KEMBALI HIDUP BERSAMA
KEMBALI HIDUP BERSAMA
Perlahan Hasta membuka matanya dan menatap wajah Hanin yang begitu sangat nyata.
"Apa benar kita sudah pulang Nin, kamu telah membawaku pulang?" tanya Hasta antara sadar dan tidak sadar karena pengaruh obatnya yang berdosis tinggi.
Hanin tersenyum menganggukkan kepalanya.
"Ya pak, kita sudah di rumah..kita sudah tinggal serumah lagi." jawab Hanin dengan perasaan senang dan gembira.
Hasta terdiam menatap wajah Hanin dengan tatapan mata yang rumit.
"Kita tinggal serumah tanpa ada cintamu untukku Nin." ucap Hasta dalam hati yang sekarang akan lebih terasa sakit lagi jika melihat Hanin bermanis-manis dengan Rafka.
"Pak Hasta, kita masuk ke dalam ya?" ucap Hanin yang cukup lama menunggu Hasta yang sedang melamun.
Tanpa menjawab ucapan Hanin, Hasta keluar dari mobil dengan keadaan tubuhnya yang masih lemas.
"Non Hanin, biar saya yang memapah pak Hasta." ucap Rahmat yang baru datang setelah membawa masuk koper pakaian Hasta lebih dahulu.
"Tidak usai pak Rahmat biar aku yang memapahnya, dan mulai sekarang yang melayani pak Hasta adalah aku, apapun itu. Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya dengan semua yang terjadi pada pak Hasta." ucap Hanin yang sudah tidak tahan melihat keadaan Hasta karena penyakitnya.
"Alhamdulillah Non, akhirnya ada yang lebih bisa menjaga dan menyayangi den Hasta di banding kita berdua." ucap Rahmat yang kelepasan bicara karena terlalu bahagianya.
Hasta menghentikan langkahnya, dan menatap Hanin dengan tatapan terluka.
"Kamu akan semakin menyiksaku dengan semua perhatianmu Nin, karena aku tidak bisa memilikimu." ucap Hasta dalam hati.
Tiba di dalam kamar, Hasta berbaring dengan keadaan yang masih lemas dan merasakan nyeri pada dadanya.
"Istirahatlah pak, aku akan siapkan obat dulu agar bapak bisa istirahat." ucap Hanin seraya melepas jaket dan ikat pinggang Hasta.
"Hanin, biar aku lakukan sendiri." ucap Hasta yang semakin menderita karenanya.
"Biar aku saja yang melakukannya pak, bukannya aku sudah bilang mulai sekarang semua semua kebutuhan dan keperluan pak Hasta akan menjadi tanggung jawabku." ucap Hanin dengan serius.
"Hanin, tolong kamu bisa mengerti..semua tugas itu di lakukan oleh seorang istri dan kamu bukan istriku Hanin." ucap Hasta yang tidak ingin rasa cintanya tenggelam semakin dalam.
"Aku tidak perduli itu pak, aku ingin melakukannya semuanya demi pak Hasta." ucap Hanin dengan hatinya yang merasa sedih karena keadaan Hasta.
"Apa termasuk dengan tidur bersamaku di kamar ini?" tantang Hasta yang sudah tidak sanggup menghadapi keras kepalanya Hanin.
Hanin terdiam seketika, pertanyaan Hasta sama sekali di luar pemikirannya.
"Bukan seperti itu pak, maksudku aku akan melayani semua kebutuhan pak Hasta tapi tidak termasuk hal itu." ucap Hanin dengan perasaan yang serba salah.
"Ya Nin, tidak termasuk tidur denganku karena kamu tidak mencintaiku dan kita tidak ada ikatan pernikahan yang sah. Jadi aku ingatkan padamu Hanin, tugasmu di sini bukan untuk melayaniku, tapi belajar untuk meraih cita-citamu. Sekarang keluarlah dari kamarku, aku mau istirahat sebentar." ucap Hasta dengan perasaan yang lebih sakit dari yang sebelum-sebelumnya.
Airmata Hanin mengalir begitu saja dari kedua matanya. Sungguh baru kali ini ucapan Hasta sangat menyakiti hatinya.
Dengan hati yang terluka Hanin keluar dari kamar Hasta dan berlari ke halaman belakang menumpahkan segala kesedihan dan rasa sakitnya.
