BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja

BERPISAH DENGANMU



BERPISAH DENGANMU

3"Ingat Hanin, kamu harus ingat bilang apa pada Bunda kamu nanti." ucap Hasta setelah berada di teras depan rumah Hanin.     

"Ya pak, saya masih ingat ucapan bapak." sahut Hanin dengan hati yang berdebar-debar tidak tahu bagaimana reaksi Bundanya.     

"Ya sudah, kita masuk sekarang ya." ucap Hasta membuka pintu dengan pelan dan sedikit terkejut saat melihat Dina yang masih duduk di tempatnya.     

"Tidak lama kan Bu Dina?" ucap Hasta dengan sikap yang tenang.     

Dina tersenyum dengan hati yang dongkol.     

"Bagaimana hasilnya Pak Hasta?" tanya Dina dengan rasa penasaran.     

"Alhamdulillah, Hanin mau menikah dengan aku, begitu kan Hanin?" tanya Hasta dengan tatapannya yang teduh.     

"Ya Bunda, aku mau menikah dengan Pak Hasta tapi menunggu aku sampai kelulusanku tiba." jawab Hanin dengan sedikit gugup.     

"Benarkah itu Hanin?" tanya Dina lagi dengan perasaan tidak percaya.     

"Setelah Hanin lulus, aku menikahinya di kota setelah itu langsung kembali ke kota." ucap Hasta dengan sangat tenang.     

"Bagus kalau begitu, aku akan ikut ke kota kan Pak?" tanya Dina dengan tatapan penuh.     

"Tidak Bu Dina, hanya kita berdua yang akan ke kota setelah itu Hanin akan tinggal di rumahku." ucap Hasta panjang lebar.     

"Kenapa bisa begitu Pak Hasta? memang kalian tidak menikah secara besar-besaran?" tanya Dina dengan tatapan tak mengerti.     

"Kita menikah langsung di kantor KUA di kota Bu Dina, nanti akan aku tunjukkan surat nikah nya kita berdua, dan yang pasti nanti Hanin yang mendapat semua harta warisan jika aku meninggal." ucap Hasta dengan serius dan itu sangat mengejutkan Hanin. Karena Hanin tidak tahu kalau dia yang nantinya mendapatkan semua harta warisan jika Hasta meninggal.     

"Ya sudah kalau seperti itu, yang penting hidup Hanin terjamin setelah menjadi istri pak Hasta." ucap Dina dengan hati lega karena harta warisan tetap bisa di milikinya nanti jika Hasta meninggal.     

"Karena Hanin sudah setuju, sekarang aku minta izin pulang. Minggu depan aku ke sini untuk menikahi Hanin" ucap Hasta dengan tersenyum seraya memberikan sebuah amplop putih pada Dina.     

"Terimakasih ya pak Hasta." ucap Dina dengan tersenyum puas.     

Setelah Hasta meninggalkan rumah,. Dina kembali menatap ke wajah Hanin.     

"Hanin! cepat lanjutkan pekerjaanmu mencuci setelah itu lanjutkan menjual kue di kampung sebelah yang ada acara bazar biar kuemu habis terjual." ucap Dina tanpa ada senyuman.     

"Ya Bunda." jawab Hanin dengan singkat kemudian melanjutkan berjalan ke belakang untuk melanjutkan lagi mencuci pakaiannya yang masih banyak.     

Dina tersenyum setelah Hanin menghilang di balik pintu. Dengan tangan gemetar Dina membuka amplop pemberian Hasta. Ada seikat uang lembaran seratus ribu rupiah di dalamnya dan itu sangat membuat hati Dina bahagia dan tertawa keras.     

"Akhirnya aku mendapat uang sebanyak ini! belum lagi nanti kalau Hasta sudah meninggal karena sakitnya yang sudah tidak bisa di sembuhkan lagi, semua harta warisannya akan menjadi milikku. Dengan Hanin yang akan aku nikahkan dengan Jonathan. Tunggu saja Dina sebentar lagi kamu akan menjadi orang yang kaya raya di desa ini." ucap Dina dengan tertawa penuh kebahagiaan dan kemenangan.     

Di belakang rumah setelah Hanin selesai mencuci semua pakaian yang kotor, Hanin masuk ke dalam rumah untuk membersihkan badannya untuk melanjutkan tugasnya yaitu menjual kue.     

