BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja

PULANGLAH BERSAMAKU



PULANGLAH BERSAMAKU

0"Sepertinya aku tidak bisa kembali ke desa lagi Nin." ucap Hasta dengan perasaan sakit dan sedih.     

"Kenapa pak? bukankah pak Hasta sudah berjanji untuk menjagaku untuk selamanya?" tanya Hanin di sela-sela suara tangisnya.     

"Aku akan selalu menjagamu dari sini Hanin, akan tetap memenuhi semua kebutuhanmu. Jadi kamu jangan menguatirkan apapun lagi." ucap Hasta berusaha lebih tenang walaupun hatinya tidak bisa jauh dari Hanin.     

"Aku sama sekali tidak menguatirkan apapun pak, aku hanya ingin ada pak Hasta di sampingku." ucap Hanin dengan suara tangisnya.     

"Jangan menangis Hanin, nanti kamu akan terbiasa tanpa adanya aku di sampingmu." ucap Hasta menatap penuh wajah Hanin.     

Tanpa membalas ucapan Hasta, Hanin berlari keluar meninggalkan Hasta yang hanya bisa termangu dengan hatinya yang juga terluka.     

"Maafkan aku Nin, aku tidak bisa lagi menahan rasa cemburuku saat melihatmu tertawa manis bersama Rafka, aku melakukan hal ini juga demi dirimu agar bisa bersama Rafka tanpa ada aku yang menghalangimu, apalagi dengan penyakitku yang pasti akan merepotkanmu nanti." ucap Hasta dalam hati dengan perasaan yang lebih terluka daripada Hanin.     

"Den Hasta, ada apa? kenapa Hanin keluar sambil menangis?" tanya Rahmat yang baru datang dari kantin dengan wajah yang tidak mengerti apa yang barusan terjadi.     

"Pak Rahmat, tolong ikuti Hanin jangan sampai dia kenapa-kenapa, beri Hanin pengertian pak kalau aku tidak akan kembali pulang." ucap Hasta yang membuat Rahmat sangat terkejut.     

"Apa maksud den Hasta untuk tidak kembali pulang?" tanya Rahmat dengan serius.     

"Aku tidak ingin lebih terluka lagi pak Rahmat, aku harus bisa melupakan Hanin. Apalagi dengan penyakitku ini yang mungkin hidupku tidak akan lama lagi." ucap Hasta sambil menahan dadanya yang sesak karena terlalu sering menahan batuknya.     

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran den Hasta, padahal sudah sangat jelas Hanin sangat menyayangi den Hasta. Jauh-jauh dari desa hanya ingin melihat keadaan den Hasta padahal Hanin juga lagi sakit." ucap Rahmat dengan sedih seolah ikut merasakan kesedihan Hanin.     

"Tolong cari Hanin pak, setelah itu antarkan Hanin pulang." ucap Hasta yang tidak ingin hatinya luluh jika bertemu dengan Hanin kembali.     

"Baiklah den Hasta, tapi untuk mau atau tidaknya Hanin pulang.. semua tergantung pada Hanin karena Hanin sudah dewasa." ucap Rahmat kemudian pergi meninggalkan Hasta dan mencari keberadaan Hanin.     

Dengan hati yang sedikit kecewa karena sikap Hasta, Rahmat tetap mencari keberadaan Hanin. Langkah Rahmat terhenti saat melihat Hanin sedang menangis duduk di kursi panjang.     

"Non Hanin, sabar ya.. pekerjaan den Hasta memang tidak bisa di tinggalkan saat ini." ucap Rahmat menenangkan hati Hanin.     

"Aku rasa, bukan karena pekerjaan pak Rahmat! Tapi ada sesuatu alasan yang lain yang di sembunyikan pak Hasta dari aku." ucap Hanin dengan tatapan sedih.     

"Mari ikut saya Non, menemui dokter Yusuf yang menangani den Hasta." ajak Rahmat agar Hanin tahu keadaan Hasta yang sebenarnya.     

"Kenapa kita harus ke dokter pak? bukannya keadaan pak Hasta sudah baik-baik saja?" tanya Hanin dengan tatapan tak mengerti.     

"Nanti Non Hanin akan mengetahui semuanya dari penjelasan dokter Yusuf." ucap Rahmat yang terpaksa memberitahu sakitnya Hasta pada Hanin melalui penjelasan dokter Yusuf yang bisa memberitahu keadaan Hasta yang sebenarnya.     

"Baiklah pak, aku juga ingin mengetahui sakitnya pak Hasta itu apa? kenapa tubuh pak Hasta terlihat kurus sekarang?" ucap Hanin seraya bangun dari duduknya.     

"Mari Non." ucap Rahmat berharap setelah ini Hanin akan lebih perduli dan bisa menjaga Hasta.     

Sampai di dalam ruangan dokter Yusuf yang menangani sakitnya Hasta, Hanin dan Rahmat meminta penjelasan secara keseluruhan atas penyakitnya Hasta.     

Setelah mendengar semua penjelasan dari Dokter Yusuf dan juga melihat hasil rontgen paru-paru Hasta, tubuh Hanin terasa lemas dan hatinya seperti teremas-remas. Apalagi di saat dokter Yusuf bilang kalau hidup Hasta tergantung dari kesehatan dan keinginan hidup dari Hasta.     

