memberi pelajaran pada orang itu.
Anak muda itu tidak marah tapi justru menyeringai.
"Kau bilang kalau yang di depan itu wilayah bangsa iblis? Heh, bagus, hutan ini terlalu luas. Aku tersesat dan bahkan berpikir kalau aku salah jalan. Tidak disangka, ternyata aku menemukannya dengan tidak sengaja. Heh, kalian ini prajurit dari mana? Masih butuh anak buah atau tidak?"
"Hahaha....orang macam kau tidak akan bertahan selama sepuluh tarikan napas di medan perang. Kau masih ingin bergabung dengan kami?"
"Jangan melihat kekuatanmu di tingkat Setengah Sekilas Surga; kami bersepuluh ini bisa mengalahkanmu. Apa kau percaya itu?"
"Hei bocah, kembali pulang saja. Bunga di rumah kaca sepertimu ini tidak akan cocok datang ke tempat seperti ini!"
....
Kalimat anak muda itu langsung membuat para prajurit terbahak-bahak. Salah satu prajurit menatap Ye Yuan dengan ekspresi terkejut. "Siapa namamu? Kenapa kau ingin bergabung dengan prajurit?'
Anak muda itu tersenyum.
"Namaku Ye Yuan! Aku dengar kalau para petarung dari bangsa iblis bergerak sesuka mereka, mengacaukan Kota Kekaisaran Sungai Abadi. Aku ingin memberikan kontribusiku pada bangsa manusia."
Anak muda itu ternyata adalah Ye Yuan yang bergerak ke arah Kota Kekaisaran Sungai Abadi dari jauh.
Kali ini, tiga tahun sudah berlalu sejak Ye Yuan melarikan diri dari Ibukota Wu Meng. Kota Kekaisaran Sungai Abadi merupakan kota tujuannya. Jika Ye Yuan ingin membalas dendam ke Qin Xiao, dia harus menguatkan kekuatannya terlebih dahulu.
Dan cara terbaik untuk meningkatkan kekuatan adalah dengan cara bertarung. Jadi, dengan menggunakan saran Tanpa Debu, Ye Yuan datang ke wilayah persimpangan antara bangsa manusia dan iblis, tepatnya di Kota Kekaisaran Sungai Abadi ini.
Kota Kekaisaran Anggrek Terkenal ada di bawah komando Kaisar Langit, Jiu Shang!
Ye Yuan datang ke sini dengan harapan dia akan bisa menginvestigasi perihal Kaisar Langit Belukar Abadi dan juga informasi tentang siapa yang ada di balik datangnya Kanuo ke Dunia Belukar Langit dulu.
Begitu tiba di wilayah ini, Ye Yuan tidak berani mengendarai pedangnya dan terbang karena kedua hal ini akan menarik perhatian banyak orang.
Sekali dia menarik perhatian petarung bangsa iblis, dia akan mati tanpa tahu alasannya. Oleh karena itu, dia tersesat di dalam hutan lebat ini. Ye Yuan tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan satu tim prajurit patroli.
Si prajurit menepuk pundak Ye Yuan dan berkata, "Tidak buruk, anak muda. Kau punya nyali! Tapi....kau juga harus melihat kekuatanku! Jangan lihat bagaimana tingkatan energimu sama dengan diriku. Apa kau percaya kalau aku bisa merubuhkanmu hanya dengan satu serangan atau tidak?"
Ye Yuan tidak mau terganggu untuk berdebat dengan si prajurit. Dia hanya menjawab sambil tersenyum, "Haha, aku tahu kalau kekuatan Kakak Senior memang sangat kuat! Tapi, setidaknya berikan aku kesempatan untuk berlatih dan memiliki pengalaman terlebih dahulu. Bagaimana?"
Kalimat Ye Yuan bukanlah kalimat yang terlalu memuji diri sendiri. Dia bisa merasa kalau si petarung ini memang kuat, energi murninya juga memadat. Kekuatannya sepertinya melebihi para petarung yang ada di tingkatan yang sama dengan dirinya.
Si prajurit memikirkan kalimat Ye Yuan dan merasa kalau apa yang dikatakan Ye Yuan juga masuk akal. Dia menganggukkan kepalanya, "Baik, Kau bisa ikut ke barak bersama kita. Tapi, aku akan mengatakan hal yang tidak enak terlebih dahulu. Kalau kau ingin ikut menjadi prajurit, kau harus bisa menyelesaikan ujian. Entah nanti apakah kau bisa lolos atau tidak, itu tergantung padamu."
Ye Yuan tersenyum.
"Tentu saja!"
Si prajurit menganggukkan kepalanya. "Namaku Ling Feng. Kau bisa memanggilku kapten Ling."
Sambil berbicara, ekspresi wajah Ling Feng berubah. Ratusan orang keluar dari dalam hutan, dan seketika mengelilingi timnya.