BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja

KEINGINAN HASTA



KEINGINAN HASTA

3Sudah hampir tiga bulan Hasta dan Hanin melewati pernikahannya dengan bahagia. Hanin kuliah dengan serius dan Hasta bekerja dengan penuh semangat hingga melupakan rasa sakit yang di deritanya.     

Seharusnya Hasta menepati jadwalnya untuk menjalani terapi di kota di tempat praktek Husin namun Hasta mengabaikannya.     

Hasta merasa sakitnya sedikit berkurang setelah menikah dengan Hanin. Hanin selalu memperhatikan pola makan dan pola hidupnya.     

"Mas, apa kamu akan tetap bekerja hari ini?" tanya Hanin duduk di samping Hasta yang masih tidur dengan memeluk pinggangnya.     

"Kenapa Hanin? apa kamu masih cemas dengan apa yang di katakan Husin?" tanya Hasta membuka matanya menatap wajah Hanin yang terlihat cemas.     

"Bagaimana aku tidak cemas Mas, apa yang di katakan Dokter Husin dan Dokter yang di rumah sakit tidak jauh berbeda. Sakit kamu sangat parah dan secepatnya harus transplantasi paru-paru. Bagaimana kamu masih bisa tenang seperti ini Mas?" ucap Hanin dengan perasaan tak menentu setelah berbincang cukup lama dengan Dokter Husin, Dokter pribadi Hasta.     

"Selama ada kamu di sisiku aku akan tenang Nin. Tidak akan terjadi sesuatu padaku." ucap Hasta dengan sebuah senyuman.     

Hanin menatap wajah Hasta dengan perasaan gemas. Hasta tidak pernah memikirkan kesehatannya.     

"Jangan cemas Nin, aku akan baik-baik saja percayalah." ucap Hasta sambil menggenggam tangan Hanin saat melihat Hanin hanya diam saja.     

"Baiklah Mas, aku percaya padamu. Tapi kamu harus mengurangi pekerjaanmu ya Mas. Aku tidak ingin kamu sakit Mas." ucap Hanin dengan tatapan cemas.     

Hasta menganggukkan kepalanya dengan menatap Hanin dengan tatapan teduh.     

Hati Hanin sedikit tenang kemudian bangun dari duduknya berniat mengambil bunga mawar, namun tiba-tiba kepalanya terasa berputar-putar.     

Hanin duduk kembali merasakan tubuhnya sangat lemas dan perutnya terasa mual.     

"Huekkk... Huekkk... Huekkk"     

Hanin memegang perut dan menutup mulutnya yang mau muntah.     

"Hanin...Hanin kenapa kenapa denganmu Hanin?" tanya Hasta dengan wajah cemas melihat Hanin duduk dengan wajah pucat dan lemas.     

"Aku tidak tahu Mas, aku merasa pusing dan lemas. Bisakah kamu membantuku ke kamar Mas?" ucap Hanin masih memegang perutnya yang masih terasa mual.     

"Tidak Hanin, kita harus ke rumah sakit sekarang. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa." ucap Hasta dengan cemas segera memanggil Rahmat.     

"Rahmat! Rahmat!!!" panggil Hasta sambil menggenggam tangan Hanin yang dingin.     

Mendengar panggilan Hasta yang cukup keras, Rahmat yang sedang membersihkan taman disamping segera datang dengan tergopoh-gopoh.     

"Ada apa Den? kenapa dengan Non Hanin?" Tanya Rahmat sambil menatap Hanin yang terlihat pucat.     

"Cepat bantu aku membawa Hanin ke rumah sakit. Sepertinya Hanin sakit dia merasa mual dan muntah-muntah." ucap Hasta dengan panik.     

"Apa mungkin Non Hanin hamil Den?" ucap Rahmat dengan tiba-tiba.     

Hasta tercengang mendengar ucapan Rahmat kemudian menatap Hanin sekilas dan beralih lagi menatap Rahmat dengan tatapan tak percaya.     

"Apa maksudmu dengan Hanin hamil Mat?" tanya Hasta dengan hati berdebar-debar.     

"Yang saya tahu, istri saya hamil juga seperti Non Hanin. Setiap pagi dia selalu merasa mual dan ingin muntah Den." ucap Rahmat saat mendengar Hanin mual dan muntah.     

"Kalau begitu kita harus cepat ke rumah sakit sekarang." ucap Hasta ingin tahu apa yang terjadi pada Hanin. Kalau apa yang di katakan Rahmat benar perasaannya sangat bahagia.     

