BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja

KEBAHAGIAAN HASTA



KEBAHAGIAAN HASTA

0  Perlahan Hanin membuka matanya saat embun pagi menerobos masuk di sela-sela jendela kamarnya.     

  Hawa dingin masih menyergap kulit tubuhnya. Sejenak Hanin melihat ke wajah Hasta yang mulai terganggu dengan hawa dingin yang masuk ke dalam kamar.     

  Dengan penuh perhatian Hanin menyelimuti tubuh Hasta sampai pada batas lehernya.     

  Hasta sedikit menggerakkan tubuhnya saat merasakan tubuhnya tertutup selimut dengan rapat.     

  "Sssttt..." Hanin membelai rambut Hasta agar Hasta tertidur kembali.     

  Namun dengan belaian Hanin yang Hasta rasakan malah membuat Hasta terbangun dan tidak bisa tidur lagi.     

  Perlahan kedua mata Hasta terbuka, di lihatnya Hanin menatap dirinya dengan posisi berbaring miring di sampingnya.     

  "Terima kasih sudah menyelimutiku Nin." ucap Hasta dengan dengan wajah sedikit merah. Ini sudah hari kedua pernikahannya dengan Hanin, tapi masih saja rasa gugup menguasai hatinya.     

  "Kenapa harus terima kasih Mas, tidak ada kata terima kasih atau minta maaf bagi suami istri." ucap Hanin dengan tersenyum.     

  "Aku berharap kamu tidak akan pernah bosan memperhatikan aku seperti ini Nin. Mungkin aku akan selalu merepotkan kamu." ucap Hasta dengan tatapan penuh.     

  "Tidak akan pernah bosan Mas. Mulai sekarang aku akan menjagamu dengan baik." ucap Hanin berusaha tenang setelah memenuhi kewajibannya sebagai istri Hasta.     

  "Aku sangat bahagia mendengarnya." ucap Hasta tidak bisa berkata-kata lagi selain menatap penuh wajah cantik Hanin.     

  "Apa kamu mau kita jalan-jalan di taman di depan Mas?" ucap Hanin ingin mengajak Hasta menikmati suasana pagi di taman depan yang sudah penuh dengan bunga.     

  Hasta menganggukkan kepalanya kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di pinggir tempat tidur.     

  "Hanin." panggil Hasta melihat Hanin turun dari tempat tidur dengan memegang area intimnya.     

  "Tunggu sebentar." ucap Hasta dengan cepat memegang kedua bahu Hanin.     

  "Apa kamu merasa sakit Hanin?" Tanya Hasta dengan wajah cemas.     

  Hanin menggelengkan kepalanya dengan tersenyum tidak ingin membuat Hasta cemas akan rasa perih di area intimnya.     

  "Sungguh?" tanya Hasta memastikan lagi.     

  "Benar Mas, aku tidak apa-apa. Kenapa kamu selalu mencemaskan aku?" ucap Hanin sambil mengusap wajah tampan Hasta.     

  "Karena kamu istriku Hanin." ucap Hasta dengan tatapan penuh cinta.     

  Wajah Hanin memerah dan menundukkan wajahnya merasa malu.     

  "Terima kasih Mas." ucap Hanin kemudian memberanikan diri mengecup pipi Hasta.     

  Hasta mengusap pipinya merasa bahagia dengan ciuman yang di berikan untuknya.     

  Masih dengan perasaan malu Hanin mengambil jaket yang ada di dalam almari dan diberikan pada Hasta agar tidak merasa kedinginan saat di luar.     

  "Pakailah jaket ini Mas, di luar udara masih dingin aku tidak mau kamu kedinginan di sana." ucap Hanin ikut membantu Hasta memakai jaketnya.     

  Hati Hasta benar-benar terharu dengan sikap Hanin padanya.     

  "Terima kasih Nin." ucap Hasta kemudian berjalan keluar kamar di samping Hanin.     

  Suasana di sini sangat nyaman ya Mas. Aku baru bisa melihatnya hari ini, kalau di sini sangat cocok untuk duduk bersantai." ucap Hanin duduk di bangku panjang sambil menikmati bunga-bunga yang sedang bermekaran.     

  "Karena kamu terlalu sibuk Hanin, kamu lebih banyak menghabiskan waktumu di sekolah untuk belajar di banding di rumah." ucap Hasta ikut menatap bunga mawar dan melati yang sedang mekar.     

