Kakak Yesi
Kakak Yesi
Saat halaman game menunjukkan kemenangan, Qiao Mianmian masih bingung. Setelah Mo Yesi menyelesaikan permainan dan mengklik skornya, ia lalu mengembalikan ponselnya ke Qiao Mianmian, "Menang, aku membunuh lima kali, yang aku janjikan padamu, aku sudah melakukannya. Sekarang, apakah sudah waktunya kau memenuhi janjimu?" tanyanya.
Qiao Mianmian menerima ponselnya dengan bingung. Ia lalu menundukan kepalanya dan melihat skor yang ditampilkan di atas layar ponselnya, Li Bai: 5-3-5, lima kill.
"Kau, kau, bagaimana kau berhasil melakukannya?" tanya Qiao Mianmian sambil melihat Mo Yesi sebentar. Kemudian perlahan mengangkat kepalanya, dan masih merasa luar biasa. Jelas beberapa menit yang lalu, Mo Yesi masih pemula dengan rekor yang memalukan. Namun, setelah beberapa menit kemudian, malah langsung lima kali lima pembunuhan. Entah apakah ia hanya berpura-pura saja di awal.
Mo Yesi merasa sangat puas dengan reaksi Qiao Mianmian yang seperti ini. Sebab, Qiao Mianmian akhirnya menemukan juga bahwa ia memiliki sisi yang hebat. Setelah itu ia hanya berkata dengan ringan, "Sudah terbiasa dengan keterampilannya, jadi dapat melakukannya. Hal-hal yang sangat sederhana."
"... Apakah ini benar-benar pertama kalinya kau memainkan game ini?" tanya Qiao Mianmian. Ia bahkan mengungkapkan keraguan yang serius. Karena menurutnya, tidak akan ada orang yang bisa menjadi begitu luar biasa untuk pertama kalinya. Kecuali itu adalah orang yang benar-benar berbakat dalam bermain game.
"Ya," Mo Yesi berkata dengan tenang, "Ini pertama kalinya bermain. Ada apa?"
Qiao Mianmian menatap lama Mo Yesi sebelum secara bertahap memercayainya. Ia merasa Mo Yesi tidak perlu berbohong padanya. Karena ia biasanya disibukkan dengan pekerjaan, dan memiliki berbagai macam hiburan pergaulan setelah selesai bekerja. Diperkirakan ia tidak memiliki waktu untuk bermain game.
Karena waktunya sangat berharga dan tidak akan disia-siakan untuk permainan. Jadi, jika bertemu dengan orang yang begitu berbakat, bahkan jika esok hari kau bekerja keras, entah apakah kau akan tetap bisa dihancurkan secara langsung.
Qiao Mianmian telah memainkan game ini selama lebih dari dua tahun. Namun tidak sebaik pemula yang bermain untuk pertama kali. Ini membuatnya berpikir bahwa hal tersebut memang sangat tidak masuk akal. Benar-benar membuat hatinya terasa sangat lelah.
"Sayang, kita kembali ke topik pembicaraan," kata Mo Yesi yang kemudian menutup lengannya dan memeluk gadis yang lembut dan manis di dalam pelukannya. Lalu ia memegang dagu Qiao Mianmian agar sedikit terangkat dengan satu tangan, dan menatapnya dengan mata yang dalam dan menawan. "Panggil kakak Yesi, biarkan aku mendengarnya, aku tunggu."
Wajah Qiao Mianmian memerah. Pada awalnya ia langsung setuju dengan cepat, karena ia merasa kalau Mo Yesi pasti tidak akan berhasil melakukannya. Namun, ia tidak menyangka bahwa Mo Yesi benar-benar dapat melakukannya.
Namun, Qiao Mianmian merasa jika memanggil kakak atau sejenisnya, hal itu terdengar sangat memalukan dan sangat tidak nyaman. Tetapi, entah bagaimana bisa Mo Yesi memiliki selera yang buruk, karena suka jika orang lain memanggilnya kakak.
"Sayang?" Suara Mo Yesi rendah dan menggoda, dan ujung bibirnya perlahan melengkung, "Kau tidak ingin menyesalinya, kan?" tanyanya.
"Tidak," jawab Qiao Mianmian sambil menahan rasa malu di dalam hatinya. Ia lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipinya yang sedikit panas, mengerutkan bibirnya, menarik napas dalam-dalam, kemudian menutup matanya dan memanggil, "Ka... Kakak Yesi... "
Suara Qiao Mianmian terdengar lembut dan manis. Karena rasa malu, panggilan 'Kakak Yesi' ini diteriakkan dengan sangat pelan dan juga sangat malu-malu. Lalu, setelah selesai memanggil Mo Yesi, warna merah di wajahnya tampak naik beberapa derajat, dan ia merasa kalau seluruh wajahnya seperti terbakar.
Suara Qiao Mianmian bahkan terdengar lebih halus dan lembut, seperti jeritan kucing kecil. Tetapi, ia sendiri tidak merasa suaranya begitu menawan dan menggoda.
Namun, tubuh Mo Yesi tiba-tiba menegang, dan matanya tiba-tiba menjadi gelap dan panas. Jari-jari yang menahan dagu Qiao Mianmian pun juga menegang. Lalu ia membuka mulutnya, dan berkata dengan suara serak, "Sayang, panggil sekali lagi."