DEMI KEBAHAGIAAN HANIN
DEMI KEBAHAGIAAN HANIN
Hanin masih mengalami haidnya dengan lancar dan tepat waktu. Dan itu membuat hati Hanin menjadi cemas. Cemas bukan karena masalah dirinya. Tapi sikap Hasta yang mulai sering melamun dan tidak banyak bicara.
Apalagi dalam minggu-minggu terakhir Hasta semakin sibuk bekerja dan jarang pulang ke rumah. Hanin semakin mencemaskan kesehatan Hasta.
"Paman Rahmat." panggil Hanin saat melihat Rahmat ada di dapur bersama Minah.
"Ya Non Hanin?!" sahut Rahmat sedikit terkejut dengan kedatangan Hanin di dapur.
"Paman Rahmat kenapa ada di rumah? bukankah Mas Hasta sudah berangkat kerja?" tanya Hanin dengan kening berkerut.
Rahmat menghela nafas panjang mendapat pertanyaan dari Hanin tentang Hasta.
"Maafkan saya Non Hanin, saya terpaksa tidak mengantar Den Hasta kerja. Den Hasta menginginkan membawa mobil sendiri. Ada pekerjaan di kota yang tidak bisa di tunda oleh Den Hasta." ucap Rahmat dengan wajah terlihat tegang.
Hanin mengkerutkan keningnya mendengar ucapan Rahmat.
"Bukankah setiap Mas Hasta ke kota, selalu meminta Paman Rahmat yang mengantar? kenapa sekarang tidak? aku jadi merasa cemas dengan keadaan Mas Hasta akhir-akhir ini Paman." ucap Hanin dengan wajah sedih.
"Saya juga merasa cemas dengan keadaan Den Hasta, Non. Di tempat kerja Den Hasta sering termenung dan lebih banyak diam." ucap Rahmat merasa kasihan dengan Hasta yang terlihat putus asa saat di vonis Dokter tidak bisa mempunyai keturunan dengan mudah.
"Baiklah Paman, aku berangkat kuliah dulu. Nanti siang aku akan menghubungi Mas Hasta." ucap Hanin dengan perasaan sedih beranjak dari tempatnya untuk berangkat kuliah.
****
Di kota...
Hasta duduk diam di hadapan Husin, Dokter pribadinya sekaligus sahabatnya yang selalu mendengar semua kesedihannya.
"Hasta dengarkan aku, seharusnya kamu tidak perlu bersikap seperti ini. Kamu jangan putus asa, usia pernikahan kamu masih dalam hitungan bulan. Jadi kamu jangan terlalu cemas atau khawatir itu akan mempengaruhi kesehatan kamu." ucap Husin mengingatkan tentang kesehatan Hasta yang tidak bisa di katakan baik-baik saja.
"Aku tahu Husin, seharusnya aku tidak putus asa seperti ini. Tapi bukan kebahagiaanku yang aku pikirkan. Aku hanya memikirkan tentang kebahagiaan Hanin. Usiaku sudah tua, semakin hari usiaku semakin bertambah. Aku tidak ingin merepotkan Hanin sama sekali, Hanin harus mempunyai keturunan sebelum aku meninggal. Aku tidak ingin Hanin merasa kesepian. Ini sangat tidak adil bagi Hanin yang sehat." ucap Hasta dengan perasaan sedih tidak bisa membahagiakan Hanin secara batin.
Husin terdiam sangat mengakui kalau cintanya Hasta pada Hanin begitu sangat besar hingga tidak memikirkan kebahagiaannya sendiri selain memikirkan kebahagiaan Hanin.
"Hasta, di luar sana masih banyak pasangan yang belum mendapatkan keturunan hingga pernikahan mereka bertahun-tahun. Kamu masih bisa menunggu satu atau dua tahun. Aku yakin di saat kesehatan kamu membaik kamu pasti bisa membuat Hanin hamil." ucap Husin menatap penuh wajah Hasta yang terlihat pucat.
"Tidak Husin, aku tidak bisa menunggu satu atau dua tahun lagi. Aku ingin Hanin secepatnya mempunyai keturunan agar dia merasa terhibur dan tidak merasa tertekan hanya dengan merawat dan menjagaku saja." ucap Hasta sungguh-sungguh dengan keinginannya.