Di usianya yang sudah tua, Hasta ingin mempunyai anak secepatnya dari Hanin.     

"Baik Den." ucap Rahmat segera mempersiapkan mobil dan Hasta mengangkat Hanin dan membawanya masuk ke dalam mobil.     

"Ayo... sedikit cepat Rahmat." ucap Hasta merasa cemas dengan keadaan Hanin.     

Rahmat menganggukkan kepalanya kemudian menjalankan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.     

Sampai di rumah sakit Hasta berniat mengangkat Hanin lagi, tapi Hanin menolaknya.     

"Tidak usah Mas, biar aku berjalan sendiri. Mungkin aku hanya masuk angin saja." ucap Hanin mengingat kesibukan praktek kuliahnya.     

Beberapa hari terakhir Hanin sangat sibuk dengan praktek kuliah di Desa. Karena jarak Desa tidak terlalu jauh, terpaksa Hanin pulang pergi di antar Rahmat. Hanin tidak ingin meninggalkan Hasta sendirian.     

"Baiklah Hanin, hati-hati ya." ucap Hasta sambil memeluk pinggang Hanin.     

Dalam pelukan Hasta, Hanin berjalan ke UGD yang tidak jauh dari mobilnya.     

Tiba di UGD, segera Hasta menceritakan hal yang di alami Hanin. Hanin berbaring di atas brankar melihat Hasta bicara serius dengan Dokter jaga.     

"Oh begitu ya Pak. Kalau begitu, sebaiknya Dokter Lely yang memeriksa keadaan Istri Bapak." ucap Dokter jaga segera menghubungi Dokter Lely untuk menangani Hanin.     

Tidak berapa lama kemudian, Hasta melihat seorang wanita tersenyum padanya juga pada Hanin.     

"Selamat pagi, saya sudah mendengar keluhan istri anda. Sekarang biar saya memeriksa keadaan istri anda." Ucap Dokter Lely sebagai Dokter kandungan.     

Hasta menganggukkan kepalanya dengan perasaan cemas.     

Dengan serius Dokter Lely memeriksa Hanin secara keseluruhan. Tidak terlalu lama Dokter Lely sudah selesai memeriksa keadaan Hanin.     

"Bagaimana Dokter? apa istri saya baik-baik saja? Apa istri saya hamil?" tanya Hasta dengan hati berdebar-debar dan perasaan cemas.     

"Istri anda baik-baik saja Pak. Dan istri anda juga tidak hamil. Saat ini kondisinya hanya terlalu lelah saja." ucap Dokter Lely setelah melihat hasil keseluruhan kesehatan Hanin.     

"Dokter, kita sudah menikah dua bulan. Apa tidak ada kemungkinan istri saya bisa hamil lebih cepat?" tanya Hasta ingin Hanin secepatnya Hamil.     

"Oh... begitu, jadi anda untuk secepatnya punya anak? kalau begitu sebaiknya anda berdua ikut ke ruangan saya saja. Kita akan membahas hal ini lebih dalam lagi." ucap Dokter Lely dengan tersenyum.     

Hasta menganggukkan kepalanya, kemudian membantu Hanin turun dari tempat tidur.     

"Apa kamu benar-benar ingin seorang anak Mas?" tanya Hanin dengan tatapan penuh saat mendengar keinginan Hasta.     

Hasta menatap Hanin dengan tatapan memohon.     

"Usiaku akan semakin tua Hanin, dan kesehatanku juga tidak begitu baik. Aku ingin di saat aku tua atau sudah tidak ada lagi, ada anak kita yang bisa menemani dan menjaga kamu." ucap Hasta dengan tatapan sangat dalam.     

Kedua mata Hanin berkaca-kaca sangat sedih mendengar ucapan Hasta. Dengan perasaan sedih Hanin memeluk Hasta dengan sangat erat.     

"Kita akan segera punya anak Mas, dan kamu tetap sehat dan panjang umur. Kita akan tua bersama dengan anak kita." Ucap Hanin dengan perasaan cinta yang semakin dalam.     

Hasta memejamkan matanya merasa tenang dengan ucapan Hanin. Hatinya benar-benar bahagia mendapat cinta Hanin yang luar biasa.     

"Terima kasih Hanin, aku sangat bahagia mendengarnya. Sekarang kita ke ruangan Dokter Lely. Apa kamu bisa hamil dengan cepat." ucap Hasta dengan tersenyum memeluk pinggang Hanin dengan penuh kebahagiaan.     

Hanin menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman Hasta dengan sebuah pelukan hangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.