"Aku harus menjual cepat kue-kue ini biar bisa pulang sore." gumam Hanin setelah siap di depan rumah dengan sebuah nampan jualan di tangannya.     

Dengan sedikit tenaga yang tersisa Hanin berjalan ke cepat menuju ke kampung sebelah untuk menjual kuenya.     

"Hanin!" panggil Rafka yang sedang mengayuh sepedanya menghampiri Hanin.     

"Ayo naiklah aku antar, aku tahu kamu mau menjual kue-kue itu di kampung sebelah yang sekarang ada bazar." ucap Rafka dengan tatapan lembut.     

"Aku tidak ingin merepotkanmu Raf." ucap Hanin sambil menyelipkan anak rambutnya di sela telinganya.     

"Sama sekali tidak, aku akan membeli semua kuemu itu dan kita bisa bersenang-senang di bazar nanti." ucap Rafka dengan wajah serius.     

Hanin menatap Rafka sejenak setelah itu tanpa ragu Hanin naik di atas boncengan sepeda Rafka.     

Tiba di Bazar di kampung sebelah Rafka mencari tempat parkir untuk sepedanya.     

"Ayo kita mencari tempat duduk yang nyaman Han." ucap Rafka yang tiba-tiba menggandeng tangan Hanin dan mengajaknya mencari tempat yang cukup sepi untuk bisa bicara dengan tenang.     

Hanin yang melihat perhatian Rafka tidak seperti biasanya menjadi sedikit heran dan sedikit penasaran.     

"Kita duduk di sini saja ya Han." ucap Rafka seraya duduk di bangku panjang yang terbuat dari bambu.     

Hanin meletakkan nampan kuenya, kemudian ikut duduk di samping Rafka.     

"Hanin, setelah kamu lulus kamu mau melanjutkan kemana?" tanya Rafka dengan serius.     

"Aku belum tahu Raf, kalau kamu mau kemana?" tanya Hanin dengan serius pula.     

"Aku mau pindah ke kota, masa tugas Ayahku di desa ini telah habis. Besok pagi kami sudah berangkat ke kota. Untuk itu aku ingin bertemu denganmu untuk yang terakhir kali." ucap Rafka dengan wajah yang sangat sedih.     

Entah kenapa hati Hanin merasa ada yang sakit dan sedih saat mendengar Rafka akan pindah ke kota.     

"Apa kita tidak akan bertemu lagi Raf?" tanya Hanin dengan suara yang hampir menangis.     

"Aku tidak tahu Han, aku akan memberikan alamatku yang di kota agar kita bisa berkirim kabar." ucap Rafka dengan tatapan sedih.     

"Aku sudah tidak punya teman lagi sepertimu Raf." ucap Hanin dengan airmata yang sudah mengalir di pipinya.     

Hati Rafka ikut menangis saat melihat airmata Hanin yang mengalir deras di pipinya.     

"Jangan menangis Han, aku ikut sedih kalau kamu menangis." ucap Rafka dengan suara bergetar.     

"Bagaimana aku tidak menangis Raf, hanya kamu sahabatku yang selalu menghiburku di saat aku menangis karena siksaan Bundaku apalagi sekarang aku di paksa untuk menikah dengan orang lain yang lebih tua." ucap Hanin dengan deraian airmata.     

"Kamu menolaknya kan Han?" tanya Rafka dengan hati yang penuh amarah sudah cukup penderitaan Hanin karena ulah Bundanya yang tidak punya hati.     

Dengan suara tangisnya Hanin menceritakan semua yang terjadi termasuk sandiwaranya dengan Hasta.     

"Berjanjilah padaku Han, kamu jangan menikah sebelum aku datang menjemputmu." ucap Rafka dengan tatapan penuh menatap wajah Hanin.     

Hanin terdiam tak mengerti dengan maksud Rafka. Selain menangis sedih karena Rafka akan meninggalkan dirinya.     

"Jangan menangis lagi Han, kamu tahu kalau kamu menangis cantikmu akan hilang. Lihat aku Hanin, aku berjanji padamu untuk segera kembali dan akan membalas tiap tetes airmatamu ini dengan menikahimu." ucap Rafka yang semakin membuat Hanin tak mengerti dengan ucapan Rafka yang ingin menikahinya. Bukankah mereka berdua adalah sahabat?     

"Aku menyukaimu Hanin, aku akan belajar sungguh-sungguh di kota agar bisa menjemputmu dan menikahimu." ucap Rafka dengan bersungguh-sungguh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.