Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Orang Lain Bisa, Suaminya Juga Bisa Melakukannya



Orang Lain Bisa, Suaminya Juga Bisa Melakukannya

0Mo Yesi membuka ponsel Qiao Mianmian dan menemukan game yang telah Qiao Mianmian unduh. Setelah masuk ke dalam permainan, ia lalu memilih pahlawan bernama Li Bai dari si pembunuh.     

Qiao Mianmian bertanya-tanya, "Apa yang akan kau lakukan? Kau bisa bermain sebagai Li Bai?" Ia ingat kalau Mo Yesi belum pernah memainkan game ini. Namun Mo Yesi telah memintanya untuk mengunduh game di ponselnya sebelumnya.     

Mo Yesi kemudian menjawab, "Tidak bisa."     

"..." Qiao Mianmian hanya diam saja dan tidak menjawab apa-apa.     

Mo Yesi memeriksa atribut umum dan keterampilan Li Bai, lalu berhenti dan langsung membuka peringkat. Ketika ia melihat halaman yang cocok, Qiao Mianmian lantas melebarkan matanya. "Apakah kau akan bermain sekarang?" tanyanya.     

"Jika kau tidak tahu cara bermain, kau bisa berlatih dengan mesin manusia terlebih dahulu. Peringkat semua dimainkan setelah pahlawan mahir, jika tidak, kau akan menipu orang lain, dan orang lain akan memarahimu."     

Di dalam game, orang tidak akan peduli dengan identitasmu. Jika kau menipu seseorang, mereka semua akan memarahi. Terlebih lagi, tidak ada yang tahu siapa lawannya di babak kualifikasi.     

Namun, pria itu tetap memegang ponsel dengan acuh tak acuh, menatap Qiao Mianmian, dan mengusap tangannya yang besar di atas kepala Qiao Mianmian. "Pintar... Orang lain bisa melakukannya, maka suamimu juga bisa melakukannya. Sayang, jika aku juga dapat masuk ke peringkat lima besar, nanti kau panggil aku kakak laki-laki kecil, oke?"     

Kemudian Mo Yesi membayangkan suara lembut dan manis Qiao Mianmian memanggilnya kakak laki-laki kecil. Membuat tubuhnya tiba-tiba menegang, dan napasnya menjadi sedikit pendek.     

"..." Qiao Mianmian benar-benar tidak mengerti. Tidak heran Mo Yesi tiba-tiba ingin bermain game. Ternyata ia keberatan jika Qiao Mianmian menyebut pria lain dengan sebutan kakak laki-laki kecil. Lalu, ia bahkan memakan kecemburuan kepada seseorang yang hanya lewat, dan masih seseorang yang lewat, yang hanya bermain game dengannya sekali.     

Qiao Mianmian lalu berkata dengan geli, "Bukan aku tidak percaya padamu, tapi Li Bai, seorang pahlawan ini memiliki persyaratan yang sangat tinggi untuk operasi tersebut, tidak sesederhana seperti pembunuh lainnya. Sungguh tidak realistis memainkannya untuk pertama kalinya dan ingin masuk lima besar, benar-benar tidak nyata. Jika tidak, kau dapat berubah menjadi pahlawan dengan operasi yang sangat mudah."     

Setelah pahlawan yang akan dibantu oleh rekan satu tim lainnya terpilih, lalu Mo Yesi menduduki peringkat pertama, dan ia akan langsung mengunci diri menjadi Li Bai.     

"...." Qiao Mianmian sungguh hanya bisa diam saja. Sebab, setelah terkunci, itu tidak dapat diubah. Kecuali rekan satu tim mau bertukar pahlawan dengannya. Maka Qiao Mianmian merasa kalau rekan satu timnya harus diadu di babak ini.     

Seseorang yang tidak pernah bermain dengan Li Bai lalu memilih bermain sebagai Li Bai, dan pasti akan menipu teman satu timnya yang tidak mengenalnya. Hal tersebut membuat Qiao Mianmian diam-diam meminta maaf kepada beberapa rekan satu tim di dalam hatinya. Kemudian, secara psikologis ia juga siap untuk dilaporkan.     

"Sayang..." Setelah Mo Yesi mengunci sang pahlawan, ia kemudian mengangkat dagunya dan menatap mata Qiao Mianmian dengan sangat serius. "Jika aku memenangkan ronde ini dan masuk lima besar, aku ingin mendengar kau memanggilku kakak Yesi, oke?"      

Melihat penampilannya yang percaya diri, membuat Qiao Mianmian tidak bisa membantahnya lagi. Padahal, ia sangat ingin mengatakan bahwa seseorang yang bisa mengelola perusahaan dengan baik bukan berarti akan pandai bermain game, dua hal yang berbeda ini.     

Mungkin Mo Yesi sangat menguasai dan sangat ahli dalam bidang ini. Namun dalam hal bermain game, mungkin Mo Yesi tidak akan sebagus Qiao Mianmian sebagai pemain pemula. Tapi Mo Yesi bersikeras untuk bermain, jadi ia tidak bisa menghentikan Mo Yesi untuk bermain.     

Qiao Mianmian berpikir bahwa jika rekan satu timnya ahli di babak ini, jadi mungkin masih dapat menang. Namun, tidak realistis untuk masuk ke dalam lima besar. Jadi, ia tidak memikirkannya lagi, dan ia langsung dengan mudah mengangguk tanda setuju. "Oke, aku janji," ucapnya. Karena bagaimanapun, Mo Yesi tidak mungkin dapat melakukannya.     

Mata gelap Mo Yesi berbinar, dan ia mengaitkan bibirnya sambil berkata, "Oke, kalau begitu kita sepakat."     

Satu menit kemudian, permainan resmi masuk. Benar saja, seperti yang diperkirakan Qiao Mianmian, dalam enam menit pertama, Mo Yesi telah dibunuh oleh lawan. Rekornya sendiri adalah 0 kali membunuh, lalu 3 kali mati, dan 0 kali assist. Atau bisa disebut ketika kita membantu teman menyerang satu orang dari pihak lawan. Tetapi teman dalam satu tim itu lah yang membunuh pihak lawan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.