"Pak Rahmat!! pak Rahmat!" panggil Hasta dengan dadanya yang terasa sesak.
Rahmat yang mendengar panggilan Hasta datang tergopoh-gopoh.
"Ya den Hasta, ada apa?" tanya Rahmat dengan tatapan iba saat melihat Hasta tampak lebih menderita.
"Tolong pak Rahmat kejar Hanin, aku telah menyakiti hatinya lagi. Kenapa aku tidak mati saja, agar aku tidak lagi merasakan semua rasa sakit ini." ucap Hasta dengan menekan dadanya yang terasa sangat sakit untuk di buat bernapas.
Rahmat berdiri terpaku di tempatnya, antara mau mengejar Hanin atau menjaga Hasta yang terlihat terluka.
"Pak Rahmat menunggu apalagi? aku tidak ingin Hanin pergi meninggalkan rumah ini." ucap Hasta dengan suara batuknya yang tidak berhenti.
"Tapi pak Hasta, pak Hasta sedang kesakitan?" ucap Rahmat yang menjadi bingung dengan apa yang harus dilakukannya.
Hasta yang sudah tidak tahan lagi menahan batuknya yang tidak bisa berhenti, menekan dadanya sekeras mungkin hingga Hasta mengeluarkan batuknya dengan darah kental dari mulutnya.
"Uhukk.. Uhukk..Uhukk." Hasta menekan dadanya dengan sangat keras.
Darah kental kembali keluar dari mulut Hasta, kemeja Hasta di penuhi muntahan darah.
"Mbok Minah!! Mbok Minahhh!" teriak Rahmat memanggil Minah yang ada di dapur.
"Ada apa pak Rahmat? Ya Tuhan den Hasta!" pekik Minah saat melihat Hasta yang terbatuk-batuk dengan mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Panggil Non Hanin mbok, minta ke sini segera." ucap Rahmat sambil mengangkat kepala Hasta agak lebih tinggi dengan memberi dua bantal sebagai penyangga.
"Biarkan saja aku pak Rahmat, pak Rahmat cari Hanin saja." ucap Hasta dengan tubuhnya terasa lemas.
"Non Hanin sudah di cari mbok Minah den, kita sekarang ke rumah sakit ya den." ucap Rahmat dengan dadanya yang ikut merasa sesak.
"Tidak pak Rahmat, kita tidak akan kemana-mana." jawab Hasta dengan suara lirih di sela-sela batuknya.
"Den Hasta, saya mohon kita harus ke rumah sakit den." ucap Rahmat yang melihat Hasta masih mengeluarkan darah yang mengalir di sela sudut mulutnya.
"Pak Hastaaaa!!" teriak Hanin yang datang dengan suara tangisnya setelah di beritahu mbok Minah keadaan Hasta yang muntah darah.
"Apa yang terjadi denganmu pak Hasta?" tanya Hanin menangkup wajah Hasta dengan deraian airmata.
"Aku tidak apa-apa Nin, jangan kuatirkan aku." jawab Hasta dengan suara lemah.
"Kita harus ke rumah sakit sekarang pak." ucap Hanin dengan rasa takut kehilangan yang sangat dalam.
"Tidak Nin, aku tidak apa-apa..aku hanya batuk biasa saja aku..." belum lagi Hasta meneruskan ucapannya bibir lembab Hanin sudah me***um bibirnya dengan sangat kasar.
Jantung Hasta seketika berhenti sesaat, dengan apa yang dilakukan Hanin kepadanya.
"Jangan lagi bilang kalau pak Hasta baik-baik saja, kita harus ke rumah sakit sekarang." ucap Hanin dengan penuh kemarahan saat melihat Hasta yang tidak jujur dengan penyakitnya.
"Hanin, biarkan aku di sini saja..aku mohon Nin." ucap Hasta yang sudah merasa putus asa dalam dengan hidupnya.
"Tidak pak, aku tidak akan membiarkan pak Hasta di sini dalam keadaan sakit. Kita harus ke rumah sakit sekarang, percayalah padaku pak! aku tidak akan membiarkan pak Hasta sendirian, ada aku yang akan menemani dan menjaga pak Hasta." ucap Hanin dengan menggenggam kedua tangan Hasta.