  "Aku menghabiskan waktuku di sekolah karena di rumah sepi Mas. Waktumu juga habis untuk bekerja di luar sana. Bekerja pagi sampai malam, aku tidak tahu apa yang kamu kerjakan dalam waktu bertahun-tahun itu? apa hal itu tidak membuatmu bosan Mas?" tanya Hanin selama ini dia selalu bertanya dalam hati apa alasan Hasta hingga jarang di rumah.     

  Hasta menatap Hanin kemudian tersenyum.     

  "Apa kamu mau bertanya apa alasannya aku melakukan hal itu?" ucap Hasta tak lepas pandangannya pada wajah Hanin.     

  "Hem... sudah sangat lama aku penasaran akan hal itu Mas. Setiap aku di rumah kamu selalu tidak ada di rumah. Pak Rahmat bilang kamu sedang sibuk bekerja. Di saat malam aku sudah tidur, kamu datang. Pagi-pagi di saat aku bangun kamu sudah berangkat kerja. Sudah berapa tahun hal itu terjadi Mas? dan aku tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi? Apa sekarang kamu bisa menjawabku Mas?" tanya Hanin dengan tatapan penuh.     

  "Karena aku ingin menghindari kamu Nin." ucap Hasta dengan tatapan dalam.     

  "Menghindari aku? kenapa Mas? bukankah dari kecil aku sudah tinggal bersamamu. Dan kamu sangat baik padaku. Apa alasannya Mas?" tanya Hanin tak mengerti sama apa yang dipikirkan Hasta.     

  "Aku tidak ingin semakin mencintaimu Nin. Aku mencintaimu sejak dulu, sejak saat kamu berusia remaja. Dan aku berpikir perasaanku padamu adalah perasaan yang salah. Karena itulah aku berusaha menghindar setiap ada kesempatan." ucap Hasta dengan suara lirih.     

  "Ya Tuhan Mas, sungguh bodohnya aku sampai aku tidak mengerti hal itu. Pasti hal itu sangat menyiksa hatimu Mas. Tolong maafkan aku, sungguh aku tak percaya kalau kamu mencintaiku sejak lama." ucap Hanin menggenggam tangan Hasta dengan perasaan bersalah.     

  "Tidak apa-apa Hanin, semua sudah berlalu yang terpenting sekarang aku tahu kamu mencintaiku. Dan kamu sudah menjadi istriku, aku sangat bahagia sekarang Nin." ucap Hasta membalas genggaman tangan Hanin.     

  Kedua mata Hanin berkaca-kaca tidak bisa membayangkan sudah berapa tahun dia telah menyakiti Hasta. Hasta pasti tahu hubungannya dengan Rafka, pasti hal itu sangat menyakiti dan menyiksa hati Hasta.     

  Membayangkan rasa sakitnya Hasta, membuat air mata Hanin mengalir di kedua pipinya. Dan itu membuat hati Hasta menjadi cemas.     

  "Hanin, kenapa kamu menjadi menangis? apa kamu merasa menyesal setelah kita menikah?" tanya Hasta dengan perasaan sakit.     

  Hanin menggelengkan kepalanya dengan cepat tidak ingin membuat Hasta cemas.     

  "Tidak Mas, sudah kukatakan, aku tidak menyesal dengan pernikahan kita ini. Aku yang menginginkan ingin menikah denganmu, karena aku mencintaimu. Aku menangis tadi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitmu dulu menahan rasa cemburu saat mengetahui aku berhubungan dengan Rafka. Saat ini aku merasakan rasa sakitmu itu Mas. Tolong maafkan aku." ucap Hanin memeluk Hasta dengan perasaan sedih dan merasa bersalah pada Hasta.     

  "Cukup Hanin, jangan menangis lagi. Aku sudah tidak merasakan sakit lagi. Semua itu sudah berlalu dan aku sudah melupakannya. Aku bahagia sekarang Nin." ucap Hasta mengusap punggung Hanin dengan hati di penuhi kebahagiaan.     

  "Aku mencintaimu Mas, walau aku terlambat menyadarinya. Tapi aku sangat mencintaimu." ucap Hanin menangis tersedu-sedu merasa menyesal baru menyadari perasaan cintanya setelah menyakiti Hasta bertahun-tahun lamanya.     

  "Aku juga mencintaimu Hanin, jangan menangis lagi. Jangan merasa bersalah lagi padaku. Aku ingin kita berdua melupakan masa lalu kita. Dan sekarang kita akan bahagia selamanya." ucap Hasta memeluk Hanin dengan segenap perasaannya. 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.