"Lalu aku harus berbuat apa untuk membantumu Hasta? katakan padaku, aku pasti akan mendukungmu dan membantumu untuk mewujudkan keinginanmu itu." ucap Husin dengan serius.
"Aku ingin seseorang memberikan spermanya pada rahim Hanin, tapi aku tidak ingin Hanin mengetahuinya. Aku ingin Hanin cukup mengetahui kalau spermaku yang ada di dalam rahim Hanin. Apa kamu bisa membantu keinginanku itu?" tanya Hasta dengan wajah serius.
"Hasta?!! Apa kamu sudah memikirkan apa yang kamu katakan itu? kalau kamu melakukan hal itu, sama saja kamu memberikan semua harta warisan pada orang lain. Bukan pada keturunanmu?" ucap Husin sangat terkejut dengan keputusan Hasta.
"Aku sudah memikirkan apa yang aku lakukan ini Husin. Aku tidak memikirkan harta warisanku harus jatuh ke tangan siapa. Semua aku serahkan pada Hanin istriku." ucap Hasta sangat yakin dengan keputusannya.
Husin menghela nafas berat sangat di menyayangkan keputusan Hasta.
"Baiklah Hasta, apa kamu sudah menemukan seseorang itu? maksudku pria yang mau menjual spermanya untukmu?" tanya Husin dengan wajah serius.
"Aku sudah menemukan pria yang pasti akan membantuku untuk memberikan spermanya pada Hanin, tapi apakah proses ini bisa kamu lakukan di sini? apa kita harus melakukannya di luar negeri?" tanya Hasta dengan tatapan penuh.
"Kamu benar, kita tidak bisa melakukannya di sini. Aku punya seorang teman di Singapura. Kamu bisa mengajak pria itu dan Hanin ke Singapura. Anggap saja kamu membawa istrimu bulan madu ke sana. Aku akan mengatur jadwal kedatanganmu dengan rumah sakit di sana." ucap Husin memberikan dukungannya pada Hasta.
"Husin, aku mau pria itu pergi denganmu lebih dulu ke Singapura. Dan aku akan pergi dengan Hanin. Aku tidak mau Hanin mengetahui hal ini apalagi mengetahui siapa pria itu." ucap Hasta dengan tatapan memohon.
"Baiklah, kamu bilang saja pada Pria itu untuk datang ke sini. Aku dan dia akan berangkat lebih dulu ke Singapura." ucap Husin dengan tenang.
"Kamu jangan kuatir, aku akan mengurus tiket dan hotel kalian berdua." ucap Hasta merasa lega sudah mendapatkan jalan keluar untuk bisa membahagiakan Hanin.
Husin menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Hasta.
"Baiklah Hasta, terima kasih dengan semua yang kamu lakukan untukku. Aku harus kembali sekarang sebelum Hanin mencariku." ucap Hasta seraya bangun dari duduknya dan memeluk Husin.
Dengan perasaan tenang, Hasta kembali pulang ke rumah. Namun saat memasuki desanya Hasta pergi ke rumah Dina ibu tirinya Hanin.
Hasta pergi ke sana bukan untuk menemui Hanin tapi menemui Jonathan, saudara tiri Hanin yang sangat mencintai Hanin.
Hasta sangat yakin, dengan masalah yang ada Jonathan pasti mau membantunya apalagi kalau dia tahu apa yang akan di lakukannya itu untuk kebahagiaan Hanin.
"Tok...Tok...Tok"
Hasta mengetuk pintu rumah beberapa kali hingga pintu terbuka dan melihat wajah Jonathan yang terlihat masih mengantuk.
"Apa kamu baru bangun tidur?" tanya Hasta dengan sebuah senyuman.
"Tuan Hasta?? silahkan masuk Tuan. Apa anda mencari Ibu?" tanya Jonathan sangat terkejut dengan kedatangan Hasta yang tiba-tiba.
"Tidak, aku tidak mencari ibumu. Aku sengaja mencarimu, ada hal yang sangat penting yang aku bahas denganmu." ucap Hasta sambil berjalan masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi di ruang tamu.
"Tuan Hasta mencariku, ingin membahas tentang apa?" tanya Jonathan sambil mengusap tengkuk lehernya duduk di hadapan Hasta.
"Aku mau membahas tentang kebahagiaan Hanin.. Kamu menginginkan Hanin bahagia kan?" tanya Hasta dengan wajah serius menatap penuh wajah Jonathan yang terlihat sangat tegang.