"Pak Rahmat, kenapa orang baik seperti pak Hasta mendapat cobaan seperti ini? sungguh aku tidak rela jika pak Hasta mendapat sakit seperti ini." ucap Hanin setelah keluar dari ruangan dokter Yusuf dan berbincang serius dengan pak Rahmat di kantin rumah sakit.     

"Ya Non, tapi bagaimana lagi ini semua sudah terjadi. Dan saya semakin sedih saat mendengar den Hasta tidak mau pulang. Padahal saya sangat yakin kalau den Hasta bisa sembuh jika ada Non Hanin yang merawat den Hasta." ucap Rahmat dengan harapan Hanin mau merawat Hasta dan bisa membujuk Hasta agar mau pulang.     

"Tapi pak Hasta bersikeras tidak mau pulang pak Rahmat." ucap Hanin dengan hati yang putus asa.     

"Mungkin Non Hanin harus mencari cara agar den Hasta bisa kita ajak pulang." ucap Rahmat dengan serius.     

Hanin terdiam sejenak, kemudian tersenyum pada Rahmat.     

"Sepertinya aku tahu bagaimana caranya pak Hasta mau pulang bersama kita pak Rahmat." ucap Hanin dengan penuh semangat.     

"Bagus Non, saya doakan rencana Non Hanin berhasil dan kita bisa segera pulang." ucap Rahmat ikut bersemangat.     

"Aku akan ke sana sekarang." ucap Hanin bangun dari duduknya dan berjalan bergegas ke kamar Hasta.     

Di dalam kamar, Hasta terdiam dalam kesedihannya karena sudah tidak bisa melihat wajah Hanin lagi. Karena Hasta yakin Hanin telah kembali pulang karena rasa kecewa dan marah padanya.     

Saat mendengar pintu terbuka, Hasta merasa itu pasti Rahmat. Dan pasti Hanin tidak mau di antar Rahmat untuk itu Rahmat kembali.     

"Apa Hanin sudah pulang pak Rahmat? moga Hanin akan baik-baik saja tanpa aku di sisinya." ucap Hasta dengan perasaan sedih, tanpa melihat dulu siapa yang datang.     

"Aku pastikan, aku tidak akan baik tanpa ada pak Hasta di sampingku." sahut Hanin yang sudah berada di samping Hasta yang sedang memunggunginya.     

Mendengar suara Hanin yang ada di belakangnya, sontak Hasta membalikkan badannya dan menatap penuh wajah Hanin.     

"Hanin? kamu belum pulang?" Tanya Hasta dengan hati yang bercampur aduk antara bahagia dan sedih.     

"Aku putuskan, aku juga tidak akan pulang. Selama pak Hasta tinggal di sini, aku juga akan tinggal di sini." ucap Hanin dengan pasti.     

"Hanin, jangan keras kepala, kalau kamu di sini bagaimana dengan kuliah kamu?" tanya Hasta dengan hati yang berbunga-bunga mendengar Hanin yang bersedia tinggal bersamanya.     

"Aku tidak perduli, aku hanya ingin tinggal bersama dengan pak Hasta. Di manapun pak Hasta akan tinggal, aku akan ikut." jawab Hanin dengan hati penuh keyakinan.     

Hasta terdiam tidak bisa bicara apa-apa lagi.     

"Hanin, jangan bercanda..kamu harus tetap kuliah karena itu cita-cita kamu yang harus kamu raih." ucap Hasta sambil menekan salah satu pelipisnya.     

"Aku tidak perduli pak Hasta! jangan memaksakku, karena aku juga tidak bisa memaksa pak Hasta untuk ikut pulang." sahut Hanin menatap penuh wajah Hasta.     

"Hanin, jangan seperti ini? aku di sini kerja Hanin?" ucap Hasta yang tidak bisa lagi menolak permintaan Hanin.     

"Sekarang pak Hasta tinggal pilih, tetap tinggal di sini atau ikut pulang bersamaku." ucap Hanin yang sama sekali tidak membahas tentang penyakit Hasta.     

"Hanin, aku harus bagaimana menghadapimu?" tanya Hasta yang akhirnya mengalah hanya karena ancaman Hanin yang tidak akan melanjutkan kuliahnya.     

"Pak Hasta harus menuruti keinginanku, jika tidak aku akan di sini selamanya dengan pak Hasta." ucap Hanin dengan wajah serius.     

"Baiklah Hanin, demi kamu..agar kamu tetap kuliah aku akan pulang bersamamu." ucap Hasta dengan mempersiapkan hatinya yang akan kembali terluka.     

"Benarkah pak Hasta? Ya Tuhan, terimakasih karena telah mengabulkan permintaanku." ucap Hanin dengan tiba-tiba memeluk Hasta.     

Tubuh Hasta diam tak bergerak. Detak jantungnya berdetak lebih kencang dengan pelukan Hanin yang begitu sangat erat.     

"Ya Tuhan, semoga Hanin tidak merasakan detak jantungku yang berdetak sangat kencang saat ini." ucap Hasta dalam hati.     

"Hanin, bisa kamu lepaskan sebentar pelukannya? dadaku sedikit sesak tidak bisa bernapas." ucap Hasta dengan perasaan yang bahagia.     

"Maaf, pak Hasta..aku terlalu bahagia hari ini." ucap Hanin seraya menggenggam tangan Hasta.     

"Apa benar kamu bahagia Hanin?" tanya Hasta dengan tatapan yang sangat dalam.     

"Tentu pak Hasta, aku sangat bahagia karena kita bisa bersama lagi sekarang." ucap Hanin dengan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.